All Chapters of Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas): Chapter 11 - Chapter 20
122 Chapters
Kejanggalan pada keluarga Om Wilson
Part: 11***Saat sampai di kontrakkan. Aku kembali terbayang kejadian diacara Mas Aryo itu.Sungguh pernikahan yang paling spektakuler! Aku bergidik ngeri membayangkan keluarga itu.Bisa-bisanya aku tidak menyadari perselingkuhan Mas Aryo dengan Widya selama ini.Namun, aku bersyukur, karena aku baru mengetahui setelah sah bercerai dengannya. Jika tidak! Mungkin lukaku akan terasa lebih perih.Dari pada aku terus memikirkan hal yang tidak berguna itu, lebih baik aku memasak saja di dapur. Aku membuat sup kembali. Niatku ingin mengantar sup buatanku ini pada Jeniffer nanti.Dengan semangat 45 aku siap dengan cepat!Aku segera menyisihkan sebagian untuk, ku berikan pada keluarga Jeniffer. Semoga saja Tante Ratna dan Om Wilson juga menyukainya.Sedangkan Dokter Wiliam, ia telah pergi ke rumah sakit setelah usai kembali dari pesta tadi. Katanya dinas malam
Read more
Memulai usaha baru
Part: 12***Saat aku hendak melangkah keluar pintu, aku berpapasan dengan Tante Ratna. Ia menunduk ketika melihatku."Tante ...." "Pergi! Jangan buat dirimu terlibat dalam masalah!" ucapnya yang memotong perkataanku.Aku semakin merasa ada yang tidak beres. Tante Ratna buru-buru berlalu setelah mengatakan itu. Aku pun segera keluar."Suci!" teriak Dokter Wiliam ketika aku sudah berada di depan gerbang.Aku memutar balik tubuhku, dan menoleh ke arah Dokter Wiliam. Namun, terlihat dari jendela lantai atas, Om Wilson memperhatikanku.Aku sungguh merasa ngeri melihat tatapan dinginnya itu."Suci, mau kamana?" tanya Dokter Wiliam yang kini sudah berada di depanku."Pulang, Dok. Saya ada pekerjaan rumah yang belum selesai tadi," ucapku berusaha tenang."Oh, baiklah!" sahutnya tersenyum.Aku bergegas melangkah. Ketika sampai di kont
Read more
Ketemu mantan mertua
Part: 13***Hari berlalu ....Aku dan Rena bersemangat mengelola toko pakaianku ini.Semua sudah tersusun rapi. Pengunjung juga mulai berdatangan.  Rena sangat handal dalam urusan tawar menawarkan. Aku sangat terbantu dengan adanya Rena di sini."Oya, Ren! Kamu belum sarapan kan?" tanyaku.Ia mengangguk dengan cepat. Aku mengerti maksudnya."Baiklah, aku beli lontong sayur yang ada di ujung itu ya," ucapku sembari berlalu.Tidak terlalu jauh dari toko pakaianku, ada sebuah warung kecil yang menjual berbagai makanan. Aku melangkah dengan santai.Ketika aku melewati salah satu ruko yang berisi pakaian lengkap wanita, aku melihat ada Desy di dalamnya.Aku bersembunyi di balik sudut pintu. Ternyata Desy sedang bersama mantan mertuaku. Sepertinya butik besar ini milik Desy. Ah, kenapa bisa kebetulan begini.
