Semua Bab Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas): Bab 21 - Bab 30
122 Bab
Tiga bulan berjalan
Part: 21***Hari sudah gelap, aku duduk di teras menunggu tukang bakso lewat.Aku sudah hafal jam Mang Sudir keliling, jadi aku menunggunya karena sebentar lagi pasti ia lewat sini."Bakso ... bakso!" Teriak Mang Sudir yang sudah kedengaran dari jauh.Kini langkahnya mulai mendekat ke arah depan kontrakkanku.Ia tersenyum sambil menghentikan dorongan gerobaknya."Semangkok ya, Mang! Seperti biasa," ucapku.Mang Sudir menggangguk dan bergegas membuatkan aku semangkok bakso.Setelah selesai ia menyerahkannya sembari berkata, "Dokter Wiliam biasanya selalu keluar jika mendengar saya sudah tiba.""Mungkin lagi diet," sahutku asal.Tak lama kemudian yang dibicarakan keluar, Dokter Wiliam berjalan ke arah sini."Buatin juga ya!" ujarnya pada Mang Sudir.Dokter Wiliam duduk di sebelahku. Perasaanku kembali tak karuan."Sorry ya, Ci. Kemarin saya dan Rena membuatmu cemas," ucanya menatapku penuh rasa bersalah."Sudahlah, lagian saya hanya takut kalian kenapa-napa. Cuma saya masih bingung den
Baca selengkapnya
Pernyataan Rena
Part: 22***Aku dan Dokter Wiliam mengobrol di ruang tamu. Perasaanku menjadi tak karuan, antara gugup dan senang."Sebenarnya saya ingin mengatakan ini dari jauh hari, tapi merasa sungkan," ujar Dokter Wiliam."Katakan saja, Dok!" Aku mencoba bersikap tenang."Dari awal kamu pindah ke sini, saya sudah menaruh simpati padamu.""Simpati? Saya rasa itu wajar, karena dokter mengetahui masalah saya yang sebenarnya," paparku."Iya memang, tapi lebih tepatnya saya menaruh hati padamu."Deg!Dentak jantungku mulai tak terkontrol lagi, apa sekarang aku tengah bermimpi?"Tetapi bukankah ....""Rena?" Dokter Wiliam memotong kalimatku.Aku mengangguk, karena aku fikir Dokter Wiliam menyukai Rena."Saya hanya menganggap Rena sebagai teman biasa. Kemarin saya mengajaknya pergi untuk menceritakan tentang ini. Jika tidak percaya tanyakan saja padanya," papar Dokter Wiliam.Aku tersenyum senang, rasanya hatiku dipenuhi bunga-bunga.Namun bagaimana dengan Rena?Apa perubahan sikapnya karena ini?"Lal
Baca selengkapnya
Rena mengundurkan diri
***Air mataku ikut berjatuhan, logika dan hati bertolak belakang."Apa ini benar?" Aku bertanya dengan gemetar."Untuk apa aku berbohong untuk hal sebesar ini Ci," jawab Rena."Aku tidak tahu harus mempercayai siapa saat ini, Ren."Rena menatapku cukup lama, aku benar-benar tidak bisa menyimpulkan apa pun sekarang."Ci, martabak dari siapa ini?" Rena menatap ke arah meja."Dokter Wiliam." Aku menjawab jujur."Berarti dia tadi ke sini?" tanya Rena lagi.Aku mengangguk pelan, Rena menghapus air matanya dan meraih kedua tanganku."Aku tidak memaksamu untuk percaya Ci. Silahkan cari tahu sendiri kebenarannya. Namun, jangan sampai terjebak sepertiku. Sekarang aku sudah kehilangan masa depanku Ci," papar Rena."Aku akan mencari tahunya Ren. Jika yang kamu katakan terbukti benar, maka aku sendiri yang akan menuntut pertanggung jawaban dari Dokter Wiliam itu!"Aku memeluk Rena, aku memang belum bisa mempercayai ucapan Rena sepenuhnya. Namun, aku juga tak tega jika membiarkan Rena larut dalam
Baca selengkapnya
Waktu berjalan, perubahan datang
