All Chapters of 100 Hari Bersamamu: Chapter 101 - Chapter 110
116 Chapters
Chapter 101
"Hontōwa mada mōsukoshi koko ni itai nodesuga, zan'nen'nagara Roshia ni shutchō shinakereba narimasen (Sebenarnya saya masih ingin berada disini lebih lama lagi, tapi sayangnya saya harus melakukan perjalanan bisnis ke Rusia).""Daijōbu, itsu demo kono-ka ni kaette kite ī yo Souta (Tidak apa-apa, kamu bisa datang lagi ke rumah ini kapanpun Souta)." sahut Ayara seraya membantu Souta membereskan kopernya. Souta memandangi Aruna dan ibunya yang kini tengah mengobrol di dapur sembari menyiapkan sarapan, mereka nampak akrab seperti ibu dan anak. Di dalam pikiran Souta, jika saja saat itu Aruna tidak hamil maka pemandangan inilah yang akan Souta lihat tiap pagi sebelum berangkat ke kantor. Melihat dua perempuan yang ia cintai mengobrol dan bersenda gurau, betapa membahagiakan momen itu jika benar-benar terjadi. Sebenarnya Souta tidak masalah dengan kehamilan Aruna, tapi keluarga besar ayahnya Souta menolak jika ia menikahi perempuan yang hamil bukan dari darah daging keluarga Shinichi. Sem
Read more
Chapter 102
"Mas Anggasta ada di dalam mbak?" tanya Aruna sesaat setelah ia sampai di rumah Takahiro. "Ada nona Aruna, tuan Anggasta sedang duduk di pinggir kolam renang sendirian sejak pagi sambil bengong." sahutnya. Aruna melenggang masuk ke dalam rumah, menghampiri Anggasta yang sedang termenung tanpa ekspresi di pinggir kolam renang. Saking seriusnya Anggasta merenung, ia sampai tidak sadar kalau Aruna kini sudah duduk di sebelahnya. "Mikirin apa mas? serius banget bengongnya?" tanya Aruna. Anggasta langsung menoleh saat mendengar suara Aruna yang berada tepat di sisi kanannya, "Enggak, aku gak mikirin apa-apa." "Oh iya? tapi kok tampangnya sedih banget? oh aku tau, kamu pasti lagi mikirin yang udah gak ada kan makanya sedih banget. Yaudah lanjutin bengongnya," Aruna hendak bangkit meninggalkan Anggasta, tapi Anggasta segera menarik Aruna ke dalam pelukannya sampai akhirnya mereka berdua tercebur ke dalam kolam renang. Anggasta menggelepar di dalam kolam renang, dengan cepat Aruna menan
Read more
Chapter 103
"Selamat datang, selamat menikmati menu di resto kami." sapa Anggasta pada setiap pengunjung yang datang. Beberapa hari belakangan ini restoran Rajasa mengalami kenaikan pelanggan secara pesat berkat salah satu review dari seorang youtuber ternama, mereka bahkan harus menambahkan lagi beberapa pegawai untuk menangani bagian dapur. Anggasta yang biasanya banyak menghabiskan waktunya di balik meja kantor, kini harus turut serta melayani pelanggan. "Silahkar dinikmati," ucap Anggasta setelah meletakkan hidangan ke meja nomor delapan. "Loh Anggasta?" tunjuk Triana. Ternyata pengunjung meja nomor delapan adalah Triana dan kekasih barunya, mereka nampak serasi dan Triana juga sudah kembali ke penampilan awalnya sebelum bertemu Raja. "Kamu kerja disini Ngga?" tanya Triana. "Aku yang punya restoran ini, silahkan dinikmati makanannya." jawabnya untuk mengakhiri obrolan, Anggasta malas meladeni obrolan yang tidak penting dengan lawan jenis. Setelah menyelesaikan pembayaran, Triana tidak
Read more
Chapter 104
