Semua Bab Sangkar Emas Pernikahan: Bab 21 - Bab 30
70 Bab
Bab 21 Leny dan Larissa
 Dari balik kaca mobil Kayla menatap jalanan padat di depannya. Rintik hujan terlihat mulai turun membuat laju kendaraan semakin melambat.  Setitik harapan muncul di hatinya, bahagia akan menghampiri. Entah bagaimana wujudnya tapi ia akan meraih bahagia itu nanti. Bersama Bryan atau sendiri, entah. Semua hanya berupa bayang-bayang. Kehadiran Kenan membangkitkan kembali semua harapan yang dulu pernah dipupuknya namun dipendam sedalam-dalamnya saat kenyataan tak sejalan.   [Mas tidak pulang malam ini.] Bryan mengirimkan text tak lama setelah pesan dari Kenan masuk. Membacanya seolah merenggut paksa senyum yang baru saja merekah. Ia membenci lelaki itu, Bryan yang telah memberinya banyak kebahagiaan namun menghancurkan hidupnya jauh lebih banyak. Akan menginap di hotel mana dia kali ini? Sepe
Baca selengkapnya
Bab 22 Kayla Pergi Dari Rumah
 "Sabar, Kay. Mas perlu waktu meyakinkan mereka untuk pindah," ujar Bryan uring-uringan. Tampaknya lelaki itu menganggap Kayla hanya menggertak, mana mungkin Kayla berani melakukan ancamannya. Ia tahu sifat istrinya. Di sisi lain Bryan khawatir kehadiran Nirwana semakin memicu keberanian Kayla menentangnya. "Kalau mereka nggak pindah berarti Kay yang ke luar rumah." "Apaa? Yang benar aja!" "Jangan mas kira Kayla nggak berani," ucap Kayla seraya menatap mata sang suami lekat.  "Silahkan aja kau pergi. Memang seharusnya kamu yang pergi bukannya saya," ujar Leny tiba-tiba telah berada di antara mereka. Seketika Bryan tegang.  "Ya saya
Baca selengkapnya
Bab 23 Pertemuan Dengan Calvin
 Ponsel di tangannya tak lagi berdering. Kayla memastikan tak ada pesan yang belum terbaca. Tidak ada pesan dari Bryan maupun Kenan. Kayla menghela napas, malam ini sungguh malam yang sangat berat untuk dilalui. Ia memikirkan rencana untuk besok, tak mungkin menginap di hotel seterusnya tapi juga tak mudah untuk berpindah tempat dengan membawa anak-anak.  Tampaknya keinginan untuk menyendiri tak berhasil, seseorang menepuk pundaknya saat segelas wine baru saja habis diteguknya. "Kayla?" "Hey, Calvin. Aah, Jakarta kecil sekali," Kayla tersenyum saat melihat Calvin telah berdiri di depannya. Ia sulit menolak kehadiran lelaki itu apalagi Calvin langsung menarik kursi dan mengambil tempat duduk di depan Kayla setelah meminta ijin untuk menemaninya.
Baca selengkapnya
Bab 24 Pertengkaran di Kamar Hotel
 "Calvin?"  Terlihat Calvin dengan pakaian rapi berdiri di muka pintu.  "Maaf aku ngantar ini." Calvin menyerahkan jepitan rambut Kayla yang rupanya semalam terlepas di dekat meja bar. "Ouch, aku malah nggak tahu. Maaf merepotkanmu" Kayla menerima jepitan rambut dari tangan Calvin. Gerakan cepat yang dilakukan Kayla membuat tanpa sengaja tangan keduanya bersentuhan, itu menjadikan Calvin salah tingkah. Mereka berdiri berhadapan begitu dekat, mata Calvin menatap Kayla lekat. Kayla menyadari perubahan di wajah Calvin yang mendadak kaku.  "Kamu nggak ke kantor?" tanya Kayla memecah kebekuan.  "Datang telat. Habis ini langsung jalan," ucap Calvin dengan suara bergetar. Matanya menatap lekat wajah wanita yang tetap terlihat cantik walau baru bangun tidur. Rambutnya tanpa disisir pun indah lemb
Baca selengkapnya
Bab 25 Murka Bryan
 Semakin murka, Bryan memukulkan tas kerja tepat ke wajah Kayla. Saat itulah kancing tas mengenai bibir dan meninggalkan luka di bibir Kayla.  Di kamar sebelah terdengar riuh anak-anak. Rupanya mereka telah kembali.  "Ke luar dari ruangan ini sekarang atau anak-anak akan melihat apa yang terjadi," ucap Kayla bergetar.  Bryan tak bergeming tetapi mulai goyah, ia tahu bila anak-anak melihat perlakuannya kepada Kayla maka akan sulit baginya memenangkan hati mereka.  "Berikan ponselmu," ujar Bryan setengah berbisik ia berkata dengan geram. "Aku tidak akan memberikannya. Ke luar!" tunjuk Kayla ke arah pintu. &n
Baca selengkapnya
Bab 26 Kayla Pindah Ke Apartemen
