Semua Bab Nikahi Mantan Istriku: Bab 11 - Bab 20
29 Bab
11. Susan 3
Hari ini jam 07:00 pagi, aku sudah sampai di kantor, karena ada rencana keberangkatan ke Sepinggan Balikpapan Kalimantan timur dengan Pak Hendra.Jadwal penerbangan jam 09:15 dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, terminal 1c.Suasana kantor masih sangat sepi, dan aku sudah bersiap di lobby kantor.Menunggu Pak Hendra dan sopir yang akan menjemput.Suamiku Vijar, si es batu itu, tidak mengiyakan dan melarang pun tidak, saat kubicara tentang rencana kepergian selama tiga hari ke Sepinggan. Hanya bapak mertua saja yang seperti was-was akan kepergianku, mungkin karena terhitung baru masuk kerja, tetapi sudah harus pergi dinas ke luar daerah. Atau mungkin juga dia khawatir, karena selama tiga hari kedepan nanti, hasrat gairahnya tidak lagi terpenuhi.20 menit menunggu, mobil sedan mewah Pak Hendra datang. Pak Timan, sopir pribadi merangkap sopir kantor menghampiriku ke lobby untuk memberi tahu dan membantu membawakan tas, berkas-berkas, dan
Baca selengkapnya
12. Susan 4. Masuk Dalam Perangkap
Hendra memasuki kamar, dan aku hanya menguntitnya dari belakang. Postur tubuhnya malah terlihat lebih menggairahkan, menyeret angan keinginan mendekap, terlelap hangat beralaskan kulit punggungnya, setelah lelah berkeringat memadu hasrat. "Susan ...?" "Saya, Pak Hendra." Sedikit terkejut juga aku dibuatnya saat bosku itu memanggilku secara tiba-tiba di saat aku sedang menghayalkan dirinya.  "Tolong rapihkan barang-barang bawaan saya yah, saya ingin secepatnya mandi. Sudah lengket rasanya seluruh badan ini." Sembari menuju kamar mandi. "Baik, Pak." Aku pun secepatnya, membuka-buka barang bawaannya, untuk segera kurapihkan. "Mau dipesankan makanan atau minuman, Pak?!" tawarku, agak sedikit berteriak. "Saya sudah makan di luar, tapi tolong pesankan saya kopi
Baca selengkapnya
13. Susan 5
Tiga hari di Sepinggan, rasanya seperti bulan madu buat kami berdua. Aku dan mas Hendra. Di luar urusan kepentingan kantor, saat ada waktu-waktu tersisa, kami lalui dengan kebersamaan dan bercinta. Tuan berparas tampan pemilik perusahaan konstruksi itu memang luar biasa dalam segala hal. Cakap dalam berbisnis dan bernegosiasi, termasuk dalam urusan hasrat. Benar-benar membuatku terpesona. Sore sebelum malam kami sudah tiba kembali di ibukota.P
Baca selengkapnya
14. Lamaran ke dua
 Masa I'dah Arini sudah hampir berakhir, dan selama itu, tidak pernah sekalipun Hendra menghubunginya. Tidak lewat telepon, WA atau apapun. "Sudah tidak perdulikah, Mas Hendra padaku. Sebegitu bencinya Mas Hendra, hingga untuk menghubungiku saja dia tidak mau."Berkecamuk semua pertanyaan di dalam hati dan pikiran Arini.  Matanya nanar menatap derasnya hujan dari balik jendela kamar.Hujan sore ini, benar-benar membawa kepedihan di dalam hatinya.Sakit rasanya.Jika Hati masih memendam rindu. "Kamu sedang apa, Mas?" "Tidak rindukah engkau denganku?" Mengapa kau lebih percaya orang lain, di banding aku. Lima tahun kebersamaan kita, tidak cukupkah untuk engkau meyakini, jika aku tidak mungkin berkhianat padamu. Ba
Baca selengkapnya
15. Kita Adalah Keluarga
Setelah mengunci pintu rumah, segera Arini bergegas untuk menemui Ceu Yoyoh, tidak ingin berlama-lama untuk segera menyelesaikan masalah. Lagi pula nanti setelah dari rumah Ceu Yoyoh, harus pula menyelesaikan pesanan pembuatan kue ulang tahun yang akan diambil sore nanti.Tidak lupa Arini membawakan kue buatannya untuk anak-anak Ceu Yoyoh. Di saat sedang menutup pintu pagar rumah. "Assalamualaikum, Jeng Arini?" "Wa'alaikum salam." Arini menoleh ke arah asal suara salam itu terdengar. "Mau kemana Jeng? Sepertinya terburu-buru sekali?" Tante Naya, tetanggaku, hanya berbeda lima rumah dari sebelah kanan tempat tinggalku, juga di Pinggir jalan raya.Tante Naya juga punya usaha yang samasama dengan Arini, menerima pesanan pembuatan kue dan catering makanan. 