"Na! buka pintunya!" Anggasta menggedor-gedor pintu kamar dengan kencang seperti orang kesetanan, Aruna sengaja tidak membukakan pintu untuknya daripada harus cekcok lagi. Hati Aruna lelah, ia lelah menghadapi sifat cemburuan Anggasta dan posesifnya yang sudah melampaui batas. Seumur-umur ia menjalani hubungan dengan lawan jenis, baru kali ini ia merasa tersiksa. Aruna memang mencintai Anggasta, tapi kalau Anggasta terus begini maka ia tidak bisa menjamin perasaan cinta ini akan terus ada selamanya. "Aruna, dengerin aku! mulai detik ini kamu gak boleh kemana-mana tanpa seizin aku. Kamu juga gak boleh ngobrol sama laki-laki lain kecuali untuk urusan penting! terutama Raja, kamu ga boleh deket-deket dia lagi!" titah Anggasta seraya berteriak dari luar kamar. Aruna tersenyum sinis saat mendengar semua hal yang Anggasta ucapkan, Anggasta benar-benar sudah kelewatan. Sudah selesai, Aruna sudah tidak tahan lagi tinggal bersamanya dan menghadapi sikap posesifnya yang membuat Aruna hidup b
Read more
Chapter 105
Sudah hampir sembilan jam terlewati, namun Aruna masih belum terbangun juga. Jam di dinding pun sudah hampir menunjukkan pukul empat pagi, Ayara yang kelelahan menangis akhirnya tertidur di sofa dekat brankar Aruna. Sedangkan Anggasta, ia masih belum bisa tertidur sama sekali dan terus memegangi tangan Aruna. "Maafin aku sayang, maaf." ucapnya pelan, air mata lagi-lagi turun membasahi wajahnya. Anggasta merebahkan kepalanya di sebelah tubuh Aruna, mencoba memejamkan matanya dan berharap dapat bertemu Aruna lewat mimpi untuk menyampaikan kata maafnya. Demi mengantarkannya ke alam mimpi, Anggasta mencoba mengenang kenangan indahnya saat bersama Aruna sampai akhirnya ia berhasil tertidur. *****Anggasta membuka kedua matanya perlahan, saat kedua matanya terbuka lebar pemandangan rerumputan ilalang dan kebun bunga langsung terhampar di depan matanya. Bunga-bunga ini adalah bunga kesukaan Aruna, tapi Anggasta tidak tau tengah berada dimana ia sekarang. Perlahan sebuah nyanyian terdengar
Read more
Chapter 106
Ruang rawat Aruna kini tengah diliputi ketegangan karena sudah hampir empat belas jam Aruna masih belum tersadar juga, dokter bilang seharusnya ia sudah sadar sejak dua jam yang lalu tapi entah mengapa hingga kini ia masih terus memejamkan matanya. Lima menit lagi akan genap lima belas jam Aruna terpejam, mereka semua sudah pasrah dan hanya bisa berdoa semoga Aruna segera terbangun dan bisa pulih kembali seperti sedia kala. Di tengah keheningan, bibir dan jemari Aruna menunjukkan tanda-tanda pergerakan dan Raja lah yang menyadarinya pertama kali. Raja menghampiri Aruna dan memanggil dokter lewat tombol nurse call, sambil menunggu kedatangan dokter Raja terus memastikan kalau Aruna sudah benar-benar sadar dan akan segera membuka kedua matanya. Perlahan Aruna membuka kedua matanya, ia nampak linglung sejenak saat melihat sekelilingnya yang sudah ramai di kelilingi oleh banyak orang. Dokter yang menangani Aruna akhirnya datang bersama seorang perawat dengan membawa catatan medis Aruna
Read more
Chapter 107
"Aku mau kita cerai mas," Ucap Aruna datar, tidak ada air mata disana saat ia mengucapkan kata cerai seakan-akan ia sudah ikhlas berpisah dengan Anggasta. Anggasta tercenung dan menatap Aruna dengan tatapan kosong, sedetik kemudian ia menampar pipinya bergantian untuk meyakinkan kalau semua ini hanyalah mimpi. "Ini bukan mimpi mas, mulai hari ini aku mau kamu talak aku di depan mamah dan pak Hamid." ucapnya tanpa memikirkan perasaan Anggasta. "Sayang, aku minta maaf. Aku gak mau pisah sama kamu, kamu mau balik siksa aku aku bakal terima! tapi tolong jangan minta cerai." pinta Anggasta memohon. "Emang kalau aku siksa kamu anak kita bisa kembali mas? atau kaki aku bisa sembuh seperti sedia kala lagi? enggak mas!" pekik Aruna, memikirkan anaknya yang bahkan belum sempat ia lihat keadaannya di saat terakhirnya sebelum dimakamkan. "Na, aku mohon jangan minta cerai dari aku Na. Aku bakal tebus kesalahan aku sama kamu, aku janji gak akan ulangi lagi kesalahan aku." Aruna tersenyum sinis