 "Apakah ada therapy?" "Disitulah masalahnya. Sosok seperti Bryan tidak menyadari kalau dirinya punya masalah, mereka berpikir itu hanya sifat jelek. Sementara aku, bagaimana cara mengatakan bahwa dia punya masalah mental apalagi mengajaknya therapy? Itu hal yang sangat sulit kulakukan.  Itu sebabnya aku hanya bertahan menghadapinya, seraya berusaha menekan munculnya sisi negatif. Awalnya banyak kemajuan, Bryan lebih bisa mengendalikan diri. Sayangnya dengan kematian papanya dia diberi tanggungjawab mengurus mama dan adiknya, apalagi kemudian mereka tinggal di rumah, dengan gampang memicu sifat buruknya naik ke permukaan. Hal-hal sepele bisa jadi pemicu. Tapi kemudian ketika kesadarannya kembali dia bisa menjadi sangat baik dan menyesali perbuatannya. Ya semacam memiliki dua kepribadian   yang satu sama lain berbeda at
Baca selengkapnya
Bab 27 Rasa Itu Nyata
 Perasaan hangat kian menjalar melihat anaknya malah bersikap seakan lelaki itu pahlawannya.  "Tinggi!" teriak Justin terbahak. Kenan mengangkatnya makin tinggi.  "Sudah Justin. Kamu berat, kasihan om Kenan," ucap Kayla lagi seraya hendak mengambil Justin dari tangan Kenan. Kembali jari keduanya bersentuhan menimbulkan gelenyar aneh di dada. Kayla membuang tatapan ke arah lain.  "Tenang, Mama. Nggak berat kok, yang berat Elona," ujar Kenan kemudian seraya meletakkan Justin dan beralih mengangkat Elona yang menunggu giliran di dekat kakinya dengan tangan terangkat. Gadis kecil itu berteriak kegirangan ketika Kenan memutar-mutar tubuhnya di udara. Mama? Apa tidak salah yang baru saja diucapkan lelaki itu? Kayla membatin.  Kayla terharu melihat kelakuan buah hatinya. Mereka tak mengerti apa
Baca selengkapnya
Bab 28 Kegelisahan Calvin
 Calvin berdiri gelisah di ruang kantornya. Kayla tak bisa dihubungi sejak kemarin. Calvin bertanya-tanya di mana letak kesalahannya? Ketukan di pintu mengagetkan Calvin, sekretarisnya mengatakan ada tamu.  "Kayla?" seru Calvin ketika tamu itu masuk.  "Cal, maaf aku nggak bisa lama." "Kenapa? Ada apa denganmu? Aku berusaha menghubungimu sepanjang waktu tapi gak masuk. Kau baik-baik saja?" Calvin memberondongnya dengan banyak pertanyaan. Lelaki itu tampak sangat khawatir atas Kayla.  "Aku baik, Cal. Hanya saja banyak hal terjadi. Aku perlu mengurus banyak hal." Kayla terdengar lesu. Bila bukan demi menghormati Calvin yang telah
Baca selengkapnya
Bab 29 Kejutan
 Bagai disambar petir di siang bolong, Kayla terpaku di tempatnya dengan mata terbelalak dan mulut menganga. Ia berharap apa yang dilihatnya bukan kenyataan. Walau dirinya tidak berhak atas lelaki itu tetapi rasa sakit itu datang bagai pedang menghujam jantungnya. Begitu cepat ikatan tumbuh antara mereka, secepat itu pula rasa sakit itu datang. "Ken, kita harus bicara, Sayang," ucap wanita berkemeja pink itu dengan manja menggelayut di bahu lelaki yang baru saja kemarin mendaratkan ciuman di bibir Kayla. Sayang? Tunangan?  Kenan terpaku menatap mata Kayla yang mulai berkaca-kaca Dengan cepat Kayla menekan tombol agar pintu lift tertutup dan menumpahkan air mata yang ditahannya.&n
Baca selengkapnya
Bab 30 Ancaman
 Bergegas Kayla mengumpulkan barang-barang bawaan yang tak seberapa, tapi demi melihat anak-anak letih, Kayla mengurungkan niat untuk membawa mereka pindah saat itu juga. Setelah ponselnya diambil paksa orang tak dikenal, akan lebih baik bagi mereka tetap berada di dalam apartemen. Keselamatan anak-anak bergantung pada tindakan apa yang akan diambilnya.  Ingatan akan Kenan muncul ke permukaan. Apakah lelaki itu sedang panik mengingat Kayla melihatnya bersama wanita lain atau ia malah sedang menikmati waktu bersama wanita-nya? Kayla membaringkan tubuh setelah memastikan pintu utama terkunci rapat dan menitipkan pesan pada security agar tak mengijinkan siapa pun mendekati unit yang ditempatinya, kecuali Kenan tentu saja.  Semua petugas tahu s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status