All Chapters of Ketika Istriku Tak Lagi Kerja: Chapter 31 - Chapter 40
54 Chapters
Bab 31
Aku semakin terpesona ketika sosok Rania mulai mendekat dengan anggun. Dengan cepat, aku merapikan pakaian yang kukenakan.Takut, kalau dia akan melihat penampilanku yang berantakan.'Rania, akhirnya kita bertemu kembali.' batinku bersorak bahagia.Sosok itu berhenti sejenak, matanya mengitari ruangan ini, dan berhenti tepat di diriku.Tatapan teduh tapi menyimpan banyak rahasia itu perlahan kembali melangkah.Padahal masih lumayan jauh, tapi dadaku sudah berdetak sangat cepat. Apa ini yang namanya cinta bersemi kembali?Tapi untuk apa dia di sini?Mataku tidak bisa lepas dari tatapannya. Apalagi cara berjalannya sangat anggun, ditambah dengan riasan wajah yang sangat pas menambah pesonanya berkali-kali lipat.Apa dia mau melamar pekerjaan, ya? Atau aku tawari saja dia untuk menjadi sekretarisku?Ah ... rasanya hatiku melayang-layang hingga ke angkasa. Tidak ... tapi lebih jauh lagi. Bahagianya.Rania tersenyum manis ke arahku. Sekarang kita hanya berjarak beberapa langkah saja.Dia b
Read more
Bab 32
Astagfirullah, Mama. Aku benar-benar tidak menyangka kalau posisi bisa membuatnya sampai seperti ini."Ma, Rania gak mau ketemu Mama," ucapku berat, tapi aku tetap harus menyampaikan ini. Sungguh teganya dia mempermalukan Mama begini."Kamu jangan mengada-ada, Riko! Dia sendiri yang sudah berjanji akan menemui Mama setelah setelah pekerjaan ini selesai," ucapnya dengan tatapan mata tajam. Jelas Mama tidak tahu kalau Rania sudah pulang, dari tadi di sini terus. Hanya mencuci piring.Padahal karyawan di sini sangat banyak, tidak kebayang Mama mencuci banyak alat makan."Aku benar, Ma. Di luar sudah tidak ada siapa-siapa, kecuali petugas kemanan," jelasku pelan dan hati-hati.Mama terdiam sebentar, "Mungkin Rania kau menemui Mama besok," ucapnya lagi yang ternyata masih belum menyerah.Aku hanya bisa mengusap wajah frustasi. "Ayo kita pulang, Ma," ajakku lagi. "Terus cucian ini bagaimana?" tanyanya bingung."Tinggal saja, Ma. Besok akan ada orang yang mengerjakannya.""Enggak. Kalau dik
Read more
Bab 33
"Hari ini aku bahkan ragu untuk pergi ke kantor, apalagi menyampaikan salam dari Mama kepada Rania. Enggak mungkin banget. Kecuali kalau aku punya kesempatan berduaan. Baru."Kenapa kamu Riko, mau bolos?" tanya Mama sinis. Daripada mendengar perkataannya yang tidak-tidak, aku lebih baik ke kantor. Meskipun nanti harus menanggung malu. Mau bagaimana lagi."Seriusan Rania direktur baru kita itu mantan istrimu?" todong Randy ketika aku baru saja turun dari mobil."Gak ada urusan." jawabku ketus. Padahal ingin aku mengakui dengan bangga kalau Rania adalah istriku. Karena kita belum bercerai secara resmi atau sah.Tapi enggak bisa. Semuanya terasa seperti tali yang mengikatku kuat."Cie ... baper. Cuman masalahnya benar gak tuh?" tanyanya membuat napasku naik turun."Maksudmu apa?" tanyaku sewot."Eh, malah baper beneran. Maksudnya kamu jangan ngaku-ngaku," ucapnya bangga, lalu tertawa terbahak-bahak."Cukup! Tidak ada yang lucu Randy." Tegas Bara. Randy yang merasa terusik pun langsung pe
Read more
Bab 34