Baca selengkapnya
16. Aku Ikhlas Mbak
Lewat pesan singkat, Syarifah meminta Arini untuk bertemu dengannya di sebuah taman di tengah kota. Arini mendatanginya, dan kembali permintaan yang sama terucap dari mulut Syarifah.  Tetapi ada satu hal yang membuat Arini semakin terkejut, saat istri dari Gazza ini bercerita jika suaminya itu belakangan ini di-diagnosis Dokter mengidap penyakit yang sangat serius dan mematikan. Arini sampai tidak percaya mendengarnya.  "Mbak Arini bersediakan, jika menikah dengan Gazza?" Syarifah kembali meminta kepastian. Arini hanya terdiam, bingung dan tak tahu lagi harus bicara apa. Mendengar jika gazza menderita penyakit kanker darah saja sudah sangat mengejutkan baginya. "Menikah dengan Gazza? Bukannya malah akan membuat hatimu lebih sakit Dik?" "Aku hanya ingin dia bahagia, di akhir sisa hidupnya Mbak," ucapnya.&nbs
Baca selengkapnya
17. Hari Pernikahan
Keputusan sudah diambil, dan apa pun yang akan terjadi nanti, Arini harus sudah siap menghadapinya, termasuk dengan menjadi orang ketiga dalam hubungan Gazza dan Syarifah. Jika bukan karena keadaan sakitnya Gazza, mungkin Arini tidak akan pernah menerima lamaran Syarifah. Dua hari setelah Syarifah ke rumah,  Gazza pun datang berkunjung. Dibawakannya beberapa macam makanan dalam jumlah yang lumayan banyak. Atika yang nyengir kegirangan.  "ini makanan kesukaan aku semua," katanya. Sebagian Arini mintakan Mbak Lasmi untuk mengantarkan kepada Ceu Yoyoh dan anak-anaknya. "Terimakasih Arini, kamu sudah mau menerima lamaranku." Gazza memulai pembicaraan, di teras depan rumah. "Bagaimana keadaanmu, Za?" Arini mengalihkan pembicaraan. "Aku baik-baik saja Arini," ucapnya, tetapi tatapan matanya t
Baca selengkapnya
18. Petaka Buat Susan
 Selepas jam makan siang, Hendra dan Susan memutuskan untuk kembali ke Kantor, setelah semalaman mereka berdua harus melayani hasrat Pak Dedi dan istrinya, dengan kelainan seks menyimpang mereka. Sungguh di luar perkiraan, jika pejabat daerah sekelas Pak Dedi mempunyai kelainan seks dalam bercinta seperti itu, begitupun dengan istrinya. Jika di media televisi atau pun surat kabar, sosok Pak Dedi si pejabat daerah itu terkesan sangat religius, dekat dengan masyarakat, dan anti korupsi, ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Hendra tahu, karena sering bekerja sama dengannya. Segala cara dihalalkannya, yang penting baginya adalah membawa keuntungan buat dirinya. "Tahu sama tahu, yang terpenting saling menguntungkan." Prinsip dasar dalam berbisnis di luar pola kewajaran. Dari hotel di daerah Senayan. Pak Timan menjemput mereka dan langsung menuju k
Baca selengkapnya
19. Penyakit Kotor
Part 16Anita terlihat sekali sangat terpukul saat mengikuti prosesi pemakaman Michelle, putrinya. Matanya terlihat sembab dan wajahnya sangat pucat. Menangis terisak saat jenazah sang anak dimasukkan ke liang lahat. Frans, suaminya, berdiri di samping Anita. Jauh terlihat lebih tegar, walaupun kesedihan juga terpancar dari raut wajahnya.Sesaat setelah pemakaman selesai, beberapa kerabat, teman, dan rekan sejawat mulai mendekati Anita dan Frans untuk mengucapkan turut berbelasungkawa. Termasuk Hendra diantaranya, ikut mengucapkan turut berdukacita, atas musibah yang sudah menimpah mereka berdua.Segera setelah menyaksikan prosesi pemakaman Putri Anita, dengan ditemani Pak Timan, Hendra segera menuju kantor Polisi untuk dimintakan keterangan tentang kasus penyerangan yang di lakukan Imron terhadap Susan. Sebagai seorang saksi, sama statusnya dengan Pak Timan, karena saat terjadi peristiwa tersebut mereka berada di tempat kejadian perkara.Setengah jam kemudian, mereka sudah sampai di
Baca selengkapnya
20. Rindu Masa Lalu
Pov HendraPenyakit Gonore yang kuderita sudah semakin membaik, rutinitas meminum obat secara rutin, sudah menunjukkan gejala kesembuhan. Pagi ini, aku sudah mulai bisa melanjutkan aktivitas seperti semula, kembali berangkat ke kantor.Sebuah panggilan telepon masuk lewat telpon selulerku, ternyata Intan yang menghubungi."Kenapa Tan?" "Maaf Pak, saya baru dapat informasi, dari pihak keluarga, jika Susan sudah berpulang, selepas Subuh tadi.""Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un," ucapku pelan. Terasa begitu mengagetkan, jika Susan harus berpulang dengan cara seperti itu. Sungguh tiada menyangka, di saat pihak Rumah sakit sudah mengupayakan persediaan darah untuk Susan, dan takdir Tuhan berencana lain."Baik, Intan ... saya akan langsung ke Rumah sakit," ucapku."Tidak usah Pak Hendra, langsung ke rumah duka saja, karena kabar terakhir, Susan sudah dibawa oleh pihak keluarganya ke rumah Vijar untuk disemayamkan di sana.""Baik Ntan, saya akan langsung menuju kerumah duka.""Iya Pak, say
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status