Semua Bab DINGINNYA SUAMIKU: Bab 101 - Bab 110
122 Bab
Masa Lalu yang Terkait
Drama. Mungkin banyak orang mengira kisahku mirip dengan drama sinetron yang membosankan. Namun, semua yang terjadi adalah suatu ketetapan takdir yang harus dijalani tanpa mengeluh. Lelah? Mungkin iya, tapi aku tidak bisa berhenti, bukan? Semua pasti bisa terlewati jika dihadapi bersama-sama. Aku sangat tidak paham kenapa bisa Tedi Bagaskara menjadi dalang penculikanku. Kami sudah lama tidak bertemu dan yang kutahu, dia dulu melanjutkan kuliah di luar Jogja. Ya, lagi-lagi takdir yang menentukan arah angin, bukan? Aku cukup merasakan embusannya dan berusaha bertahan jika angin pelan berubah menjadi badai. Tedi? Dia memang sempat menyatakan perasaan lebih dari satu kali. Setelah kuingat-ingat lagi, dia pertama kali melakukan itu saat kami masih duduk di bangku kelas satu SMA. Saat itu, tentu Mas Danu masih bersekolah di tempat yang sama denganku, tapi sudah menginjak kelas tiga. Semua siswa-siswi di sekolah sangat paham bagaimana Mas Danu menjagaku. Hampir tidak ada laki-laki yang b
Baca selengkapnya
Tidak Akan Terkecoh
PoV ArsyaAku memerintahkan kepada semua satpam rumah untuk memperketat penjagaan dan tidak memberi izin bertamu selain keluarga saat aku tidak di rumah. Pun dengan kiriman paket atau makanan, tidak boleh dibawa masuk sebelum diperiksa isinya. Aku tidak mau kecolongan lagi. Untuk kali ini, ada Danu, tapi dia bilang akan menginap dua hari saja. Kedatangannya secara tiba-tiba itu hanya untuk melihat kondisi Manda. Dia juga akan membantu mencari tahu tentang Tedi Bagaskara di sekitaran Jogja. Untuk daerah Puncak dan sekitar, pihak berwajib sudah dikerahkan. Pagi ini, saat aku akan berangkat bekerja, Manda tampak sangat lesu. Dia seperti tidak mau melepasku pergi. Namun, setelah beberapa nasihat kuberikan, dia pun menurut. Perempuan itu terlalu perasa dan berpikir terlalu jauh.Sampai di kantor, aku langsung mendapat laporan mengenai resort dari Kenan, manager operasional yang kutugaskan mengelola resort. Dia sengaja datang ke kantor Bekasi untuk menemuiku karena katanya ada orang yang
Baca selengkapnya
Terjebak
PoV ArsyaSelagi masih ada Danu, aku akan memintanya menemani ke Jakarta. Aku tidak ingin ada orang lain tahu jika Manda sementara akan menginap di rumah Mama dan Papa, termasuk Bi Narti, Damar, dan semua satpam. Jika aku sendiri, takut jika sewaktu-waktu ada yang mengadang di jalan dan malah membahayakan Manda dan Afkar. Tanpa memberitahu tujuan, aku meminta Manda menata beberapa pakaian. Juga Mbak Resti yang kuminta menyiapkan semua keperluan Afkar. Ini demi kebaikan, sehingga akan lebih baik jika sedikit yang tahu. Untuk Mbak Resti, aku akan mewanti-wantinya untuk tidak menghubungi siapa pun nantinya sebelum keberadaan Tedi diketahui. "Mas kenapa pake rahasia lagi? Jawab dulu," desak Manda. "Kalau aku bilang, namanya bukan kejutan, Sayang." Kutangkup wajahnya dengan kedua tangan. "Mas gitu, sih? Aku padahal lagi males pergi-pergi. Masih takut." Ekspresi Manda terlihat menyimpan kekhawatiran. "Ada aku sama Danu. Nggak akan terjadi apa-apa," kataku lagi, mencoba menenangkan. Ma
