Semua Bab ISTRI RAHASIA SUAMIKU: Bab 41 - Bab 50
96 Bab
LAMARAN UNTUK ZAIN
"Sudah siap, Dik?" dari balik pintu Bang Fatur bertanya padaku."Sebentar, Bang.""Cuma ini yang akan kita bawa?""Iya, Bang.""Abang ke mobil, Zelia sudah sama Zain.""Iya, Bang, sebentar lagi aku menyusul."Aku kembali merapikan hijab dan riasanku. Kupoles bedak dengan tipis agar tak terlihat aku habis menangis.Hari ini aku akan mengantar anakku menuju rumah gadis yang hendak ia pilih untuk menjadi makmumnya mengarungi bahtera rumah tangga. Namun, hatiku seperti tak merelakan karena kita akan terhalang jarak Jakarta Solo.Setelah aku mengatur nafas dan hatiku agar jauh sedikit lebih tenang. Aku keluar dengan tas kecil menghiasi penampilanku.Bang Fatur menatapku tanpa berkedip. Ia berucap lirih tepat di telingaku, "Kamu cantik, Dik.""Memang kemarin aku tak cantik, Bang?" Aku menjawab sambil mencubit perutnya.Bang Fatur kembali berkata tepat di telingaku, "sekarang jauh lebih cantik.""Jangan seperti itu, malu dengan anak-anak."Ibu dan Zain yang memperhatikanku dan Bang Fatur ter
Baca selengkapnya
RAHASIA
"Apa aku tak salah lihat, Umi?"Suaranya bergetar ia menggelengkan kepalanya. Ibu mengambil Zelia dari gendongannya dan memberikan kepada Saka."Zelia, ikut Om Saka beli es krim, ya?"Zelia mengangguk dan tak protes seperti tadi.Ibu memegang tangan Zain. Berkata lirih di dekat telinga Zain, "tenangkan hatimu, Zain. Istiqfar."Sementara di seberang pintu. Bang Adnan dan Lulu yang menggandeng Ana sama terkejutnya dengan kami."Zain?"Bang Adnan mendekati Zain, tetapi Zain langsung menjauhinya."Ana, apa yang kamu maksud Al itu adalah Zain?" tanya Bang Adnan pada Ana n yang masih tersenyum tak mengerti apa-apa."Iya, Abi. Dia Zain Al Adnan lelaki yang hendak menikahiku.""Apa!"Lulu berteriak dan melepaskan tangan Ana dengan kasar.Aku masih terdiam tak percaya dengan kenyataan ini, bagaimana mungkin ini bisa terjadi."Ana, dia Abangmu!" seru Bang Adnan."Apa? Abi, tidak usah berbohong. Bagaimana bisa dia Abangku? Kalian jangan berbohong!"Zain terduduk di depan pintu, air matanya menet
Baca selengkapnya
ANA
"Zain!"Aku memeluk tubuhnya yang basah kuyup tak sadarkan diri. Bang Fatur kemudian memindahkannya bersama Saka yang terbangun karena teriakanku, begitu juga dengan umi dan ibu.Bang Fatur mengganti baju Zain, badannya panas. Aku mengompres Zain semalaman, Bang Fatur menawarkan untuk bergantian menjaganya tetapi aku tak mau. Biarlah aku yang merawatnya.Aku tertidur di samping tempat tidur Zain, ia masih belum bangun tetapi badannya tak lagi panas seperti semalam."Sudah bangun, Dik?" Bang Fatur membawa secangkir teh."Shalat Subuh dulu, biar Abang yang menjaga Zain," lanjut Bang Fatur menyambung ucapanya."Abang, tidak shalat?""Abang sudah selesai, Abang tak tega membangunkanmu karena tidurmu terlalu nyenyak. Cepatlah shalat sebelum fajar.""Iya, Bang."Semalam Bang Fatur yang mengganti mengompres Zain ketika aku tertidur, aku tak sadar karena terlalu lelah.Setelah selesai shalat aku menghirup sedikit udara segar bersama Zelia, ibu dan umi menyiapkan makanan.Aku kembali ke rumah
Baca selengkapnya
SENYUMAN