Read more
Chapter 108
Tiga tahun kemudian,POV Anggasta"Selamat sore pak Anggasta, hati-hati di jalan pulang." sapa penjaga keamanan kampus."Iya terimakasih pak kumis," sahutku.Tiga tahun berlalu aku lewati tanpa kamu, Aruna Clarabella Gistara. Tiga tahun aku lewati rasa sakit dan sepi ini sendirian, dengan di bubuhi sedikit mimpi kalau suatu saat kamu akan kembali padaku dengan senyum cantikmu yang selalu membuatku jatuh cinta. Tiga tahun aku mencoba move on darimu, meski begitu aku tidak pernah berniat mengganti posisi kamu dengan perempuan lain di hati ini. Kamu tetaplah ratu di dalam hatiku, namamu selalu bertakhta indah di hati ini. Bagaimana kabar kamu sekarang sayang? Apa kamu bahagia hidup tanpa aku? Apa kamu sudah menemukan lelaki yang membuatmu bahagia? Aku penasaran, tapi aku juga tidak mau tau karena aku takut cemburu jika tau kamu sudah bahagia bersama lelaki lain. Pernah satu kali aku mencari tau kabarmu lewat dokter Firman, dia bilang kamu bahagia sekarang dan semakin lengket dengan
Read more
Chapter 109
Setelah mengambil keputusan secara matang, Raja dan Aruna akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menyudahi pengobatan Aruna di Jepang. Awalnya keputusan ini di tentang oleh Ayara, tapi setelah Aruna berusaha meyakinkannya akhirnya Ayara mau mengalah dan menerima keputusan mereka. Setelah menempuh perjalanan udara hampir delapan jam, mereka akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta pada pukul tiga sore. Setelah tiga tahun meninggalkan tanah kelahirannya, Aruna akhirnya kembali lagi dengan kondisi yang sama seperti saat tiga tahun yang lalu ia meninggalkan negara ini. Tidak ada yang menjemput kedatangan mereka di bandara, Ayara sedang melakukan perjalanan bisnis ke Taiwan sedangkan dari pihak keluarga Raja tidak memungkinkan untuk menjemputnya. Firman sedang sibuk-sibuknya mengurus rumah sakit keluarga Hirawan, dan Haga yang sudah menetap di Dubai sejak tiga tahun yang lalu setelah menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya. Raja tidak mempermasalahkan ketidakhadiran kakak-
Read more
Chapter 110
"Nona Aruna, itu mas Anggasta kan?" tunjuk supir Ayara ke halaman rumah Takahiro yang sekarang menjadi milik Aruna. Aruna menajamkan penglihatannya di tengah gelapnya halaman rumah, ternyata itu benar-benar Anggasta dengan bola mata yang memerah seperti habis menangis juga kelopak matanya yang sembab. "Pak, tolong bantu saya turun." pinta Aruna. "Nona Aruna mau menemui mas Anggasta?" "Turunkan saja saya pak, jangan banyak tanya." sahutnya. Dari kejauhan Anggasta menatapnya sendu dan penuh kerinduan, ingin rasanya Anggasta memeluk Aruna dan menatap wajah yang selalu ia rindukan selama tiga tahun ini. Hati Anggasta yang selama ini terasa mati saat berhadapan lawan jenis, kini mulai berdesir kembali saat melihat wajah Aruna meskipun Aruna hanya menatapnya tanpa ekspresi."Mau apa mas datang kesini?" tanya Aruna setelah posisinya dekat dengan Anggasta. "Na, kamu apa kabar?" tanya Anggasta. "Aku tanya mas Anggasta mau apa datang kesini?" Anggasta menghela nafas pelan, "Na, apa bena
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status