All Chapters of Nafkah Batin Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
Selamat Tinggal Papa
POV Afwan Aku bergegas ke luar. Tak kuhiraukan Mirna yang memanggilku. Entah mengapa aku ingin mendengar suara Aini. Aku ingin bicara panjang lebar dan terbebas dari pandangan penuh cemburu Mirna. Di sudut hatiku yang lain memang kesal tapi di sisi hatiku yang sesungguhnya aku kasihan melihat Mirna. Perasaan kasihan bercampur jengkel yang menyatu di dadaku membuat jiwaku lelah.Mungkinkah ini balasan dari sikapku selama ini pada Aini? Dua tahun mengarungi hidup bersama yang kuberikan padanya hanya kepalsuan dan kepura-puraan. Awal pernikahan, aku masih bertahan. Aku masih menyentuh Aini layaknya seorang suami. Aku masih ingat segala jasa baik kedua orang tuanya yang telah banyak membantuku sehingga aku bisa lulus kuliah dan punya perusahaan.Aku membalas budi baik Pak Surya Papanya Aini, dengan manis. Sampai di tahun kedua, aku bertemu Mirna di reuni teman sekolah waktu SMA. Mirna yang cantik, bohay, manis dan manja seketika langsung membiusku.Pertemuan demi pertemuan semakin membu
Read more
Mirna Pendarahan
POV AfwanAku mundur ke belakang. Tak mampu memeluk tubuh Aini yang kian sesenggukan. Merapikan debaran sakit di hati yang kian terasa.Bahkan di saat dirinya hancur sekalipun Aini masih tak menerimaku. Aku sudah tidak ada tempat dihatinya. Dia memilih memeluk lukanya seorang diri dibanding melabuhkan kepalanya di dadaku.Suasana semakin ramai. Kerabat dan sanak saudara, mulai berkumpul untuk takziyah. Semasa hidupnya Papa Aini adalah orang yang sangat baik. Sahabat dan saudaranya sangat banyak.Wajar saat dirinya pergi, banyak yang merasa terpanggil untuk memberi penghormatan terakhir.Jenazah Papa sudah selesai dimandikan. Sudah terbujur bertutup kain panjang yang menutupi seluruh tubuhnya di ruang tengah, dikelilingi kerabat dan saudara yang tampak berduka. Rencananya setelah subuh dan masuk waktu solat duha sambil menunggu kerabat yang jauh, jenazah akan dibawa ke mesjid untuk di sholatkan setelah itu akan diberangkatkan dari rumah duka ke taman pemakan sebagai peristirahatan tera
Read more
Fadhil Menemui Aini
Air mata rasanya tidak berhenti mengalir dari kedua kelopak mata Aini. Hati Aini, Hancur luar biasa. kepergian Papa untuk selamanya seolah menggoreskan luka yang teramat dalam di hatinya. Di saat dirinya terpuruk oleh penghianatan Afwan suaminya, pun saat merasa runtuh dan jatuh mendapatkan, dia mendapatkan kenyataan seorang Affan tidak pernah mencintainya. Kehilangan Papa adalah hal yang paling menyakitkan yang pernah Aini alami. Dulu dia kehilangan mama tapi Aini masih punya Papa. Saat Mama pergi Aini tidak seruntuh ini, hatinya masih memiliki kehangatan dan harapan. Dia menyeka air mata yang lagi-lagi meluncur bak sungai di musim hujan. Angin sepoi yang lirih menerobos jendela mobil yang melaju sedang dan membelah jalanan Lembang yang tidak begitu padat tak juga mampu membuat hati Aini sejuk. Sesekali usapan lembut tangan Tante Isma di punggungnya seolah ingin memberikan Kekuatan kepada Aini. Aini melirik dokter Fadhil yang duduk di depan bersama Sinta yang tamp
Read more
Jadikan Aku Penggantinya