Baca selengkapnya
Belajar Bela Diri
PoV ArsyaAku baru ingat kalau ponselku tadi jatuh di mobil saat kaca yang tiba pecah. Pasti Mama kebingungan karena aku belum memberi kabar juga. Ini sudah sekitar satu jam dari kejadian tadi. Kupinjam ponsel Damar untuk menghubungi Mama. Namun, sampai beberapa kali panggilan, tidak juga diangkat. Mungkin Mama tidak berani mengangkatnya karena pasti di ponsel beliau terlihat panggilan dari nomor baru. Akhirnya, kukirim pesan terlebih dahulu. Setelah itu, suara perempuan pun menyapa dan mencerocos panjang. "Arsya nggak pa-pa, Ma. Cuma luka sedikit. Manda lagi apa?" Aku mengalihkan pembicaraan. "Manda lagi tidur. Kalau urusan sudah selesai, cepat pulang," jawab Mama. Namun, aku merasa kalau ada yang sedang beliau sembunyikan. "Nggak ada yang Mama tutupi dari Arsya, kan? Mama tahu kalau aku—""Cepat pulang saja!" Mama menyela dengan cepat. Kemudian, dia memutuskan panggilan telepon secara sepihak. Sudah jelas, pasti ada yang Mama sembunyikan, tapi apa? Aku menjadi makin tidak tenan
Baca selengkapnya
Satu Pukulan
PoV Arsya"Bapak mau ke mana? Apa sudah membuat janji?" tanya seseorang yang dari nickname tertulis Gusti Pradana. Dia mengadangku saat akan masuk ke kantor Cahaya Properties. Sepertinya, dia petugas keamanan di sini. "Saya belum membuat janji, tapi saya ingin bertemu dengan Bu Raras, pemilik perusahaan ini," kataku setenang mungkin. "Maaf, Pak. Bu Raras sudah memberikan perintah untuk tidak memperbolehkan siapa pun masuk, kecuali yang sudah membuat janji." Laki-laki berseragam hitam itu masih melarang. "Katakan saja, Pak Arsya ingin bertemu." Aku menegaskan nada bicara. Laki-laki berkumis tipis itu lalu merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel. Sepertinya dia akan menelepon seseorang. Aku tidak berniat menguping dan memilih mengobrol dengan Damar. Dia sementara akan merangkap pekerjaan, termasuk menggantikan Elma, dan menjadi asisten pribadiku. Petugas yang berjaga di pintu masuk kantor Cahaya Properties itu akhirnya menyuruhku masuk setelah meminta maaf beberapa kali. Dia j
Baca selengkapnya
Ketakutan Manda
PoV ArsyaBaru saja, Manda berteriak histeris dan membuatku terbangun dari tidur dengan jantung yang berdetak tak keruan. Dia tampak sangat ketakutan dan langsung memelukku sangat erat. Napasnya terdengar memburu dan tak lama kemudian terdengar isakan pelan. Sementara, kubiarkan dia tenang dalam pelukan. Kalaupun aku bertanya, dia pasti belum bisa menjawab. "Mas Arsya jangan pergi-pergi lagi," ucapnya sangat pelan. Dari ucapannya, aku tahu kalau Manda mungkin terbawa mimpi dengan kejadian akhir-akhir ini. Aku sangat tidak tega melihatnya seperti itu. "Aku di sini, Sayang. Tenanglah." Kuusap lembut kepalanya. Aku tidak bisa berjanji kepadanya untuk tinggal karena memang banyak yang harus diselesaikan di luar rumah. Pekerjaan sedang menanti dan masalah demi masalah karena Tedi sangat menguras pikiran. Serangan darinya belum bisa diselesaikan. Pelukan dari Manda mulai renggang dan dia kemudian menatapku dengan sorot yang sangat sendu. "Aku nggak mau kehilangan Mas Arsya. Aku takut .
