Semua Bab KERIS MAN: Bab 41 - Bab 50
90 Bab
41
"Temui apa?!" tanya Dina mencium pipiku. "Sekertaris menawan hati!" lanjutku menyanyi dengan suara tak karuan. "Ha ha, siapa namanya?!" tanyanya lagi memelukku erat. "Dina namanya, manja sekali!""Ha ha ha! Selly!""Oh Dina, oh Dina, kekasihku, bilang pada orangtuamu. Bukit kembar yang montok itu. Tanda cinta untuk diriku!""Mesuum!" Balasnya mencium bibirku. "Nyanyi lagi!" pintanya setelah lagu itu selesai. "Sudah, kau ganti!" tolakku menyerahkan microphone padanya. "Enggak, aku ntar nyanyinya pakai microphone yang lain! Ha ha! Kau nyanyi lagi!""Rusak suaraku!""Bagus kok!" balasnya mencium bibirku. Aroma bir dan kehangatan mulutnya membiusku. "Nyanyi lagi, Sayang!" tuntutnya. "Lagu apa lagi?!""Kemesraan! Milik Iwan Soembang! Ayo duet!"Kuteguk bir lagi yang kian lama kian terasa nikmat. "Ayo!" jawabnya memilih lagu dengan remote control, "Nah, ini!"Musik pun mulai terdengar. "Kau dulu!" tuntunnya menodongkan microphone padaku. "Suatu hari," nyanyiku, "Di kala kita dudu
Baca selengkapnya
42
"Cendol dawet?!" gelaknya, "Lagunya apa?!""Terserah kamu," jawabku menenggak bir.Ia pun memilih lagu koplo lagi. Lagu koplo dan K-pop memang dua macam aliran yang sama-sama naik daun belakangan ini. Entah siapa yang menang. Ia pun bernyayi lagi dan bergoyang seksi layaknya penyanyi dangdut. Entah lagu apa. Yang jelas ada sisipan cendol dawet. Aliran ini memang unik dan sering menambahkan sisipan-sisipan menarik macam ini. Ia bergoyang seksi saat menyanyikan bagian cendol dawet. Membuatku ingin menegak bir dan kesegaran tubuhnya. "Ayo, ikut joget, Sayang!" ajaknya. "Nggak bisa joget!" jawabku malas memandangi keelokan tubuh dan wajahnya. "Apa superhero memang nggak suka joget?! Ayo!" "Enggak suka!""Ayo, ayo!" ia tarik-tarik tanganku hingga turut berdiri. Aku pun mengikuti tuntutannya dan berjoget asal bersamanya. Berkali-kali ia tergelak melihat gerakanku. "Bagus, bagus!" pujinya memperhatikan goyanganku, "Lebih seksi lagi, pejantan! Nanti kusawer! Ha ha!"Kutabok pantatnya
Baca selengkapnya
43
Adegan dan set tempat pun dibuat menawan. Dibaluti dengan cerita yang cukup menarik. Seorang putri harus menderita kekalahan karena kerajaannya diserang bangsa bar-bar. Padahal negaranya sangat maju dan beradap. Rupanya tingkah korup dan penuh tipu daya para aparat kerajaan yang membuat mereka lemah. Mudah dihancurkan dari dalam. Bangsa bar-bar itupun tak butuh usaha yang sulit untuk menyerang kerajaan. Para pegawai yang korup cukup disogok dengan uang untuk meloloskan mereka. Pasukan kerajaan yang sudah lemah dan korup itupun akhirnya terkalahkan oleh penyerang. Mereka yang kejam dan semena-mena terhadap rakyat sendiri itu tak berdaya melawan musuh dari luar. Beraninya hanya kepada rakyat sendiri. Jago kandang! Seorang putri harus mengalami kehancuran itu. Para jenderal dan panglima satu per satu gugur. Juga para kakak dan saudaranya yang turut berjuang. Dan pada akhirnya ayahnya sendiri sebagai seorang raja harus gugur di medan pertempuran. Para punggawa kerajaan yang tersisa
Baca selengkapnya
44
