Ketika Istriku Tak Lagi Kerja

Ketika Istriku Tak Lagi Kerja

last updateLast Updated : 2022-07-17
By:  Ucu Nurhami PutriCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
9.2
11 ratings. 11 reviews
54Chapters
125.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku benar-benar kelimpungan ketika Rania--istriku tidak lagi bekerja, dia berubah drastis. Apalagi suasana di rumah seringkali mencekam. Kenapa dia berhenti berkerja? Padahal selama ini baik-baik saja dan dia juga tahu kalau kebutuhan pokok di rumah ini mengandalkan gajinya.

View More

Chapter 1

Part 1

"Masuk saja, Pak. Di sini saja." suara Rania mulai terdengar ketika aku sedang istirahat di kamar, karena hari libur.

 

"Nah yang itu bawa aja ke sana." lagi, suara Rania terdengar seperti memberikan komando.

 

Bahkan suara benda yang saling beradu pun terdengar keras.

 

Karena cukup penasaran, aku beranjak dari tempat tidur dan keluar menghampirinya.

 

"Kamu lagi apa, Ma?"

 

"Oh, ini, Mas...."

 

"Barang-barang siapa ini?"

 

"Akulah, Mas. Masa barang orang aku bawa ke dalam? Enggak mungkin," jawabnya tanpa melihatku sekilas pun. Dia kembali sibuk menata barang yang barusan di turunkan.

 

"Darimana ini? Kenapa seperti perlengkapan kantor?" mataku terbelalak ketika melihat benda apa saja yang baru saja dibawa Rani.

 

"Memang, ini semua dari ruanganku," jawabnya enteng.

 

"Kok dibawa ke sini semua? Kayak kamu dipecat aja, Ma." aku mengelus dada.

 

Semoga saja Rania tidak dipecat. Meskipun gajiku besar, tapi kebutuhan rumah ini tidak kalah besar. Apalagi kalau Mama dan dan Ica, adikku sudah minta uang. Habislah sudah.

 

Aku hanya bisa mengandalkan uang gajian Rania untuk makan dan kebutuhan sehari-hari lainnnya.

 

"Aku enggak dipecat, Mas." syukurlah, lagi-lagi aku mengelus dada. Ada rasa lega yang menyeruak. "Tapi aku memundurkan diri!"

 

Dadaku sangat terasa sakit ketika empat kata itu meluncur dari bibirnya, "Jangan becanda kamu, Ma? Enggak mungkin juga kan kamu ngundurin diri."

 

Kian menit, dada ini terasa kian sesak. Semoga saja dua hanya becanda. Ya, pasti dia hanya pura-pura.

 

"Siapa yang becanda, sih. Aku serius!" ucapnya pelan tapi penuh penekanan, apalagi senyuman mautnya yang membuatku yakin kalau dia tidak bekerja.

 

Bagaikan petir yang menyambar di siang hari, aku terpaku melihat Rania yang sibuk menata barang-barangnya.

 

"Aku mau beres-beres dulu!"

 

 

***

 

 

Setelah tahu Rania sudah mengundurkan diri, aku jadi malas untuk berbicara apalagi bermesraan dengannya. Pikiranku kalut dengan masalah kebutuhan Mama dan Ica.

 

"Mama minta uang sepuluh juta ya, Rik, buat pergi berobat," pinta Mama kala itu. Aku sangat kaget ketika mendengar nominalnya, emang berobat sebesar itu?

 

"Kenapa? Kebesaran?" aku hanya mengangguk dengan senyuman.

 

"Ya sudah, sembilan juta sembilan ratus, saja."

 

"Emang berobat semahal itu ya, Ma?"

 

"Iyalah. Ditambah Mama mau arisan dan belanja baju, jadi harus bawa banyak."

 

"Kok baju terus, sih, Ma?"

 

"Mas jangan menyalahkan Mama, karena Mbak Rania di sini yang salah," sahut Ica.

 

"Kok malah Mbak?"

 

"Mbak Rania itu enggak pernah beliin kita baju, semua uangnya dipake untuk keperluannya sendiri. Padahal kita lihatin dia pakai baju baru dan beberapa perhiasan." Ica mulai terisak.

 

Dari sejak itu aku tidak pernah memberikan uang gajianku kepada Rania, hanya sama Mama dan Ica.

 

"Kamu kenapa?" tanya Bara, dia adalah sahabatku satu-satunya.

 

"Pusing."

 

"Bukannya tiap hati?" ledeknya tersenyum.

 

"Kali ini meningkat ribuan kali."

 

"Kenapa lagi, sih?" Bara menarik kursi di sampingku dan duduk. Dia memang paling mengerti.

 

"Rania mengundurkan diri dari kantornya."

 

"Ya bagus dong. Berarti dia punya banyak waktu untuk di rumah dan mengurusmu."

 

"Bukan itu masakan, tapi bagaimana nanti aku memenuhi kebutuhan keluarga?" 

 

"Maksudnya?" Bara menautkan kedua alisnya.

 

"Gajiku tidak cukup jika harus memenuhi kebutuhan keluarga," ucapku pelan.

 

"Terus kau gunakan untuk apa uangmu?" Bara terlihat marah.

 

"Untuk Mamaku dan Ica."

 

"Astagfirullah, Riko. Kamu sudah melakukan tidak adil sama istri kamu." Bara menghela napas panjang.

 

"Jika uang yang kita punya hanya sedikit, maka cukupkan dulu kebutuhanmu dan istri. Kalau ada lebih, baru mama dan adikmu. Karena istri adalah tanggung jawab kamu yang paling utama." Bara terlihat kecewa.

 

Jadi maksudnya uangku lebih baik dihabiskan oleh istriku? Tapi bagaimana dengan mama dan adikku nanti? Tidak bisa!

 

 

 

 

Lanjut? Jangan lupa subscribe ya😘😘

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

reviewsMore

Lilis Indra Li'ummah
Lilis Indra Li'ummah
menarik dan seru ceritanya. gemes juga sama suaminya
2024-02-25 19:40:50
1
0
df zeafyneen
df zeafyneen
suka bgt crt nya. bnr2 buat pengalaman. greget ,emosi kenAA semua
2024-01-19 08:15:37
1
0
Saya Siapa
Saya Siapa
masih ngambang akhir kisah riko dan surya setelahnya......
2023-11-03 21:05:19
2
0
Khara_Asha
Khara_Asha
karya yang bagus
2023-05-29 19:11:44
1
1
MARETTA
MARETTA
pemuda yang tidak terduga
2022-07-21 23:17:38
1
0
54 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status