***Saat sore hari, aku bersantai di depan teras setelah usai mandi. Ibu dan Mas Aryo akan berkunjung ke siniEh, bukan berkunjung! Lebih tepatnya ingin meminta tolong.Tak lama aku menunggu, kini terlihat sebuah mobil berhenti di depan kontrakkanku.Mas Aryo turun bersama Ibunya, sedangkan Desy tidak ikut serta."Silahkan masuk! Kita bicara di dalam saja," ucapku.Ibu memandang sekeliling ruang tamuku yang kecil. Namun, barang-barangku tentunya cukup banyak."Ini sofa mahal, kamu benar-benar hebat," puji Ibu.Aku hanya berdehem menanggapi ucapannya itu."Kamu juga sekarang tampak lebih cantik dan segar Dek," sambung Mas Aryo."Terima kasih, silahkan duduk dulu! Saya akan mengambil uangnya di kamar." Aku berlalu.Sampai di dalam kamar, aku mengambil uang yang tadi sudah aku tarik di ATM. Dengan santai aku berjalan mengahampiri mereka kembali, "ini, Bu ...." Aku menyodorkan uang yang ingin dipinjam Ibu itu."Wah, terima kasih. Kami akan membayar secepatnya," ujar Ibu.Mas Aryo tersen
Baca selengkapnya
Berduka
***Ternyata ....Om Wilson, dan Tante Ratna sudah terbaring kaku, keduanya kehilangan nyawa.Jeniffer histeris, sedangkan aku langsung menghubungi Dokter Wiliam.Selang beberapa saat, Dokter Wiliam datang dan syok. "Apa yang terjadi?" tanya Dokter Wiliam dengan pucat."Saya tidak tahu, tadi saya mendengar jeritan Nyonya dan Tuan, lalu saya masuk ke dalam kondisi mereka sudah tersungkur di lantai," papar penjaga itu."Jen ...." Dokter Wiliam menatap ke arah Jeniffer."Jeniffer tadi bersama saya di kontrakkan, kami juga terkejut melihat ini," sambungku.Dokter Wiliam membuang nafas kasar. Namun, tak terlihat kesedihan yang dalam di matanya. Sangat berbeda dengan Jeniffer, tubuh gadis cantik itu gemetar, air matanya berjatuhan. Aku dapat merasakan bahwa Jeniffer sangat berduka saat ini."Sebaiknya lakukan otopsi!" ujarku."Tidak! Ini sudah ajal mereka, apa pun penyebabnya, saya tidak ingin orang luar mencari tahunya!" tolak Dokter Wiliam Aku terdiam ....Kenapa?Bukankah harus diperik
Baca selengkapnya
99 foto gadis di kamar rahasia
***Kini kami bertiga telah berada di rumah Mas Aryo. Mantan mertuaku itu tampak masih pucat, tapi tidak separah kemarin."Terima kasih kalian sudah bersedia datang ke sini," ucap Ibu."Sama-sama, Bu." Aku tersenyum"Kok sekarang berubah jadi baik banget ke kamu Ci," bisik Rena heran."Alhamdulillah dong Ren," sahutku pelan.Ibu dan Mas Aryo memang jauh berubah, aku turut senang melihatnya."Mas dengar acara pernikahamu tak lama lagi akan di gelar ya, Dek?" Mas Aryo membuka suaranya.Rena dan Indah saling tatap, aku hanya tersenyum getir mengingat calon suamiku itu pun masih mengundang teka-teki yang sulit aku pecahkan."Insya Allah, Mas. Jika Allah menghendaki maka kami akan segera bersatu dalam ikatan halal," jawabku dengan lembut.Ibu yang mendengar ucapanku langsung menunduk, entah apa yang beliau fikirkan."Desy mana?" tanya Rena."Desy telah memilih laki-laki lain yang lebih segalanya dan yang jelas bukan laki-laki mandul seperti saya!" Mas Aryo menunudukkan wajahnya juga."Jang
Baca selengkapnya
Tempat yang diceritakan Rena
***Aku dan Jeniffer tidak bisa tidur hingga pagi. Setelah matahari mulai terbit, terdengar suara mobil di luar rumah.Sepertinya Dokter Wiliam sudah datang. Aku bergegas membuka pintu."Hey," ucap Dokter Wiliam menyapaku.Aku tersenyum menyambutnya, tapi hatiku terasa pilu.Kami duduk di ruang tengah, Jeniffer gemetar melihat kedatangan Dokter Wiliam."Jen, kenapa?" tanya Dokter Wiliam."Tidak enak badan Kak," sahut Jeniffer."Saya buatkan teh dulu ya," ujarku sembari berlalu.Di dapur aku mengirim pesan pada Rena. [ Ren, Dokter Wiliam sudah datang. ]Setelah menunggu beberapa menit, pesanku dibalas Rena. [ Hati-hati, tetap berusaha tenang dulu, Ci! ]Aku mengirim lagi emot setuju.Kini aku kembali ke ruang tengah membawa secangkir teh panas."Minum dulu!" Aku menyodorkan segelas teh."Terima kasih, hari ini kamu jangan pergi ke ruko ya! Biar saja karywatimu yang mengurus toko itu. Kita akan pergi mencetak undangan bersama nanti, Jeniffer juga ikut!" papar Dokter Wiliam.Aku menarik
Baca selengkapnya
