All Chapters of CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN): Chapter 81 - Chapter 90
95 Chapters
BAB 42 SEBUAH CAP (Bagian 2)
Sesekali ia kembali ke halaman sebelumnya. Binar matanya tidak sebening dahulu, napasnya diatur pelan sekali.Alif membaca lekat tiap aksara yang pernah ia tulis. Ada senyum sesekali, ada mulut yang terkunci, ada pula gigi yang beradu saat membaca tulisan demi tulisan di buku catatannya. Ia berhenti sesaat untuk menikmati kopinya.Di letakannya kembali cangkir putih yang ada di tangan kanannya, ia kembali melihat isi catatan dan dirobeknya beberapa lembar.“Memang benar, manusia hanya bisa membuat rencana. Namun, pada akhirnya Allah juga yang menentukan rencana mana yang akan dijalani tiap hambanya,” lirihnya.Pukul 02:05WIB dan Alif masih terjaga, ia jadi susah untuk tidur. Alif memeriksa telepon pintarnya. Ada jadwal pertandingan bola dari klub yang ia jagokan akan bertanding. Ia mengetik status di WA.----/Yok bisa yokkk, final nih----Ia kembali lagi ke binder yang berisi tiap rencana dalam hidupnya. Gawainya
Read more
BAB 43 DALAM RUANG RENUNGAN (Bagian 1)
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Alif langsung pulang ke indekos. Mustafa, Zulham, Fatma, dan Arini masih belum pulang. Ada beberapa obrolan ringan sepulang kerja yang biasanya saling dibagikan sekadar melepas penat dalam kerjaan. Alif sudah memberikan alasan jika ia pulang lebih awal, sejak siang ia sudah menahan kantuk luar biasa karena bergadang semalaman menggarap proyek yang sedang ia kerjakan.Kejadian demi kejadian dalam tiga tahun belakangan membuat Alif mendapat pelajaran yang sangat berharga, dalam waktu yang begitu singkat sudah banyak hal yang berubah dalam hidupnya, ia menyadari sepenuhnya. Alif tidak henti mengucap syukur, istigfar, dan meminta ampunan atas segala lalai dan kesalahan yang pernah ia perbuat. Sebagai manusia biasa yang memang tidak memiliki apa-apa, ia kini hanya ingin damai dan tenang saja dalam hidupnya.Begitupun saat beberapa kali status WAnya masih dikomentari oleh Nisa, tanpa basa basi Alif langsung membuat pertanyaan mengenai maks
Read more
BAB 44 DALAM RUANG RENUNGAN (Bagian 2)
“Dalam rangka apa nih emangnya?” Alif masih belum mengetahui duduk persoalannya. Sebagai anak indekos, makan di rumah makan ikan bakar bukan hal yang direkomendasikan jika setiap hari. Begitu pikir Alif.“Dalam rangka mengisi perut yang keroncongan bang,” jawab Mustafa.“Lah iya juga ya. Kenapa nggak sering-sering aja nih.”“Iya boleh banget, tapi emang tanggal sepuluh dan seterusnya loe mau makan mie instan terus-terusan?”“Ett dah tipes bang.”“Ya kita mau makan, makan aja bang. Kalau lagi ada rejekimah mau makan apa aja udah, nikmati.” Fatma menimpali.“Ini kita sengaja ngajak makan kayak gini biar ada obrolan sambil makan bro, loe belakangan kebanyakan diemnya sih, kita kan jadi khwatir. Kita ini disini kerjanya sama-sama jauh dari keluarga, ya kayak biar bagaimanapun kita udah kaya keluarga walau nggak satu nasab. Jadi, kalau ada satu dari kita yang lagi punya
Read more
BAB 45 PERJALANAN SEORANG DIRI (Bagian 1)
Hari ini Alif kembali ke Sumur Ujung Kulon seorang diri, karena ia baru bisa berangkat setelah Salat Subuh. Teman-teman Alif sudah berangkat lebih dulu kemarin, Hari Minggu. Kebetulan Hari Senin ia sedang tidak ada jadwal di bagian divisi kerjanya.Alif berangkat dari Kebon Nanas Kota Tangerang, ia biasa menunggu di halte dekat RS Primaya. Dari Kebon Nanas, Alif akan menaiki bus jurusan Terminal Kalideres menuju Terminal Labuan, ada beberapa bus yang jalurnya ke Labuan. Pukul 05:45WIB bus yang Alif naiki sudah jalan.Rekor sementara bagi Alif saat berangkat ke Sumur Ujung Kulon di pagi hari adalah setelah azan Salat Subuh, setelah ia salat dua rakaat dan langsung berangkat dengan bus dari terminal di Kebon Nanas, hari dimana Alif harus ke Kota Serang untuk mendapatkan pengarahan penempatan tugas beberapa tahun lalu. Saat itu acara dimulai pukul 07:30WIB.Alif berangkat dengan stelan mahasiswa, akan ada perlakuan berbeda saat menaiki bus sejauh yang Alif ketahui.
