All Chapters of CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?): Chapter 11 - Chapter 20
100 Chapters
Untuk Sahila
Winola terus menghapus air matanya, sudah satu bulan sejak Rizal memutuskan status hubungannya itu, ia seperti orang yang hilang akal, bahkan, imbasnya hingga ke Sahila yang terabaikan. Seperti saat bocah itu menangis kencang karena Winola melamun saat sedang mengganti pampers Sahila yang tak kunjung selesai, hingga saat Sahila haus ingin menyusu tapi Winola justru tertidur."Bunda nggak tau harus apa, Sahila, Bunda butuh Rizal," lirihnya begitu pilu dengan suara serak.Sahila hanya bisa diam, menatap ibunya yang tampak seperti orang depresi. Kedua kaki bayi itu terus bergerak-gerak risih di atas baby bouncer, Winola terus saja menatap ke arah lain dengan tatapan kosong. Tangis Sahila begitu kencang, seperti menahan sakit, hingga suara seseorang datang dan menghampiri keduany
Read more
Merawat Sahila
Keempatnya tiba di rumah sakit, Dewa dan Ardan tampak tak mengerti kenapa Imelda mengajak serta mereka, padahal di rumah lebih nyaman, kan?"Bu, yang sakit siapa?" tanya Ardan."Sahila," jawab Imel sambil berjalan ke arah lift lalu menekan tombol bulat tanda panah ke atas."Kenapa kita harus ikut?" sambung Dewa yang tampak kurang nyaman."Empatimu tolong dibangun, Bang. Kamu cukup ikut dan doain Sahila, perkara dia siapa juga kamu kenal baik atau nggak. Sesama manusia, saling mendoakan itu baik." Imelda lalu masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. Rizal justru diam, sungguh ia malas. Membayangkan Winola ada di kamar rawat Sahila saja ia sudah kesal."Emang kita bisa masuk, Bu, bukannya yang jenguk nggak bisa anak-anak?" Ardan
Read more
Perasaan tak rela
Sahila berada di dalam gendongan Imel, bayi itu sudah tak di rawat. Rizal dan Imel membeli kebutuhan Sahila selama tinggal di rumah mereka. Berkali-kali Rizal terlihat tak nyaman dengan keberadaan bayi itu."Sahila di gendong Ayah dulu, ya, Ibu mau cuci botol susu kamu," ucapnya sambil menyerahkan Sahila di gendongan Rizal yang sudah selesai membersihkan diri setelah pulang kantor."Mel, aku masih nggak habis mikir sama kamu," tegurnya."Aku nggak tega sama Sahila, apa jawaban itu kurang puas buat kamu, Mas?" tatap Imel sejenak, lalu kembali mencuci botol dengan sikat kusus, setelahnya ia masukan ke alat steril yang ia beli di toko peralatan bayi sehari sebelum Sahila ia bawa pulang."Ya..., nggak habis pikir saja sama kamu, itu aja, Mel," lanjut Rizal. Imelnya tersenyum. Ia kini menyiapkan makan malam, Ardan dan Dewa keluar kamar, mereka selesai mengerjalan PR. Tampak Ardan senang saat melihat Sahila, bahkan ia menawarkan diri memangku bayi itu. Rizal menyerahkan perlahan, dengan sig
Read more
Dan terjadi
Rizal menepati janji, ia datang ke unit apartemen Winola keesokan harinya sepulang bekerja, dan ia tak bilang ke istrinya, takut jika Imel berpikir yang bukan-bukan. Rizal dan Winola beradu tatap di depan pintu masuk. Wanita itu tampak pucat dan sedikit kurus, bahkan wajahnya masih lesu. Ia mengajak Rizal masuk, lalu pintu kembali tertutup otomatis juga terkunci. "Udah makan?" Rizal segera bertanya, karena ia melihat meja makan tampak bersih. "Udah, tadi beli sebelum sampai sini. Duduk, Zal," ucapnya. Winola menatap Rizal yang tampak lelah setelah bekerja. Kemejanya juga sudah tak rapi, lengan kemejanya sudah tergulung hingga siku. Keduanya duduk berjarak, tak ada yang mulai bicara sampai Winola tertawa pelan. "Kaku amat, maaf ya, kita jadi canggung gini," ucapnya mencoba mencairkan suasana. Rizal mengangguk. "Bandel banget dibilangin. Ini, ‘kan, efeknya kamu nggak dengerin kalau aku ingetin jangan suka kecentilan sama cowok-cowok, kasihan Sahila sekarang, Ayahnya nggak mau akuin
Read more
Hancur