Aini berusaha tersenyum manis. Sebisa mungkin menyembunyikan kesedihannya. Sementara Bi Darsih segera bergegas ke belakang untuk membawa air dan membuat makanan kecil untuk teman ngobrol."Maaf, menunggu," sapa Aini ramah ramah.Dokter Fadhil balas tersenyum, sedikit menundukkan tatapannya."Tidak apa-apa, Aini. Mas...""Iya.Mas," jawab Aini menunggu dokter Fadhil menyelesaikan kalimatnya.Dokter Fadhil masih tak mau menatapnya. Aini agak kikuk."Maaf,Mas, ada urusan pentingkah? Sehingga malam-malam menemuiku?"Aini terpaksa to the point, menyaksikan dokter Fadhil yang terlihat sangat salah tingkah."Emh...""Apa, Mas?""Aini, maaf Mas, bicaranya sambil nunduk saja."What?"Oh."Aini hanya ber oh, karena bingung."Aini, baik-baik saja?" tanya dokter Fadhil."Apakah Mas melihatku tidak baik-baik saja?" Jawab Aini sedikit sensitif."Emmh, tentu saja kamu terlihat baik-baik saja dan...sangat cantik," jawab dokter Fadhil membuat paras Aini memerah.Tidak biasanya dokter Fadhil sehangat
Read more
Ceraikan Aini
15"Banyak gadis yang lebih pantas untukmu, Mas. Mendengar kau bersedia jadi imamku, rasanya...aku tengah bermimpi."Aini merapikan hijabnya, dengan sedikit grogi mengusap buliran keringat halus yang tiba-tiba membasahi keningnya.Aini merasa pernyataan dokter Fadhil di luar dugaan. Apa mungkin jatuh cinta secepat itu?"Banyak perempuan sempurna yang pantas menjadi istrimu. Bukan aku, yang bahkan oleh suaminya sendiri, di abaikan dan dikhianati.""Begitukah?" tanya dokter Fadhil tersenyum. Senang melihat ada pelangi di mata Aini, walau samar dan nyaris tidak terlihat.Mata dokter Fadhil menatap lembut paras Aini sekilas. Menunduk lagi. Jaga pandanganmu, Fadhil. Jika kau tidak ingin makin jatuh cinta dan terbius wajah lembut dan mata bening itu. Dia masih terikat, statusnya masih istri orang.Sabar. Tahan rasamu, jangan sampai kau menyentuh dan memandangnya terlalu lama. Aini yang merasa dokter Fadhil berusaha keras berpaling darinya jadi salah tingkahm"Mas,"Dokter Fadhil mengangkat
Read more
Talak Untuk Aini
16Langit mendung kota Lembang menjelang senja seolah menjadi gambaran sempurna hati seorang Afwan. Kelabu, sunyi dan hampa.Berkali-kali Aku memandang wajah sendu Aini yang berbalut hijab kream dengan gamis bermotif bunga kecil dengan warna senada yang tampak manis.Entah mengapa, ada yang luar biasa nyeri saat aku menyadari kehadiran Aini dalam hidupku akan tinggal kenangan. Cerita tentang wanita lembut yang mencintaiku dengan sepenuh hati itu, hanya akan tinggal selembar sejarah dalam hidup.Apapun tentang Aini, kan berlalu seiring waktu, cerita tentang perempuan bermata dalam bak telaga itu, kelak hanya akan tinggal sebongkah kenangan yang sialnya, sulit hilang dan terlupakan.Suasana ruang tamu Aini yang luas terasa mencekam. Aini duduk di sebelah Bi Darsih dan Mang Engkus juga duduk agak jauh mdekat pintu. Mirna dan Mama tampak tegang. Hanya Paman Faisal adik almarhum Papa yang tampak lebih tenang.Kepalaku sungguh terasa berputar, tatapan rasanya berkunang. Hari ini di depan k
Read more
Aini Bangkit Melawan
Mirna dipermalukan Aini.Angin siang yang berhembus kencang menghalau arakan Mega di langit yang biru. Lukisan sepi dan wajah murung tergambar jelas di wajah Afwan yang berjalan lunglai keluar dari gedung pengadilan.Berkali matanya mencuri pandang pada sosok Aini yang berjalan ditemani Bi Darsih, Mang Engkus dan Sinta sepupunya. Sebetulnya, Tante Isma berencana akan ikut menghadiri sidang Aini bersama Afwan tapi urung karena kesehatannya sedang kurang baik.Jika wajah Afwan kelam dan menjalaga karena duka, maka wajah yang paling berbinar dan sumringah adalah Mirna. Dalam balutan rok ibu hamil berwarna cerah di atas lutut, Mirna tampak sangat Menawan. Tak hentinya wajahnya menebar senyum dan kegembiraan. Disisinya Mama, ibu dari Afwan terlihat tak jauh beda. Parasnya lega dan bahagia.Entah apa yang ada di pikiran Mirna dan ibunya Afwan, yang jelas Mereka tertawa jumawa. Dengan perut yang makin besar, Mirna seolah ingin memproklamirkan pada dunia bahwa dialah perempuan paling berun