Read more
BAB 45 PERJALANAN SEORANG DIRI (Bagian 2)
“Ya gimana dong, mba mancung juga malah nambahin terus.”“Hahahaha, baru kali ini ada yang bilang saya mancung loh mas.”“Mau bilang makasih nggak mba?”“Lah dia nagih.”“Kalo nagih mah, saya udah bawa buku catatan mba.”“Loh, Emang panci saya belum lunas mas? Yang kemarin itu kan nggak diambil kembaliannya.”“Ya belum lah mba, kembalian apaan. Mba nggak ingat bawa gayung warna pink?”“Ouh itu bukan bonus THR ya?”“Mba, mba, baru abis lebaran mba. Masa udah minta THR aja. Ini perusahaan saya yang ke empat loh, yang tiga kemarin tutup semua gara-gara mba.”“Hahahaha, mana ada perusahaan gayung tutup gara-gara THR mas.”“Mba maaf, mau minum dulu nggak?”“Ide bagus mas.”Keduanya berhenti dan minum. Ada butir-butir senyum diantara keduanya.“Mba mau
Read more
BAB 46 KABAR DARI TEMAN (Bagian 1)
Ada sebuah ungkapan yang lumrah diucapkan oleh masyarakat yang tinggal di Sumur Pandeglang Banten, untuk menunjukan kebanggaannya terhadap wisata pantai yang mereka miliki. Yaitu, siapa pun yang telah ke Pantai Daplangu atau pantai sekitaran Sumur akan menyesal tujuh turunan jika belum pernah mandi di pantainya. Karena memang pesona pantainya yang begitu indah dengan pasir putih yang bersih dan air lautnya yang biru, dapat membius siapa pun yang berkunjung. Dengan keadaan geografis yang mempertemukan bukit dan laut, lokasinya tersembunyi berada di ujung Pulau Jawa, pemandangannya semakin diperindah dengan barisan bukit dan hutan Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon di sebelah utara. Hutan yang masih asri. Dari Pantai Daplangu, selain bisa menikmati airnya yang segar, pengunjung bisa juga melakukan penyeberangan ke pulau-pulau yang ada di dekatnya hingga ke tempat yang penuh sejarah sekalipun, yaitu Sang Hyang Sirah. “Yakin nih nggak nyebur mas, kalo kata pak Na
Read more
BAB 46 KABAR DARI TEMAN (Bagian 2)
“Udah nih pakaiannya, pada salin gih.” Pak Nandi memberikan pakaian ganti.“Iya loe bang, sana gih. Mana belum Salat Asar,” Fatma menimpali.“Eh, jam berapa ini ya?”“Udah mau jam lima bang.”Alif menuju kamar mandi yang sekaligus tempat untuk membilas bagi orang-orang yang mandi di pantai. Di Pantai Daplangu disediakan musala panggung yang bersebelahan dengan kamar mandi, tidak jauh dari gerbang pintu masuk.Setelah puas hampir tiga jam Alif bermain air di Pantai Daplangu, mereka sepakat untuk pulang.“Gimana rasanya Lif? Masih penasaran nggak?”“Hahahaha, kalau tahu asyik kayak gini dari kemarin-kemain aja yak nyeburnya.”****Untuk menghilangkan rasa suntuk, Alif sengaja mengupload fotonya saat di pantai.-----/Jalan-jalan terooooos----Satu pesan WA masuk, mengomentari status WA Alif.----//He
Read more
BAB 47 TERNYATA DIA ORANGNYA