Kau putri yang kukalahkan. Kunikmati keindahanmu sesuka hatiku. Juga sesuka nafsuku. Rasakan kau, Din! "Ah, Raja kuat sekali!" rintihnya seolah mengikuti fantasiku menjamah seorang putri. "Mulai sekarang kau harus patuh padaku!""Baik, Baginda!" jawabnya mendesah, "Baginda memang bar-bar!""Apa katamu?!" balasku menjambak rambutnya dan menampari pantatnya. "Ah, ampun! Raja baik hati! Raja baik hati! Sangat beradab dan tidak bar-bar!"Kuhukum putri kantoran itu dengan ganas. Adegan di film masih menunjukkan si raja bar-bar menikmati si putri kecil dengan ganas. Menambah kenikmatan asmara kami berdua. Pintar benar orang membuat hiburan di jaman sekarang! Kapan negeri ini bisa membikin hiburan macam ini? Eksotika jaman kerajaan di sini pasti indah jika diangkat sebagus ini. Dan kapan pula aku bisa benar-benar menikmati seorang putri? Ah, impianku sejak dulu! Memperoleh putri cantik dan hidup bahagia selamanya. Bisakah dongeng itu terjadi di kehidupan nyata? Jaman sekarang ini para
Baca selengkapnya
45
Ah, harusnya ini tugas polisi! "Tenanglah," seruku mencoba melerai, "Aku yakin semua ini bisa diselesaikan baik-baik!"Mereka tetap berseru-seru dan saling serang. Beberapa batu dan kayu beterbangan. Sebagian yang hampir mengenaiku berhasil kutangkap atau kutangkis. Jangan sampai kedua belah pihak terluka. "Nggak usah ikut campur!" seru beberapa orang. Kata-kata yang sudah lelah kudengar sejak lama. Beberapa mencoba menyerangku juga. Mereka sudah lepas kendali. "Hati-hati, Kris!" pesan Dina di earphone."Oke!" jawabku tenang dan menangkis serta mengatasi mereka yang menyerangku. Pukulan, tendangan dan pukulan kayu berhasil kuhalau. Kubalas dengan mendorong atau melumpuhkan mereka tanpa banyak melukai. Para supporter sepakbola tak begitu tangguh. Hanya mengandalkan kekuatan jalanan untuk menyerang. Amatir. Beda dengan para pesilat. Serangan mereka lebih terarah dan terlatih. Harus hati-hati. Jika satu lawan satu, kuyakin para pesilat ini akan menang. Pukulan dan tendangan para
Baca selengkapnya
46
"Lihat apa?" tanyanya menghampiriku menyajikan tempe mendoan dan tahu susur hangat, "Sebentar lagi makan malam siap.""Berita," jawabku mengambil dan melahap tahu susur hangat bikinannya, "Dari mana kau tahu aku suka tahu susur?""Wah, kau suka?" balasnya kaget, "Aku tak tahu! Aku juga suka! Cocok dimakan hangat-hangat begini!""Yah, dengan susu jahe!""Mau kubuatkan?" tanyanya kembali ke dapur. "Boleh, susunya spesial!""Kalau itu nanti!"Setelah makanan siap, kami pun bersantap malam seperti biasa. Kali ini ia memasak ikan goreng dan sambal bawang. Paham juga wanita ini seleraku! Padahal aku tak pernah mengatakannya. Seusai makan, kami nikmati minuman sambil menonton televisi. Kejadian tadi pagi masuk berita. Bentrokan antara para pesilat dan supporter sepakbola. "Wah, kau juga terekam," ungkap Dina melihatku di layar televisi. Diriku memang turut terekam sedang melerai kedua belah pihak yang bertikai. Entah siapa yang merekamnya. Sepertinya warga sekitar. hanya memakai kamera
Baca selengkapnya
47
"Bagaimana kabar Selly, Kris?" tanya Tirtasari. "Baik kurasa," jawabku agak ragu. Akhir-akhir ini aku jarang menghubunginya. Sibuk dengan kemesraan Dina. "Mau mengunjunginya akhir pekan ini?" tanya High Quality Man. "Yah, kurasa.""Ah, sayang sekali!" sahutnya, "Padahal ingin kuajak main. Touring dengan sepeda motor!""Lelaki kalau sudah punya kekasih mulai susah diajak main!" ujar Buaya Budiman. "Itukah kenapa kau memilih jomblo?" balas Tirtasari padanya. "Padahal namamu buaya!" imbuh Elistrik menggodanya. "Sudah kubilang aku buaya budiman!" bela superhero lucu itu, "Kusiapkan hatiku untuk orang spesial!"Tirtasari dan Elistrik hanya tertawa. "Touring aja ke desa Selly!" usul Tirtasari, "Ajak kami ke sana dong, Kris! Pengin tahu juga nih!""Iya, betul!" imbuh Elistrik, "Sesekali ingin piknik ke desa! Aku suka!""Kalian ini tak peka!" sahut High Quality Man, "Kita hanya akan mengganggu mereka!""Oh iya!" jawab Tirtasari dan Elistrik hampir bersamaan, "Ha ha!""Ah, kalian!" jawa
