Semua Bab Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Bab 71 - Bab 80
220 Bab
BAB 81: Mematahkan
Kesalahan apa lagi yang telah dia perbuat hingga membuat seseorang melakukan hal ini kepadanya?. Beberapa kali Winter harus mengatur napas dan mengontrol emosinya. Perlakuan buruk di depan umum dan menjadi sebuah tontonan menyenangkan bagi semua orang membangkitkan ingatan buruk pada Winter mengenai masa lalunya ketika menjadi Kimberly. Ini tidak seberapa.. Hal-hal mengerikan yang pernah terjadi kepada Kimberly sepuluh kali lipat lebih kejam dari ini. Winter mengacungkan jari tengahnya di hadapan anak-anak yang sudah mengguyurnya. “Pecundang” sindir Winter dengan kata yang cukup keras. Dengan tubuh basah kuyup dan bau, Winter pergi melanjutkan pejalanannya tidak mempedulikan tatapan dan cemoohan kecil banyak orang kepadanya. Winter harus segera sampai ke kelasnya untuk melihat pertunjukan apalagi yang di lakukan para pecundang kecil dalam membullynya. Keadaan Winter mencuri perhatian semua orang, tidak jarang dia mendengar banyak celaan dari mulut beberapa gadis saat melihatnya
Baca selengkapnya
BAB 82: Balasan Setimpal
Butuh enam jam, butuh selama itu untuk menemukan siapa yang sudah menyiram Winter dari tangga, pelakunya dua orang gadis dan satu orang anak laki-laki. Sisanya, ada lebih dari sepuluh orang anak yang berjajar tertangkap karena mereka yang menyimpan banyak pesan di meja dan loker Winter, di tambah lagi ada lebih dari lima orang anak tertangkap karena mereka sudah meninggalkan komentar kebencian dan provokasi. Anak-anak itu tertunduk tanpa nyali di dampingi orang tua mereka yang terlihat tidak bisa berkata apapun atas apa yang di lakukan anak mereka. Mereka membawa pengacara masing-masing untuk menjadi juru bicara. Kirin International High School adalah sekolah elit, hampir semua murid yang bersekolah adalah anak-anak yang berkecukupan karena itu mereka masih berani mengangkat wajah mereka dan di damping oleh pengacara mereka. Winter duduk di antara Vincent dan lebih dari sepuluh pengacara top di negara yang mendampinginya. Reaksi berlebihan Vincent cukup menyenangkan untuk Winter
Baca selengkapnya
BAB 83: Kegagalan Paula
Jenita mengetuk meja meminta semua orang untuk tenang, Jenita harus berdiskusi dengan beberapa orang dan membicarakan keputusan yang terbaik. Anak-anak yang berada di hadapan Winter menangis dan memohon-mohon di penuhi oleh ketakutan yang kuat karena kedua pilihan yang di inginkan Winter sama sekali tidak ada yang menguntungkan. Diskusi di antara Jenita dan para petinggi berjalan lebih dari sepuluh menit, tidak berapa lama Jenita kembali duduk dengan tegak di kursinya untuk memberitahukan keputusan sekolah. “Apa yang sudah di sikusikan. Masalah ini akan saya pastikan tidak akan pernah terjadi lagi kepada siapapun lagi ke depannya. Untuk melindungi korban, dan menyelamatkan masa depan pelaku yang masih muda dan masih membutuhkan bimbingan pendidikan. Dengan ini saya memutuskan, saya akan mengeluarkan mereka dari sekolah, hari ini juga dan menerima syarat evaluasi ulang mengenai sekolah,” putus Jenita seraya mengetuk palu mengakhiri masalah yang ada. Vincent langsung memeluk Winter
Baca selengkapnya
BAB 84: Kakak Marvelo
