Semua Bab JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU : Bab 31 - Bab 40
114 Bab
SOSOK TIMUR TENGAH YANG BANDEL
“Makasih, Bu,”ucap Dinda.“Sama-sama, Nduk. Barusan Ibu telah pesan jamu buat kamu di penjual jamu keliling.”“Wah, seger ini. Aku juga mau minum jamu.”“Sudah pasti, kamu juga, Le. Kita semua harus minum jamu, biar segar kembali. Terutama Genduk.”Mustafa yang kesakitan masih bertahan di sekitar rumah. Sosok Timur Tengah ini bertengger di atas atap rumah. Sosoknya yang tinggi besar seketika membentuk sebuah bayangan sehingga mampu membuat redup lingkungan sekitar. Para tetangga Bu Teti buru-buru memasukkan jemuran karena menyangka hujan deras akan segera datang.“Jamila, itu anak kita. Calon putra mahkota. Kau tak akan bisa punya anak dari laki-laki pembunuh. Mustafa menginginkanmu.” Suara Mustafa bergetar diikuti isakan berkamuflase sebagai hujan dan petir, tetapi dalam gendang telinga Dinda adalah sebuah raungan yang bergema. Sesaat setelah Mustafa menghujat, Gito mengajak sang istri dan ibunya masuk ke rumah.“Ujan petir tiba-tiba gini? Padahal dalam perkiraan cuaca, hari ini cer
Baca selengkapnya
MUSTAFA TAK TERKENDALI
“Bu, perlu kita adain pengajian di rumah ini dalam waktu dekat. Biar rumah bersih dari gangguan. Oh, ya. Kiai dan para santri, kita undang ke sini juga.”“Emang Kiai sudah sembuh, Le?”“Hanya lecet biasa, Bu. Kemarin itu pingsan karena kaget. Barusan kirim pesan, memberi saran untuk mengadakan pengajian.”“Alhamdulillah! Moga Kiai selalu sehat, Mas," sahut Dinda seraya tersenyum.“Aamiin. Udah gak takut lagi?”tanya Gito yang masih terlihat cemas akan keadaan sang istri. “Insyaallah gak takut. Cuma kaget aja. Dia muncul tiba-tiba di sebelahku. Sekarang pun ada di dekat kita.”“Bismillahirrahmanirrahim. Moga Allah selalu melindungi kita.”“Aamiin.”▪▪▪¤•°•¤▪▪▪Tepat tengah malam, Dinda terbangun merasakan kandung kemihnya penuh dan ingin pergi ke toilet. Sementara ia lihat sang suami sedang tidur pulas, jadi tak tega membangunkannya untuk minta antar. Akhirnya, wanita muda ini perlahan turun dari ranjang lalu beranjak keluar kamar.Dinda menghidupkan lampu ruang tengah seraya beranjak
Baca selengkapnya
SIBUK CARI CARA AGAR BISA LEPAS
“Bu, perlu kita adain pengajian di rumah ini dalam waktu dekat. Biar rumah bersih dari gangguan. Oh, ya. Kiai dan para santri, kita undang ke sini juga.”“Emang Kiai sudah sembuh, Le?”“Hanya lecet biasa, Bu. Kemarin itu pingsan karena kaget. Barusan kirim pesan, memberi saran untuk mengadakan pengajian.”“Alhamdulillah! Moga Kiai selalu sehat, Mas," sahut Dinda seraya tersenyum.“Aamiin. Udah gak takut lagi?”tanya Gito yang masih terlihat cemas akan keadaan sang istri. “Insyaallah gak takut. Cuma kaget aja. Dia muncul tiba-tiba di sebelahku. Sekarang pun ada di dekat kita.”“Bismillahirrahmanirrahim. Moga Allah selalu melindungi kita.”“Aamiin.”▪▪▪¤•°•¤▪▪▪Tepat tengah malam, Dinda terbangun merasakan kandung kemihnya penuh dan ingin pergi ke toilet. Sementara ia lihat sang suami sedang tidur pulas, jadi tak tega membangunkannya untuk minta antar. Akhirnya, wanita muda ini perlahan turun dari ranjang lalu beranjak keluar kamar.Dinda menghidupkan lampu ruang tengah seraya beranjak
Baca selengkapnya
PAK KIAI SEMAKIN GERAM