Read more
Penyesalan Mama
Aini tersenyum pelan saat melihat Mirna seperti orang kesambet. Untuk beberapa saat wajah menornya seperti kehilangan banyak cairan darah. Pucat seperti mayat.Maafkan aku Mirna.Semula aku tidak pernah memusingkan tentang harta Gono-gini. Bagiku, bisa hidup damai tanpa banyak pertikaian pun, rasanya sudah cukup. Aini berbisik dalam hati.Selama aku tidak pernah pusing dan mengungkit apapun pemberian Papa untuk diriku dan Mas Afwan.Tapi cacian dan hinaanmu yang meneriakiku pecundang, perempuan tol*l dan tidak punya harga diri, memaksaku berubah. Mirna kamu membuatku sadar, kalau diam tak selamanya emas.Aku selama ini rela dan ikhlas melepaskan Mas Afwan, aku juga masih tersenyum saat kau memaksa Mas Afwan menceraikanku dengan cara yang sangat menyakitkan.Aku rela, pun dengan kehadiran dirimu yang menjadikan Mas Afwan begitu dingin dan hanya memberiku malam yang beku tanpa cinta dan kehangatan.Selama ini, aku tidak pernah bersungguh-sungguh melawanmu Mirna.Sampai kejadian di hala
Read more
Permainan Dimulai
"jadi betul rumah itu atas nama, Aini." tanya Mirna tajam."Betul. Rumah itu atas nama Aini, Mir." Afwan yang baru tiba di rumah setelah seharian bekerja menjawab dengan sedikit kesal. Bagaimana mungkin dia baru tiba, capek, pusing karena jalanan macet juga seharian memeriksa banyak laporan perusahaan, membuatnya lelah secara pisik dan juga hati. Bukannya disambut dengan wajah lembut dan hangat oleh Mirna, apalagi secangkir teh hangat dan pelukan penuh rindu seperti yang biasa didapatkan dari Aini, malah pertanyaan tajam dan pedas. Wajah itu datar dan tak ramah, tak seulaspun senyum manis tersungging di bibir tipisnya, yang ada adalah kecurigaan yang memuakkan."Punya Aini? bukan atas namamu, Wan?" timpal Mama kaget. Pupus sudah harapannya kalau Aini berbohong dan hanya mengaku-ngaku rumah itu miliknya."Iyalah, Ma. Kapan aku bilang itu milikku," jawab Afwan sedikit kesal.Tenggorokannya kering dan haus."Kok, bisa?" Mirna mendelik. "Bisalah, Mir. Tak ada yang tidak bisa di dunia in
Read more
Pelan- Pelan Saja
20"Mama, maafkan aku." Aini berbisik lirih melihat mercy clasic merah metalik yang kini bertengger di halaman rumahnya.Aini tidak membayangkan Mama tanpa mobil itu. Mobil yang biasa dia gunakan ke berbagai acara dan urusan. Mama anti naik transportasi umum, meski Afwan kadang memintanya sekali-kali naik ojeg onlin atau taxol jika terpaksa, tapi Mama bergeming.Dia cukup kukuh dengan citra diri sebagai perempuan mapan dan berkelas.Mama sepertinya mulai hari ini, aku ajarkan bagaimana hidup rendah hati dan bersahaja. Mulai detik aku akan membuatmu dan Mirna sedikit berpikir bahwa mencari uang itu tidak mudah. Kupastikan kekuasaan Afwan di perusahaan akan kupantau. Aku punya banyak mata dan telinga yang bisa memantau gerak gerik dan kebijakanmu. Sesuatu yang tidak pernah aku lakukan selama ini. Aini tersenyum pelan.Luka menjadikannya perempuan tangguh. Luka tak hanya memberinya rasa sakit, tapi menjadikannya kuat dan besar. Aini kini sadar adakalanya bangkit dan melawan adalah pilih
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status