Hari ini Alif ikut pulang dengan teman-temannya, baik Zulham, Mustafa, Fatma, dan Arini sepakat untuk pulang lewat jalur utama ke alun-alun Pandeglang. Kurang lebih, begitulah rutinitas orang-orang yang bertugas jauh dari rumah. Bagaimanapun kondisinya, jika memungkinkan dan ada kesempatan untuk bertemu keluarga, maka pilihan itulah yang utama. Lika-liku bekerja jauh dari rumah memang masih mereka jalani, ada yang sewaktu-waktu harus pulang lebih awal karena ada keperluan menyangkut keluarga yang amat mendesak, ada pula yang mesti rela tidak pulang hingga beberapa bulan karena banyak pekerjaan atau kondisi kesehatan yang menurun.Walaupun banyak orang-orang yang menyarankan kepada Alif dan teman-temannya untuk menetap di Sumur Ujung Kulon. Namun, tetap saja pada episode ini yang menjadi tokoh utama jelas Alif dan teman-temannya. Terkadang, ketika seseorang memberikan saran, tidak mendalami dan memahami betul kondisi atau pertimbangan mendasar mengapa sampai saat ini Alif dan teman-tem
Read more
BAB 48 PERMATA DARI LEBAK
Azan subuh belum terdengar, fajar shadiq yang merupakan pertanda datangnya waktu Salat Subuh belum nampak, langit masih pekat. Fajar shadiq menjadi tanda sebagai batas antara akhir waktu malam dengan permulaan waktu pagi. Sayup terdengar suara seseorang yang sedang tadarus dari musala yang terletak di samping bangunan majelis talim.Satu kamar yang berada di rumah utama lingkungan pondok pesantren sudah menyala lampunya. Si pemilik kamar sudah duduk dengan hikmat di atas sajadah, lisannya basah oleh kalimat tasbih.Satu gelas teh hangat berada di meja kamarnya. Saat bangun tidur, rutinitasnya memang memasak air terlebih dahulu, membuat teh manis, satu untuk abahnya yang ia letakan di meja makan dan satu lagi untuknya sendiri. Sejak wafatnya bu nyai, Fatimah sepenuhnya berkhidmat di rumah, menjaga abah yang kesehatannya sedang naik turun.Selepas Salat Subuh, ia melanjutkan aktivitasnya dengan masuk, menyiapkan sarapan untuk abah. Baktinya dengan orang tua, sudah
Read more
BAB 49 LELAKI BIASA
“Kenapa sih mas harus selalu menjadikan alasan segala hal di masa lalu kita untuk sulit melangkah ke depan? Memahami dan belajar ilmu agama itu memang penting, wajib malahan. Tapi kalau kita bukan orang yang diberi kesempatan untuk sama dengan orang-orang yang bisa belajar ilmu agama, kenapa nggak menjadi orang yang mencegah diri dari berbuat yang bisa membuat Allah murka.” Alif masih teringat kata-kata Fatimah saat ia berbincang dengannya beberapa hari yang lalu, saat itu Alif dengan sadar mengakui bahwa ia bukanlah seseorang yang memiliki pengetahuan luas mengenai ilmu agama, ia mengutarakan hal seperti itu karena merasa perlu disampaikan kepada Fatimah, tetapi Fatimah malah memberikan jawaban yang menurut Alif begitu berimbang. Fatimah sepertinya memahami bahwa setiap manusia memiliki perannya masing-masing, tanpa harus mengungkit masa lalu dan mencari-cari alasan mengapa seseorang tidak belajar ilmu agama dengan serius, ia lebih kepada memiliki pemikiran untuk me
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status