“Jika kau melewati masa mudamu dengan hal-hal baik saja, kau tidak akan memiliki kenangan yang berharga,” jawab Winter terlampau tenang. “Berhenti beromong kosong. Sejak kapan kau merokok?” “Memangnya apa urusanmu?” tanya balik Winter dengan senyuman lebar. “Hah.. sayang sekali” Winter menghela napasnya terlihat panjang. Perlahan Winter membungkuk, gadis itu merongoh sesuatu dari bawah bangku yang di dudukinya, Winter mengambil sebatang rokok bersama pemantik yang terbungkus kertas. Winter sengaja menyimpannya di sana karena hanya itu sisa rokok yang dia miliki dari Marius. Dengan tenang Winter mengambil pemantik dan menyalakannya, tanpa ragu dan berpikir dua kali, Winter langsung merokok di hadapan Marvelo, dengan sangat pandai Winer mengisap rokok itu dan membuang kepulan asap dari mulutnya. Beberapa kali Marvelo berkedip, dia masih tidak percaya, Winter yang polos, lembut dan tidak pernah macam-macam, kini merokok di hadapannya. Winter tidak hanya merokok biasa.. Dia merok
Baca selengkapnya
BAB 85: Perasaan yang Muncul
Marius menggerakan kursi rodanya melewati beberapa orang yang berjalan ke arah berlawanan, beberapa kali pria itu berhenti di depan kelas-kelas latihan dan gym tempat biasa Winter berada. Hari ini gadis itu tidak datang. Entah ke mana dia. Marius diam termenung, beberapa hari ini dia terus teringat sosok Winter yang kadang mengganggu dan membuatnya kesal karena gadis itu suka berbicara sembarangan, namun di saat Marius tidak melihatnya, dia merasakan sebuah kerinduan yang tidak dapat di jelaskan. Marius bingung karena tidak tahu apa yang dia rindukan dari Winter, yang pasti Marius ingin banyak berbicara dengan gadis itu. Dengan berat hati Marius kembali ke ruangan terapinya dan kembali berlatih. Beberapa dokter dan temannya cukup di buat kaget karena Marius berinisiatif ingin berlatih berjalan usai beberapa jam bertemu dengan psikolog. Tidak ada yang tahu, keinginan Marius muncul usai Winter mengatakan sesuatu yang cukup dalam dan jujur kepada Marius. Perkataan Winer sangat me
Baca selengkapnya
BAB 86: Paula Tahu
“Aku sangat khawatir dengan keadaanmu saat mendengar banyak kabar buruk di sekolah tadi siang,” cerita Paula sambil memperhatikan Winter yang melihat ke penjuru restaurant kecil. Tidak seperti biasanya Paula mengajaknya ke tempat terlampau biasa dan sederhana. Paula juga tidak banyak bicara dan tidak langsung mencecarnya dengan banyak pertanyaan seperti biasanya. “Semuanya sudah terselesaikan berkat kakakku.” “Bagaimana keadaanmu?” Tanya Paula terdengar sangat perhatian. Padahal di balik semua keributan yang terjadi dalangnya adalah Paula sendiri. Winter tersenyum lebar berpura-pura tidak tahu permaianan apa yang selama ini Paula lakukan di belakangnya. “Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku Paula.” “Kita sahabat Winter. Kau pasti sangat takut menghadapi semuanya.” “Aku sangat ketakutan Paula. Tadinya aku ingin diam seperti apa yang pernah kau katakan kepadaku, namun aku merasa sudah sangat lelah dan putus asa menerima semua perundungan begitu saja.” Paula
Baca selengkapnya
BAB 87: Menjebak dan Terjebak
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Paula pada akhirnya. Diam-diam Winter menyembunyikan senyuman puasnya karena akhirnya tahu, apa yang sebenarnya ada di pikiran Paula. Ternyata benar.. Paula sudah menyadari bahwa dia bukan Winter yang asli. Akan tetapi tidak ada bukti apapun yang bisa membuktikan semua kecurigaan Paula. Dalam satu gerakan Winter berbalik dan berakting terkejut di hadapan Paula untuk mendukung apa yang di pikirkan Paula. Termakan oleh reaksi terkejut dan takutnya Winter membuat Paula tersenyum miring penuh intimidasi. “Sejak pertama bertemu setelah kejadian di hari itu. Aku sudah menyadari perubahanmu, aku sadar bahwa kau sangat asing. Ternyata kecurigaanku benar, kau bukan Winter Benjamin.” “Apa maksudmu Paula? Apa yang kau bicarakan? Aku benar-benar tidak mengerti sama sekali,” kata Winter berpura-pura tidak tahu. “Jangan berpura-pura. Aku sudah muak denganmu! Kau bukan Winter.” “Paula.” “Winter alergi kacang pistachio, dia takut dengan apapun yang berhubungan d