Astagfirullah, Mama. Aku benar-benar tidak menyangka kalau posisi bisa membuatnya sampai seperti ini."Ma, Rania gak mau ketemu Mama," ucapku berat, tapi aku tetap harus menyampaikan ini. Sungguh teganya dia mempermalukan Mama begini."Kamu jangan mengada-ada, Riko! Dia sendiri yang sudah berjanji akan menemui Mama setelah setelah pekerjaan ini selesai," ucapnya dengan tatapan mata tajam. Jelas Mama tidak tahu kalau Rania sudah pulang, dari tadi di sini terus. Hanya mencuci piring.Padahal karyawan di sini sangat banyak, tidak kebayang Mama mencuci banyak alat makan."Aku benar, Ma. Di luar sudah tidak ada siapa-siapa, kecuali petugas kemanan," jelasku pelan dan hati-hati.Mama terdiam sebentar, "Mungkin Rania kau menemui Mama besok," ucapnya lagi yang ternyata masih belum menyerah.Aku hanya bisa mengusap wajah frustasi. "Ayo kita pulang, Ma," ajakku lagi. "Terus cucian ini bagaimana?" tanyanya bingung."Tinggal saja, Ma. Besok akan ada orang yang mengerjakannya.""Enggak. Kalau dik
Read more
Bab 35
PoV RaniaKetika rencana yang kusangka berjalan sukses setelah kabur, ternyata tidak. Mama dan Papa sudah tahu tentang tindakanku ini. Mereka pun memberikan ceramah terbaiknya untukku."Kali ini mereka benar-benar kelewatan, Ma," ucapku tegas."Bahkan Mas Surya pun ikut campur," lanjutku lirih.Tatapan mereka yang semula tajam, kini berubah menjadi teduh. Masa laluku dengan Mas Surya memang tidak sesederhana yang mereka lihat.Jika sudah menyangkut dia, otomatis Mama dan Papa akan setuju dengan keputusanku untuk bercerai. Tapa diminta, Papa langsung meminta pengacaranya untuk menangani kasusku. Tentu saja karena aku tidak ingin bertemu dengannya lagi.Kecuali di kantor, jadi aku bisa menunjukkan kedudukanku padanya."Besok kamu sudah bisa menggantikan Mas Dirga di perusahaan," ucap Papa memberitahukan. Reflek, aku memeluknya dan Mama bergantian."Katanya Sukma malah jatuh cinta sama suami kamu," sahut Mas Dirga ragu. Mungkin dia nyangka kalau aku masih punya perasaan padanya. Padahal
Read more
Bab 36
"Aku tidak ingin kau menyentuh tangan calon istriku seperti itu," ucapnya penuh penekanan.Seseorang yang suaranya membuat dadaku berdebar. Jelas aku tahu siapa laki-laki ini.”Siapa anda? Rania masih istriku," ucap Mas Riko penuh percaya diri dan penekanan. Tentu saja dia tidak akan mengalah begitu saja dan melepaskan aku. Pasti akan ada huru-hara. Dulu saja disia-siakan. Sekarang malah ingin mengejar kembali.”Istri?” Laki-laki itu menatap Mas Riko dengan tatapan mengejek."Tentu saja," jawab Mas Riko mantap. Aku benar-benar tidak tahu dari mana asal keberaniannya itu. Dulu, ketika aku masih menjadi istrinya, dua tidak pernah mengatakan dan mengakui seperti ini. Padahal Bu Retno dan Ica jelas-jelas menindasku.”Waw ... kau terlalu percaya diri, Riko." laki-laki itu tertawa sesaat. Setelahnya menampilkan ekspresi wajah mengerikan."Memang! Karena akulah laki-laki yang dicinta Rania," jawabnya tambah gila."Apa kau tahu kalau surat perceraian kalian sedang proses menuju rumahmu?" ujar
Read more
Bab 37
PoV RaniaKini aku sudah kehilangan kesabaran, dia pikir aku tidak akan berani jika dua keras. Heh, mana. Di rumah, aku berani menentang Mama dan Papa sedang berada di jalan yang jauh dari Allah. Apalagi dengan laki-laki yang jelas-jelas sudah bercerai denganku.Apalagi hanya seorang mantan suami, kok dia bisa bangga banget, ya.Menjengkelkan.Bughhh ... tadi pagi dapat bogem dari Mas Dirga, sekarang dapat dari Zein.'Kamu memang sangat beruntung, Mas.'Ada rasa bahagia melihatnya terhuyung seperti itu. "Kau hanyalah laki-laki yang mengandalkan wanita untuk hidup. Dasar tidak punya harga diri!" tegas Zein sambil memukulnya.Sebenarnya Zein tidak akan lagi mengeluarkan pukulan bertubi-tubi kalau Mas Riko mengaku salah, tapi sayangnya tidak. Dia bukan hanya tidak mengaku, tapi juga mencoba melawan, dan menyerangku."Cukup, Bos. Dia bisa tidak sadarkan diri!" seru sekretaris Zein yang baru saja datang dan membawa beberapa paper bag.Dia adalah Gani.Ia mencoba melepaskan Zein agar tidak