Baca selengkapnya
Kabar Baik
PoV ArsyaDua hari sudah, aku hanya terbaring di tempat tidur. Tubuh menggigil dan perut yang sangat tidak nyaman membuatku sulit untuk menerima makanan sehingga tubuh terasa makin lemas saja. Untungnya ada Manda yang merawatku dengan sangat telaten. Dia sama sekali tidak meninggalkanku. Ternyata, aku bisa tumbang juga. "Mas sarapan dulu, ya." Manda sudah siap dengan satu piring bubur di tangan. Meskipun sebenarnya malas makan, aku tidak pernah bisa menolak saat Manda akan menyuapi. Aku tidak ingin menambah kekhawatirannya dan ingin lekas sembuh. Lagi pula, saat melihat senyumnya, makanan yang rasanya hambar, bisa begitu nikmat. Lagi pula, aku memang harus mengisi lambung setelah setengah jam yang lalu minum obat yang dianjurkan sebelum makan. "Aku sempet mikir. Apa lebih baik Mas Arsya sakit aja kayak gini biar nggak bisa ke mana-mana? Tapi, aku pikir-pikir lagi, nggak enak kalau Mas di rumah dan nggak bisa ngapa-ngapain. Bahkan, cium aku aja jarang banget sekarang." Tiba-tiba, Ma
Baca selengkapnya
Keras Kepala
PoV ArsyaAku tidak boleh banyak bergerak setelah opsi operasi dilakukan. Itu semua karena hasil USG menyatakan jika terjadi lambung bocor dan membuatku sempat berada pada masa kritis. Alhamdulillah, sekarang aku sudah dipindahkan ke ruang rawat setelah observasi pasca operasi selesai dan kesadaran benar-benar pulih. Namun, untuk sekadar bicara saja, aku masih kesulitan karena napas yang terasa berat. Tampak Manda menemaniku dengan kedua mata yang bengkak. Sepertinya, dia tadi menangis cukup lama. Ada juga Mama yang duduk di sofa dengan mata tertutup. Saat aku mengedar pandangan di ruangan ini, jam di dinding menunjuk angka sebelas untuk jarum pendeknya. Pun, dari suasana sepertinya sudah malam. Perlahan, aku mengulurkan tangan kanan untuk menyentuh wajah Manda. Namun, rasa sakit menyentak di perut sehingga aku mengurungkan niat. "Mas nggak usah gerak dulu. Nggak usah ngomong juga. Sekarang, Mas istirahat lagi saja. Aku akan di sini buat jagain Mas." Mendengar ucapan Manda, aku ju
Baca selengkapnya
Menghadiri Persidangan
PoV ArsyaSepulang dari makan siang dengan Manda, aku mendapat undangan untuk menghadiri sidang putusan kejahatan Tedi Bagaskara. Aku ditunjuk menjadi saksi sekaligus korban atas semua yang dilakukan teman SMA Manda itu. Tidak hanya aku, Manda pun mendapat undangan yang sama karena dia pernah menjadi korban penculikan saat di Puncak. Prosesnya ternyata cukup lama. Dari sejak laki-laki itu ditangkap hingga satu bulan lebih terlewat, sidang baru diadakan. Ya, hampir sama dengan saat Jihan dulu. Pengumpulan bukti-bukti itu butuh waktu. "Mas, apa aku harus ikut?" tanya Manda ragu-ragu. "Iya, Sayang. Memangnya kenapa?" tanyaku penasaran. "Aku takut aja. Dulu waktu aku dateng pas sidangnya Mbak Jihan, aku—""Jangan mikir kejauhan, Sayang. Semua akan baik-baik saja. Lagian, dia udah ditangkap. Nggak akan mungkin bisa ngapa-ngapain," selaku, menghentikan ucapannya. Manda mengangguk kecil. Kemudian, dia melangkah masuk ke kamar meninggalkanku di ruang tengah sendiri. Hari ini, Mama dan Pa
Baca selengkapnya
Menanti
PoV ArsyaSejak bangun tidur Subuh tadi, aku melihat Manda yang sepertinya gelisah. Entah sudah berapa kali dia mondar-mandir keluar-masuk kamar mandi sampai sekarang. Bahkan, baru saja aku selesai mandi, dia kembali menyerobot masuk kamar mandi. Namun, tidak sekali pun dia memberitahu apa yang dirasakan. "Sayang kenapa?" tanyaku saat dia dengan lesu duduk di tepi tempat tidur usai dari kamar mandi."Nggak enak banget rasanya, Mas. Pengen pipis terus, tapi pas di kamar mandi, keluarnya dikit banget. Kayak orang bingung jadinya. Perut begah banget juga," jawabnya seperti putus asa. Aku jadi tidak tega meninggalkannya bekerja kalau seperti ini. Apa mungkin karena lelah seharian kemarin? Aku lalu memgambil ponsel dan akan menghubungi Sofyan, tapi Manda melarang. Katanya, dia mulai tidak nyaman kalau diperiksa laki-laki, meskipun seorang dokter juga. Aku pun memilih keluar dari kamar dan menemui Mama. Siapa tahu beliau mengerti dengan apa yang dirasakan Manda. Begitu mendengar ceritaku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status