Baca selengkapnya
48
"Ayo, buktikan!" tuntutku. "Ayo, siapa takut?!" jawabnya mengajakku terjun ke sawah. Ia coba membersihkannya. Terlihat kaku!"Kau merusak sawah!" tegurku, "Gagal panen nanti!""Ha ha, enak aja! Enggak kok! Nih, aku pinter!""Pinter merusak!"Ia tersenyum kesal dan mengoleskan lumpur di pipiku. Kubalas dengan mengoleskan lumpur pula ke pipinya. "Ahhh! Jahat!" pekiknya. "Masker lumpur!" godaku terus mengolesi wajahnya dengan lumpur."Enak aja!"Kami pun jadi perang lumpur. Tubuhnya pun tak lepas dari seranganku. Kuolesi sana-sini yang dapat kuraih. Kupeluk dan kucium pipinya. Dadanya kuremas-remas dengan tangan penuh lumpur. "Jahat sekali kamu!" keluhnya, "Ahh!"Suasana persawahan cukup sepi, dan kami teruskan candaan mesra itu. Sambil kupeluk dari belakang, kucium bibirnya. Ia balas dengan hangat dan penuh gairah. Tanganku dilepaskannya dan segera berbalik memelukku. Diciumnya bibirku dengan hebat. Lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulutku. Panggul pun ia tempelkan dan gesekkan
Baca selengkapnya
49
Anak-anak itu mengikutiku berlari. Hingga kami melewati persawahan dan tepi hutan. Beberapa menyapa orang-orang di sawah. Rupanya orangtua dari salah seorang. "Mak, Mak!" serunya. Orangtuanya pun membalas dengan seruan dan lambaian tangan. Mereka nampak sibuk di hari Minggu begini. Pantas anaknya berkeliaran bersama yang lain. Di perjalanan, beberapa orang desa pun menyapaku. Barangkali mereka sudah terbiasa melihatku di sini. Di sisi lain sawah, mereka menyapa dua orang anak yang sedang menggembalakan kerbau. "Ayo, ikut main!" ajak beberapa. Salah-seorang yang menjaga kerbau nampak ingin ikut. Namun sepertinya enggan karena lirikan yang lain, barangkali kakaknya. "Nanti!" balas si lelaki kecil itu, "Baru gembalain kerbau!""Okee!" jawab yang lain terus mengikutiku. Melihat kerbau digembalakan begitu, jadi teringat dengan Kelompok Kerbau Merah. Gerombolan misterius itu! Kemana mereka sekarang? Kenapa seolah menghilang?! Anak-anak kecil itu duduk di atas punggung kerbau dengan
Baca selengkapnya
50
Kami tidur berdua di kamar. Pagi harinya, seperti biasa, ia menyiapkan sarapan sebelum berangkat kerja. Sekalian saja kunikmati sekretaris "pribadi" itu. "Ah, Kris!" tegurnya manja kupeluk dari belakang saat memasak, "Kebiasaan! Selly kau ginikan juga?""Kau cemburu?""Tidak! Kita harus segera kerja!""Biasa, pagi-pagi laki-laki minta jatah!""Hmm, repot ya punya lelaki?!""Repot kau bilang?!" balasku meremas payudaranya dan mengangkat tubuhnya. "Ahh," pekiknya, "Mau dibawa kemana aku?!""Culik!" jawabku membawanya menjauhi kompor dan kusuruh menungging di meja makan dapur.Segera kunikmati keindahan paginya. Setelah puas, aku mandi dan sarapan bersama. Lalu berangkat kerja dengan kendaraan masing-masing. . "Mana oleh-olehnya?!" tagih Tirtasari di kantor.Ah, lagi-lagi oleh-oleh. Mungkin lain kali kubawakan sesuatu dari desa. Kerbau barangkali. "Jadi ya, besok ikut ke desa?!" tanya Elistrik, "Ha ha. ha!""Boleh!" jawabku meminum kopi bersama mereka. "Kau hanya akan mengganggu sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status