Read more
Bab 38
PoV Rania"Bagaimana, Dok?" tanyaku inisiatif. Soalnya dokter Hani hanya diam saja, dia tidak berbicara satu patah kata pun. Padahal kita sedang tegang-tegangnya."Kapan terakhir kali kalian berhubungan?" tanyanya serius. Kini suasana semakin mencekam.”Lumayan lama, Dok," jawabku jujur. Kembali aku mengingat kapan terakhir kali aku berhubungan dengannya. Aku benar, sudah sangat lama. Mungkin ada tiga sampai empat bulan. Karena aku memang tidak mau lagi bersentuhan dengannya ketika sikap plin-plannya mulai kumat."Berapa bulan?" tanyanya lebih serius."Kenapa emangnya, Dok?" tanya Mama yang terlihat lebih gusar dariku. Begitu juga Papa. Untung saja Mas Dirga tidak ada di sini. Kalau ada, mungkin suasana ini akan lebih menakutkan.Dokter Hani menghela napas panjang, "Entah ini berita duka atau bahagia bagi Rania yang rumah tangganya sedang porak-poranda," lirihnya membuatku seketika terdiam.Aku tahu maksudnya, berarti aku hamil. Kuusap perut yang memang terlihat lebih gemuk ini. Tida
Read more
Bab 39
Setelah terjadi perdebatan yang panjang, aku mendapatkan bogem dari laki-laki yang sedari tadi selalu bersamanya. Dapat kudengar kalau Rania memanggilnya Zein.Tapi aku merasa nama laki-laki itu tidak asing. Zein, seperti putra Pak Zein Mahendra. Lelaki yang berumur empat puluh tahun dan punya beberapa pabrik besar.Berkali-kali dia memukul area wajah dan perut, untunglah aku berhasil menahan tangannya yang mengepal kuat ketika hendak mendarat di wajahku.Karena ini adalah aset yang tidak bisa kubeli dan setelah sampai ke rumah, aku kehilangan kesadaran."Kenapa seperti ini?" tanya Mas Surya ketika aku baru membuka mata."Aku dipukul oleh laki-laki bernama Zein," jawabku jujur. Tanganku mengepal kuat. Kenapa tadi aku tidak menghajarnya dengan keras? Hilang sudah harga diriku sebagai seorang laki-laki."Zein?" tanyanya mengerutkan kening."Iya, Zein."Aku ingat betul bagaimana ganasnya dia menyerangku. Sayangnya Rania hanya bertindak biasa, bahkan tidak mengkhawatirkan aku sama sekali.
Read more
Bab 40
"Apa kau sudah berselingkuh dariku?" tanyaku tajam. Hati ini masih terasa sangat mencintainya. Jadi tentu saja akan terasa berat ketika menerima undangan pernikahan ini.Apalagi selama beberapa bulan ini aku sangat tersiksa ketika dia tiba-tiba menghilangkan. Tidak ada satu pun orang kantor yang tahu. Anehnya Pak Dirga tidak pernah menunjukkan respon ketika ada karyawan yang bertanya tentang Rania.Jadi, apakah sengaja disembunyikan untuk menjadi pengantinnya? Atau bisa saja dia pun terpaksa melakukan ini?Pokoknya aku harus mencari tahu alasan di balik Pak Dirga mau melakukan hal ini. Menurutku Zein adalah kandidat yang lebih pas, tapi seketika berubah menjadi Pak Dirga.Mencurigakan."Selingkuh? Kau terlalu percaya diri, Mas. Mau tidak pantas diselingkuhi!" ucapnya tajam dan mengenai ulu hatiku.Sangat menyakitkan."Ya, kau benar. Aku memang tidak pantas diselingkuhi karena tipe laki-laki setia. Bukankah setia harus dibalas dengan kesetiaan lagi?" tanyaku percaya diri.Padahal selam
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status