Sudah satu pekan Ana di rumah sakit. Zain dan aku bersama Bang Fatur selalu menemaninya. Zain tak pernah ingin datang ke sana sendiri tanpa aku dan Bang Fatur.Dokter bilang ia harus di temani agar pikirannya tak kembali melakukan hal buruk yang dapat mencelakainya.Kami baru sampai di rumah saat Bang Adnan dan Lulu menghampiri kami tepat di depan pintu rawat kamar Ana."Fatur, Kinan, kami sudah melakukan tes DNA dengan Ana, ia bukan anak kami. DNA kami tidak ada yang cocok," ungkapnya."Apa? Bagaimana bisa terjadi seperti itu."Aku terkejut begitu juga Zain dan Bang Fatur."Kemungkinan anak kami tertukar saat di rumah bersalin, karena saat itu Lulu pergi sendiri tanpa ada yang menemani jadi tidak tahu jika suster mungkin melakukan kesalahan."Zain tersenyum dengan manis, gigi gingsulnya yang sejak lama tak menampakkan diri kini terlihat dengan manis."Aku dan Lulu akan memberitahu Ana, Zain bisa menikahinya.""Apa Bang Adnan sudah memastikan bahwa tes itu benar? Aku tidak ingin anakk
Baca selengkapnya
PENGAKUAN
Zelia berlari memelukku saat kami sampai di rumah, mungkin ia rindu karena beberapa hari ini ia takku perhatikan pikiranku sedang tertuju pada Zain."Umi," panggilnya manja."Iya, sayang. Maafkan Umi, ya? Sudah ninggalin Zelia. Zelia rindu, ya?"Aku menggendongnya.Zain menghampiri kami."Assalamualaikum, Zelia?"Zain mencium pipi Zelia yang ia balas dengan pelukan. Sejak dulu Zain selalu akrab dengan adik-adiknya. Sifatnya yang penyayang dan lemah lembut membuat anak kecil cepat akrab dengannya."Assalamualaikum, Umi, Ibu?"Bang Fatur meraih tangan umi dan ibu bergantian, begitu juga denganku."Walaikumsallam."Kami mengikuti umi masuk, Arini sudah membuatkan minuman dan cemilan."Bagaimana keadaan Ana, Mbak?""Alhamdulillah sudah membaik, Arini.""Alhamdulillah.""Ibu, Umi, besok kita akan pergi ke rumah Bang Adnan untuk menikahkan Zain dan Ana?""Apa kamu tidak salah, Fatur?"umi bertanya dengan raut wajah heran."Ternyata Ana bukan anak Lulu dan Bang Adnan, Umi. Mungkin, mereka te
Baca selengkapnya
PERASAAN SALAH
Malam ini terasa sangat dingin. Lepas shalat Magrib dan makan malam aku putuskan untuk berbicara dengan Bang Fatur soal Arini. Kebetulan Bang Fatur tengah mengaji di dalam kamar. Bang Fatur memang lebih senang mengaji di dalam kamar karena itu tempat istirahatnya.Aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bang Fatur. Dia tersenyum dan melanjutkan bacaan Qur'annya.Setelah ia selesai membaca Al-Qur'an aku putuskan untuk berbicara padanya,"Abang?""Hemm."Bang Fatur terus membelai rambutku yang tergerai. Aku sengaja melepas hijab jika hanya dengan Bang Fatur karena memang dia menyukainya."Tadi aku berbicara dengan Arini, ia tampak murung.""Lalu?""Ia menangis tak henti."Bang Fatur terkejut."Kenapa? Ada apa dengannya?"Aku kembali menarik tangannya yang berhenti membelai rambutku. Aku memegang dengan erat dan menaruhnya di dadaku."Dia bilang hatinya sakit dan sesak serta air matanya jatuh begitu saja saat mendengar Zain akan bersama dengan Ana?""Maksudnya apa, Dik? Abang gak ngerti.""A
Baca selengkapnya
PERNIKAHAN ZAIN
"Zain, sudah siap, Nak?" tanyaku dari balik pintu."Sebentar, Umi."Aku dan Bang Fatur melihat Zain, ia bersiap di depan cermin. Kemeja putih pemberian Bang Fatur dengan jam tangan Hadiah dari Bang Adnan menghiasi tubuhnya.Bang Fatur merangkul Zain,"Jangan gugup, Zain.""Iya, Abi."Aku memasangkan peci di kepalanya, peci hadiah dariku dengan ukiran nama Arab di dalamnya."Semoga menjadi imam yang bertanggung jawab, Nak."Aku menitikkan air mata memeluk tubuhnya."Jangan menangis, Umi. Umi harus bahagia bersamaku."Aku dan Bang Fatur tersenyum dan memeluk Zain."Ayo kita berangkat."Kami berjalan beriringan, Semua keluarga sudah bersiap, tapi aku tak melihat Arini bersama kami."Umi, di mana Arini?" "Ada di kamar, Kinan. Ia bilang tidak enak badan jadi tidak ikut.""Aku akan melihat Arini sebentar, Umi."Umi Husna mengangguk mengiyakan, Bang Fatur mengikutiku menuju kamar Arini.Aku mengetuk pintu kamar Arini."Assalamualaikum, Arini?""Walaikumsallam, sebentar Mbak."Arini membuka