Dokter Wiliam tertangkap
***Setelah mobil Dokter Wiliam berhenti, tak lama kemudian ia turun dengan seorang gadis."Ren, ada perempuan bersamanya," ucapku terkejut."Gawat, Ci! Perempuan itu pasti akan jadi korban selanjutnya," sambung Rena."Bagaimana ini Kak?" Jeniffer mulai ketakutan lagi."Kita harus turun sekarang!" ujarku geram.Rena setuju, sedangkan Jeniffer kami biarkan tetap berada di dalam mobil saja."Brengsek!" maki Rena.Dokter Wiliam sontak kaget melihat keberadaan kami berdua."Kalian!" ucapnya yang masih terlihat tenang."Apa yang ingin dokter perbuat di sini bersama seorang perempuan?" tanyaku pura-pura bodoh."Jangan salah faham dulu, Ci! Villa ini milik keluarga saya, bahkan Jeniffer sekalipun tidak mengetahui ini. Ayo kita masuk, di dalam ada beberapa orang yang sedang menunggu saya." Dokter Wiliam masih tersenyum polos."Omong kosong!" hardik Rena."Kenapa anda marah? Wiliam berkata yang sebenarnya, hari ini saya dan Wiliam ke sini untuk suatu tugas dari rumah sakit," ucap perempuan itu
Baca selengkapnya
Desy ingin kembali
***Waktu berganti, kini aku dan Rena mengantarkn Jeniffer ke bandara."Terima kasih banyak, Kak Suci, Kak Rena. Kalian sangat baik," ucap Jeniffer."Sama-sama. Jaga dirimu baik-baik di sana!" Aku memeluk tubuh gadis cantik bermata biru itu.Rena juga melakukan hal yang sama.Setelah selesai, aku dan Rena segera pulang. Rena tampak sedih, aku menjadi cemas."Ren," lirihku.Rena tak menjawab, ia hanya membuang nafasnya dengan kasar sambil fokus menyetir.Suasana menjadi hening, hingg kami sampai kembali di kontrakkan."Ren, kamu baik-baik saja kan?" tanyaku memastikan."Aku hanya berpikir tentang masa depanku Ci. Hidupku sudah tak ada artinya lagi sekarang," ucapnya dengan datar."Jangan bicara begitu, Ren! Allah tidak menyukai hambaNya yang berputus asa," lirihku menyemangatinya.Rena memelukku dengan tangisannya yang mulai pecah.Tiba-tiba ponselku berdering!Sebuah panggilan dari pihak kepolisian."Selamat siang, Saudari Suci!" ucapnya."Siang, Pak!""Maaf sebelumnya, saya hanya in
Baca selengkapnya
Mas Aryo terkena tumor
***Mas Aryo mengajak aku duduk di ruang tengah untuk membicarakan sesuatu. Entah apa yang ingin dibicarakan Mas Aryo, aku mencoba duduk dan mendengarkan dengan serius."Maaf, Dek. Mas hanya ingin bilang sesuatu," ujarnya."Katakan saja, Mas!""Sebenarnya ...." Mas Aryo menunduk sedih.Entah kenapa Mas Aryo tiba-tiba menjadi murung, ia seperti menahan air mata."Ada apa Mas?" tanyaku pelan."Mas mungkin tidak akan bisa bertahan lama. Dokter momvonis Mas dengan penyakit tumor otak stadium lanjut. Mas sering meronta sakit tanpa ada satu orang pun yang tahu, termasuk Ibu."Degh!Debaran jantungku seperti genderang mau perang ketika mendengar penuturan Mas Aryo itu.Aku tidak percaya dengan apa yang ia katakan, tubuhnya tampak sehat-sehat saja. Namun, ternyata Mas Aryo mengindam penyakit serius."Apa ini benar, Mas?" tanyaku menahan bulir bening yang ingin turun.Mas Aryo mengangguk pelan. Air matanya kini sudah berjatuhan."Mas hanya sedih jika ajal Mas datang lebih dulu, maka siapa yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status