Read more
Mental Om Wilson terganggu
Part: 14***Aku dan Rena saling melempar pandangan, kira-kira siapa yang mengetuk pintu itu?Aku melangkah dengan pelan untuk membukakannya. Tidak ada suara, hanya sebuah ketukan saja.Entah kenapa aku menjadi gemetar, akhirnya aku memutuskan untuk mengintip dari balik tirai terlebih dahulu."Jeniffer," gumamku.Aku bergegas membukakannya pintu. Jeniffer terlihat begitu pucat. Tanpa berkata-kata, ia langsung masuk ke dalam. Aku mengunci kembali pintu kontrakkanku."Mari duduk dulu," ajakku.Jeniffer mengangguk, kami pun turut duduk di sofa dekat dengan Rena."Ada apa?" tanyaku dengan lembut.Jeniffer bergeming, wajahnya seperti orang yang sedang ketakutan.Aku dan Rena bertukar pandangan kembali. Jeniffer menunduk, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat.Aku melihat kondisinya itu merasa sangat cemas. Dengan sigap aku mendek
Read more
Om Wilson pernah depresi
Part: 15***Aku masih terdiam, sementara Rena terus saja menanyai ke mana perginya diriku tadi."Katakan, Ci. Jangan buat penasaran," ujarnya."Aku mencari Dokter Wiliam, tapi ia pergi ke rumah sakit lagi," paparku."Untuk apa Kak?" tanya Jeniffer pula."Sudahlah, ayo kita istirahat ke kamar."Aku mengajak mereka berdua untuk tidur, karena memang sudah larut.Kontrakkan yang hanya memiliki satu kamar saja, mengharuskan kami tidur seranjang bertiga.Rena sudah terdengar mendengkur pelan, sedangkan Jeniffer masih terjaga."Kenapa belum tidur?" tanyaku menoleh pada Jeniffer."Belum bisa.""Kenapa? Masih kefikiran soal Om Wilson?"Aku terus bertanya, Jeniffer hanya mengangguk sembari menutup mata."Om Wilson tidak berniat seperti itu, dia hanya tidak bisa mengontrol emosinya. Besok kita akan cari solusi," paparku denga
Read more
Terpesona pada pria yang sama
Part: 16***Setelah usah berbincang-bincang dengan Dokter Wiliam, kini aku kembali masuk ke kamar.Kegiatan rutinku tidak pernah terlewatkan walaupun aku sudah memiliki rutinitas baru.Dari kisah Mas Aryo, sekarang ditambah kisah keluarga Dokter Wiliam, aku sungguh tertantang untuk bisa membantu mereka keluar dari masalah yang seharusnya tidak perlu lagi dibesar-besarkan itu.Namun, aku juga mengingat nasehat Rena untuk tetap berhati-hati, karena ini bisa membahayakan diriku sendiri.Malam semakin larut, aku dan Dokter Wiliam sudah bertukar nomer watsapp. Ada debar-debar aneh, ketika ia menghubungiku di jam selarut ini.[ Sudah tidur? ] tanya Dokter Wiliam lewat pesan watsapp.[ Belum, ada apa? ] Balasku.[ Boleh saya video call saja? ] Degh!Jantungku semakin berdebar dengan kencang, Dokter Wiliam mengajak video call.Kenapa jadi gugup seperti ini?Aku belum membalas pesannya lagi, namun Dokter Wiliam sudah melayangkan panggilan videonya.Aku mencari jilbab terlebih dahulu, setelah
Read more
Patah hati berjamaah
Part: 17***Hari ini kami sarapan bertiga, ada degup jantung yang tak bisa aku gambarkan dengan kata-kata.Aku yakin Rena juga merasakan hal yang sama, karena sedari tadi ia menatap Dokter Wiliam dengan mata yang berbinar-binar."Nanti sore jadi kan kita makan di luar?" tanya Dokter Wiliam memecahkan keheningan."Em ... i-iya Dok," jawabku gugup.Rena menatap serius ke arahku, membuat aku semakin salah tingkah.Setelah selesai sarapan, Dokter Wiliam berpamitan pulang, "saya permisi dulu ya, nanti sore saya akan menjemput kalian.""Berarti saya juga ikut?" tanya Rena dengan semangat."Tentu saja, bertiga akan lebih seru."Aku tersenyum mendengar jawaban Dokter Wiliam itu, dan aku juga menjadi lega karena Rena turut ikut bersama.Usai kepergian Dokter Wiliam, aku dan Rena berbincang-bincang tentang hal konyol yang menyenangkan."Ci, bagaimana jika kita bersaing dengan sehat untuk mendapatkan hati Doktam?" Rena memulai kekonyolannya."Doktam itu apa? Gak usah saingan segala, mending kam