Baca selengkapnya
DUA TAHUN
Setelah dua tahun pernikahan Zain dan Ana, hubungan Zain dan Bang Adnan berangsur membaik. Bang Adnan juga lebih sering menghubungi Zafran di pesantren. Kami sangat bangga karena Zafran meraih gelar hafidz cilik tahun ini. Ia tak pernah ingin mau cuti, saat waktu cuti ia lebih senang menghabiskan waktu di pesantren menghafal bersama ustaz di sana. Aku dan Bang Fatur yang harus mengalah menjenguknya jika rindu dengannya. Hari ini aku dan Bang Fatur mulai mendaftarkan Zelia di PAUD Islam agar kelak ia juga mengikuti jejak abang-abangnya.Bang Fatur juga sudah tidak sabar hendak mengirim Zelia ke pesantren padahal ia bisa menunggu ketika ia sudah sedikit besar."Abang jangan kirim Zelia ke pesantren tahun depan, aku masih kasihan.""Dia sudah besar, Dik. Abang-abangnya masuk pesantren saat usianya tujuh tahun.""Tapi aku akan kesepian bang, Zafran tak ada dan Zelia akan Abang kirim juga ke pesantren.""Kan ada Abang, apa kamu mau memberikan adik untuk Zelia?"Bang Fatur tertawa menggod
Baca selengkapnya
ADNAN POV
Hidupku kini hancur, aku harus menerima semua konsekuensinya. Aku kembali menjadi marbot masjid seperti dulu saat semua harta bendaku untuk membayar kebutuhan ibu dan Mbak Zahra juga gaya sosialita Lulu.Aku mencoba tabah, karena hukuman akan selalu ada di saat keserakahan mulai merajai otak manusia.Bagai berjalan di atas duri saat aku tahu Kinan dan Fatur menikah. Terlebih putraku Zafran, ia begitu dekat dengan Fatur. Zafran bahkan tak pernah mau menatap atau sekedar bersamaku.Hubunganku dan Kinan serta anak-anak kembali membaik saat Zain menikahi anak angkatku Ana, anakku dengan Lulu yang telah tertukar saat ia masih bayi. Kinan mulai membuka hatinya untuk memaafkanku, begitu juga Zain.Penderitaanku belum berakhir. Setelah aku dan Lulu mengetahui bahwa Ana bukan anak kandung kami, saat itu aku tahu bahwa Allah masih terus menghukumku.Aku pantas mendapatkannya setelah apa yang aku perbuat kepada Kinan dan anak- anak kami. Lulu terus menangis setelah kami mendapat kabar bahwa kedu
Baca selengkapnya
S2 part 1
"Tak bisakah Abi tidak perlu datang kemari terus menerus. Tak usah Abi mencoba terus seperti peduli kepadaku, apa Abi tak tahu aku muak melihat Abi bersamanya. Itu semakin membuatku malu. "Aku melihat Zafran menangis, di depannya ada Bang Adnan dan juga Lulu."Zafran, Abi hanya ingin kamu lebih dekat dengan Abi dibandingkan Abi Fatur," ucap Bang Adnan mencoba menjelaskan."Itu tak akan bisa Abi. Di mana Abi dulu saat banyak mata dan mulut mencecar mengatakan aku tak punya ayah? Di mana Abi saat aku dan Umi berjuang matia-matian hanya untuk makan? Aku muak Abi. Jika Abi terus datang kemari itu semakin membuat teman-teman akan meledek!" Zafran semakin meninggikan suaranya. Aku pikir ia sudah menerima Bang Adnan, tetapi dugaanku salah. Masih bersarang kebencian di hatinya setelah bertahun-tahun ia menerima kedatangan Bang Adnan."Maafkan Abi, Zafran. Abi hanya ingin memperbaiki semuanya," ucap Bang Adnan lirih."Terlambat, semuanya terlambat Abi. bukan aku tak berusaha memaafkan Abi. A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status