“Kamu tak salat? Kuliat kamu semalam salat, kan?”“Iya, aku sudah selesai salat.”“Alhamdulillah! Aku salat dulu.”Dinda segera bangkit dari tempat tidur lalu beranjak menuju kamar mandi. Wanita ini mandi besar untuk menghilangkan hadas besar. Di bawah guyuran air, tangisan tak terbendung. Ia telah digauli bukan suaminya dan itu bukan bangsa manusia.Dinda merasa malu dan ngeri, apalagi kini di dalam perutnya bersemanyam benih dari perbuatan zina mereka. Dinda meratapi nasib dengan airmata berlinang.Beberapa menit kemudian, ia telah selesai mandi dan berwudu. Ia keluar dari toilet langsung menuju musala kecil. Dinda pun segera mengenakan mukena dan memulai Salat Zuhur.“Ya Allah, lindungilah aku! Betapa hina dina tubuhku ini. Beri aku petunjuk.”Dinda menangis sesenggukan dalam musala dan tangisannya terdengar oleh Gito.Sayang, Mas segera ke sana. Terus baca doa, ucap pria ini dalam hati.Ajaibnya, ucapan dalam hati sang suami didengar oleh Dinda dan wanita ini enggan beranjak dari
Baca selengkapnya
JIN KAFIR HARUS DISINGKIRKAN
“Mari bawa ke depan, Mas. Kita hancurkan saja agar tak dipake sebagai sarang jin.”Gito dengan dibantu para santri segera mengangkat keranjang bambu tersebut ke halaman. Pak Kiai mengikuti mereka. Dinda yang keberadaannya hanya mampu dirasakan oleh Gito dan Pak Kiai ikut melangkah keluar rumah. Sementara Mustafa telah lebih dulu berdiri di atap rumah, hingga membuat bayangan besar di sekeliling rumah. Para santri seketika mendongak lalu dengan dipandu Pak Kiai melafazkan surat-surat penghalau jin.“Mas Gito tolong segera dibakar barang-barang di keranjang. Kita musnahkan pengaruh jahat makhluk tak tahu diri ini. Biar kembali ke dunianya.”“Baik, Kiai!”Gito menuangkan minyak tanah lalu mematik korek kayu dan dilemparkan ke dalam keranjang. Seketika api berkobar membakar barang-barang tersebut. Kiai memerintahkan para santri tetap melafazkan ayat-ayat suci.Pria berjenggot putih ini segera mendekati arah keranjang sebuah lembaran berisi tulisan arab dilemparkan ke tengah kobaran api.
Baca selengkapnya
JIN MENYAMAR MENJADI SOSOK LAIN
“Kiai, Bu Teti kesurupan. Ia mengamuk, kami telah berusaha menenangkan. Tubuhnya mengeluarkan hawa panas membuat sarung tangan kami terbakar hingga kulit bagai terpanggang. Bagaimana, Kiai?”Terdengar suara salah satu santri dari ujung telepon. “Astaghfirullah hal adzim! Pasti Bu Teti ini punya amalan tertentu yang tak sesuai syariat agama Islam. Lanjutkan doa dan zikir. Saya akan segera ke sana," balas Pak Kiai sembari menggelengkan kepala.Pak Kiai segera menghampiri Gito yang masih duduk kecapekan sambil memangku Dinda.“Saya mau tanya. Setau Mas, maaf sebelumnya. Bu Teti punya mantra atau ritual tertentu?”“Saya gak tau soal mantra, tapi Ibu sering kasih sandingan buat leluhur tiap malam Jumat Legi dan kadang malam-malam tertentu," jelas Gito dengan ekspresi heran dan ia merasa yang sedang ditanyakan pria bersorban ini pasti ada hubungannya dengan kegiatan mereka sekarang. “Astaghfirullah hal adzim! Pantas aja," jawab Pak Kiai dengan nada suara kaget.“Ibu, kenapa, Kiai?”“Bu Te
Baca selengkapnya
RITUAL PENGUNDANG JIN
“Anak durhaka! Mana Dinda? Suruh keluar!”teriak wanita separuh baya ini yang tampak semakin memerah raut wajahnya.Tiba-tiba dari mulutnya keluar bola api yang mengarah ke tempat Gito duduk. Bola api sebesar bola tenis ini semakin membesar saat mendekati tubuh pria berambut cepak ini.Namun, bola itu tak bisa menyentuh kulit Gito sedikit pun. Bulatan bara tersebut seketika musnah lalu menguap ditelan udara hampa. Wanita berwujud Bu Teti semakin geram dengan reaksi Gito yang tetap geming.“Kamu pasti gak akan diem lagi. Andai ibumu kubawa pergi.”Kata-kata berisi ancaman dari wanita separuh baya ini sukses memicu amarah Gito. Pria berambut cepak dan selalu sopan dalam bertutur kata, akhirnya berdiri dan mendekati sosok yang menyerupai sang ibu.“Hai, makhluk jejadian. Kembalilah ke alammu! Kami tak butuh dirimu,” ucap Gito penuh amarah yang tampak jelas dari sorot matanya merah dan kepalan tangan berurat. “Manusia tak tahu diri! Kamu tak ingat? Ibumu adalah pengikut setia bangsaku.”