Baca selengkapnya
BAB 88: Kemarahan Vincent
Suara langkah seseorang yang berlari terdengar di arah kanan, Paula melihat kedatangan Vincent yang berlari dengan panik. Tanpa basa basi Vincent langsung merangsek pakaian Nai dengan keras. “Apa yang terjadi? Aku memintamu untuk menjaga Winter, tapi kenapa kau membuatnya masuk rumah sakit. Harusnya kau menjaganya” tuntut Vincent penuh dengan amarah yang tidak terkendali karena baru saja hari ini Winter melewati masalah yang sulit di sekolah, sangat menyesakan bila mengetahui jika kini Winter masuk rumah sakit dan mendapatkan masalah lagi. “Katakan padaku!” tuntut Vincent dengan gigi yang saling mengetat. “Maafkan saya,” jawab Nai terdengar dalam. Tanpa terduga, tangan Vincent melayang cepat memukul perut Nai hingga pria itu terjengkang ke belakang dan meringis menahan sakit. Paula yang melihat terlihat sangat tengang, wajahnya pucat pasi penuh ketakutan melihat bagaimana marahnya Vincent. Vincent langsung mencengkram kerah baju Nai lagi dan mendorongnya ke dinding “Aku tidak butu
Baca selengkapnya
BAB 89: Mimpi Kelam
“Kau mau berbicara apa?” tanya Kimberly dengan nada dinginnya. Wanita itu bersedekap berdiri dengan angkuh mengenakan gaun cantik berwarna merah muda terlihat elegant dan selalu mencuri perhatian semua orang. Tidak ada kesedihan apapun di matanya meski beberapa hari yang lalu dia mengakhiri hubungannya dengan Sean. Kekasihnya. Kimberly masih bersikap angkuh dan tenang meski seminggu setelah memutuskan hubungannya dengan Sean, Rachel seseorang yang sudah Kimberly anggap sahabatnya sendiri itu mengumumkan bahwa dia mengandung dan akan menikah dengan Sean. Pengkhianatan besar itu tidak dapat menggoyahkan kekuatan yang ada pada diri Kimberly meski hatinya menganga di penuhi oleh luka yang amat dalam karena di khianati oleh dua orang yang selama ini dia percaya. Akan tetapi, meski hati Kimberly cukup sakit, Kimberly tetap tidak pernah menunjukan sedikitpun kesedihan itu di hadapan semua orang. Malam ini, Kimberly datang ke pesta seorang diri, dan di pesta ini juga dia bertemu dengan R
Baca selengkapnya
BAB 90: Manipulatif
“Winter, bangunlah Winter!” Suara Vincent terdengar memanggil membuyarkan mimpi buruk Kimberly. Tubuh Winter terguncang cukup kuat, gadis itu gelisah di bawah pengaruh mimpinya akan kehidupannya sebagai Kimberly. “Winter!” Bola mata Winter terbuka lebar, gadis itu langsung menarik napasnya dengan cepat begitu terbangun dari tidur dan mimpi buruknya. Winter menatap pasif ke sekeliling mencari-cari orang-orang yang telah menatap dirinya dengan penuh kebencian dan pengakiman di pesta malam itu. Winter berhenti bernapas seketika begitu menyadari bahwa dia sudah bermimpi. Winter segera memejamkan matanya, menghentikan air matanya yang akan jatuh karena mimpi mengerikan yang dia dapatkan. Namun diam-diam, tangan Winter yang terkepal di samping tubuhnya, kini meremas permukaan seprai terlihat gemetar di penuhi oleh keringat dingin. “Winter, syukurlah,” bisik Vincent penuh kelegaan, pria itu membungkuk, merengkuh Winter ke dalam pelukannya. Betapa risaunya Vincent karena Winter kembali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
22
DMCA.com Protection Status