Read more
Rena tersipu malu, aku terasa pilu
Part: 18***"Kenapa kalian tampak kaget begitu?" tanya Dokter Wiliam heran.Aku cepat-cepat menstabilkan degub jantungku, dan Rena, ia tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.Sedari tadi makanan yang dipesannya hanya diaduk-aduk tak karuan."Dokter mau melamar siapa?" Aku bertanya dengan hati-hati."Rahasia dong, kalian cukup katakan hal apa yang paling disukai kaum wanita!" Rena masih tak bersuara, wajahnya tampak lesu seketika."Wanita itu suka kepastian, kalau memang Dokter mau melamar seseorang, cepatlah lakukan, karena menunggu terlalu lama itu membesonkan bagi wanita, dan satu lagi, wanita suka laki-laki yang jujur dan berani dalam menyatakan perasaan." Aku berlagak bijak kali ini.Rena masih membisu, bahkan ia tidak tertarik untuk membahas topik ini.Dokter Wiliam mengangguk mendengar perkataanku, ia juga memandang ke arah Rena yang tampak tak bersemangat."Gadis bawel, kenapa mendadak jadi pendiam?" Goda Dokter Wiliam.Rena hanya menatap sekilas, lalu membuang kembali pandang
Read more
Rena dan Dokter Wiliam hilang kabar
Part: 19***Aku dan Rena bersemangat sekali hari ini, toko pakaianku pun sudah sangat ramai sekarang.Setelah jam makan siang, Dokter Wiliam menjemput Rena. "Hey, bos Suci! Apa saya boleh meminjam temanmu sebentar?" tanya Dokter Wiliam meminta izin."Tentu saja, tolong kembalikan lagi dengan utuh seperti ini!" Aku melempar candaan.Walau pun hati sebenarnya sedikit perih."Tenang saja, ayo Ren!"Rena hanya tersenyum, berbeda dengan biasanya, siang ini Rena bersikap sangat anggun.Dokter Wiliam dan Rena pergi, kini aku sendirian di toko.Selang beberapa saat, Mas Aryo menghampiriku."Kok sendiri aja, Dek? Temenmu mana?" tanya Mas Aryo."Rena lagi keluar," sahutku cuek."Kalau diperhatikan, sekarang kamu tambah manis Dek."Mas Aryo mencoba merayuku lagi, entah apa tujuannya. Jika dulu, aku pasti selalu klepek-klepek dengan gombalannya itu, tapi sekarang malah ingin muntah."Katakan saja ada perlu apa Mas ke sini?" "Jangan jutek begitu dong, Dek! Mas cuma mau hubungan kita baik-baik s
Read more
Ada sesuatu yang Rena sembunyikan
Part: 20***Hari semakin sore, aku menutup kembali toko pakaianku.Langkahku semakin lemah, kecemasanku semakin tak terbendung.Setelah sampai ke depan kontrakkan, aku tidak langsung masuk ke dalam.Langkahku beralih menuju rumah Dokter Wiliam, aku akan menanyakan pada Tante Ratna atau Jeniffer.Kini aku berada di depan pintu, bell aku tekan dengan cepat, Tante Ratna membukakan pintu."Suci," lirihnya."Maaf, Tante. Saya cuma mau menanyakan keberadaan Dokter Wiliam," ujarku tanpa basa-basi."Ayo masuk dulu," ajaknya.Aku menurut, kini kami telah berada di ruang tengah, Jeniffer dan Om Wilson juga ada."Tadi kamu bilang mau bertanya soal Wiliam kan?" Tante Ratna membuka suara."Benar, Tente.""Kami juga menunggu kepulangannya, kemarin dia pamit untuk ke luar kota," papar Tante Ratna."Tapi kemarin Dokter Wiliam membawa temen saya, Tante. Katanya hanya ingin mengajak Rena bicara di luar." Aku mengatakan yang sejujurnya.Tante Ratna dan yang lain sontak saling melempar pandangan.Aku ju
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status