Baca selengkapnya
GANGGUAN DATANG VERSI BERBEDA
Kini di tanah depan teras letaknya persis lurus menghadap pintu masuk, Bu Teti memberi tanda.Pak Kiai segera meminta salah satu santri membantu memusnahkan tumbal tersebut dengan cara gaib.Tampak sang santri berkeringat saat membaca doa dan itu dirasakan oleh Pak Kiai juga.“Astaghfirullah hal adzim! Subhanallah! Allahu Akbar!”Pak Kiai menggeleng-gelengsambil tersenyum karena keheranan dengan yang telah Bu Teti lakukan.“Bu, percaya dan yakin, hanya Allah sebaik-baiknya pertolongan.”“Iya, Kiai. Saya minta maaf telah khilaf,” balas wanita separuh baya ini sembari menunduk.“Mohon maaf pada Allah lalu segera bertobat dan jangan lupa kasian anak dan menantu yang telah jadi imbas perbuatan Ibu.”“Iya, Kiai.”“Buat bahan renungan bersama. Jangan percaya bujuk rayu setan. Yang bisa menjaga kita dari mara bahaya dan juga gangguan ilmu hitam sekali pun hanya Allah. Mohon perlindungan hanya pada-Nya.”Bu Teti semakin merasa bersalah mendengar wejangan dari Pak Kiai lalu memeluk Dinda dan me
Baca selengkapnya
ULAH MENCURIGAKAN MBOK WO
Ular kobra mulai melata mengelilingi tempat tidur. Sang ular berderik ketika pada saat bacaan terakhir mulai dilantunkan lalu menyelinap masuk sprei dan hanya gerakannya saja terlihat.Aroma kemenyan dan dupa menguar memenuhi ruangan tersebut. Seketika bulu kuduk ketiganya berdiri.“Astaghfirullah hal adzim! Audzubillahiminasyaitonirojim,” ucap ketiganya serentak.Secara bersama-sama ketiganya membaca Ayat Kursi. Ajaib! Setelah bacaan selesai tampak asap putih mengepul menyelimuti permukaan sprei lalu menghilang. Gerakan di bawah sprei tiba-tiba melambat lalu diam.Gito segera mengambil penebah lalu memukulkan ke permukaan kasur dan tak ada sesuatu yang tersentuh. Pria ini mengangkat salah satu sisi sprei lalu dari setiap sisi menyingkapnya dan benar-benar tak ada apa pun di bawah sprei.Akhirnya sprei disingkap keseluruhan lalu dilipat. Gito diikuti Dinda melongok ke bawah ranjang, sedangkan Bu Teti mencari setiap sudut ruangan dan memang ular tersebut sudah tak ada lagi. “Alhamdul
Baca selengkapnya
MBOK WO GUSAR
Oh, ya, ya. Itu Mbok Wo. Udah lama keluarga kita kenal dan dia biasa ngobatin orang sakit,” ucap Bu Teti sembari tersenyum merasa senang akhirnya teka-teki pemilik tusuk konde terjawab.“Bu! Sadar gak? Itu sama dengan jadiin istriku tumbal. Mbok Wo itu dukun. Buat obatin Dinda? Dia gak sakit.”“Tapi, Le. Mbok Wo bilang, istrimu harus dipagari karena ada jin di rumah kosong.”“Dan hasilnya ...? Jin itu makin tergila-gila dengan Dinda! Itu yang Ibu bilang mageri? Barusan ... mau apa lagi ke sini?” tanya Gito setengah teriak karena kesal dan segera berlalu ke kamar mandi ambil wudu diikuti sang istri.“Ibu minta maaf, Le!” pinta Bu Teti setengah berlari mengejar langkah Gito.“Sekarang kita salat dulu. Mohon ampun sama Allah,” ucap Gito segera mengambil air wudu.Seusai Gito, kini secara bergantian Bu Teti dan Dinda melakukan wudu. Setelah itu ketiganya bersiap berjamaah salat Subuh. Beberapa saat ketiganya doa dan zikir bersama, Gito mendengar sesuatu.Pria ini segera beranjak dari musa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status