Malam setelah percakapan itu, Rizal memutuskan melarang Imelda bertemu dengan Winola, karena Rizal tak mau jika rumah tangga yang sudah terasa adem ayem, akan muncul masalah lain karena Imel mencoba dekat dengan Winola. "Kamu tau kan, kalau dia cinta sama aku. Udah, lah, Mel, jangan pancing dia masuk ke rumah tangga kita," tegur Rizal tak main-main, bahkan meminta Imel tidak perlu lagi mengurus Sahila. Hal itu membuat Imel bingung, dalam sekejap Rizal mengubah keputusannya. Ada apa? Imel menjadi bertanya-tanya, kan? "Mas, kamu kenapa? Apa kamu habis bicara berdua sama Winola? Lalu kalian bikin kesepakatan?" Kedua mata Imelda menatap lekat. Rizal mendengkus, ia menatap istrinya itu sambil menggelengkan kepala. "Mulai sekarang. Keluarga kita nggak ada urusan sama Winola, mau dia nikah sama siapa, kek, Sahila mau dibesarkan seperti apa, kek. Kita nggak usah urus. Inget kata-kataku ini!" geram Rizal. Imel terkejut dengan perubahan sikap Rizal.Akhirnya percakapan malam itu ditutup denga
Read more
Bertahan
"Mel..., kamu yakin?" Tatapan Rizal begitu terkejut dengan ucapan istrinya itu."Ya. Mau apa lagi sekarang? Berzina kamu, kan, sama Winola, dia hamil. Aku mau, kita ketemu keluargamu dan keluargaku. Kasih tau apa yang terjadi dengan kita," tukasnya dengan tatapan begitu menusuk. Imel kecewa, disaat ia percaya jika rumah tangganya akan tenang, mendadak hancur seperti ada bom yang terjatuh di atas rumahnya."Mel ...." Rizal jelas sekali takut. Bukan hanya ibunya akan kecewa, tetapi orang tua Imel dan dua adik laki-lakinya, pun, adik kandung Rizal–Tata, yang begitu mengidolakan keharmonisan rumah tangga kakaknya yang ternyata, menyimpan kekelaman."Kenapa? Kamu baru merasa takut setelah tau Winola hamil, kalau dia nggak hamil, aku rasa kamu akan tetap rahasiain hal ini, kan." Imel bersedekap, murka kepada suaminya itu. "Aku nggak mau anak-anak dengar hal ini, ya, Mas. Rahasiakan dari mereka, aku akan minta Ibumu, Adikmu, kedua orang tua juga Adik-adik ku untuk menutup rapat-rapat hal ini
Read more
Tawaran Kara
Tahun berganti, tepatnya, sudah hampir dua tahun hal itu terlewati, Rizal dan Winola menikah resmi dan sah baik secara agama juga negara. Rizal mencoba berlaku adil, walau hatinya perih setiap saat karena membuat kecewa Imel. Rizal akan seminggu bersama Winola, lalu tiga minggu bersama Imelda, yang tak mau mencampuri atau ikut menentukan, terserah Rizal. Kala itu, Rizal sudah lima hari bersama Winola yang sedang kerepotan mengurus dua anak, Sahila dan Araska, putranya hasil hubungan 'tak sengaja' dengan Rizal. Dewa pulang sekolah, segera berganti baju untuk bergabung bersama Imel yang sibuk membuat isi Hampers kue kering pesanan banyak orang. ABG itu tak banyak bicara atau bertanya tentang keanehan sikap Rizal beberapa bulan ini yang, terlihat rutin karena pembagian waktu bersama dua istrinya. "Bu, ini diantar ke mana?" tanya Dewa sembari duduk bersila, ia memasukan kartu ucapan ke amplop berwarna biru muda yang nanti di letakkan di atas kotak Hampers. "Ke kantor teman Ibu, eh iya,
Read more
Cekcok
"Pokoknya, selama Ibu kerja, kalian pulang ke rumah Oma, ya, pulang kerja Ibu jemput. Mobil kita udah laku, sementara kita pakai taksi atau ojol, ya," lanjut Imel. Dewa dan Ardan yang duduk berjajar di atas ranjang kamar mereka hanya bisa menganggukkan kepala.Imel menerima tawaran Kara, sepulang dari mengantar Hampers, ia segera menyiapkan Curriculum Vitae juga surat lamaran kerja untuk posisi staf keuangan. Kebetulan, bosnya adalah Kara, takdir mengarahkan ia bertemu rekan lama yang paham kondisinya, padahal, tak sengaja mereka bertemu, saat Imel membagi makanan untuk jamaah masjid di kompleknya. Kara saat itu menemani suaminya salat jumat, dan di sanalah semua dimulai.Kara yang paham, tak mau mengorek lebih dalam cerita Imel, itu ranah rumah tangga temannya, hanya saja, ia prihatin dan heran, Imel memilih bertahan bukannya menceraikan Rizal, saat tau alasan Imel karena anak-anak, hati Kara terenyuh. Kebetulan memang salah satu stafnya ada yang mengundurkan diri karena mau melahirk
Read more
Rejeki Baru
"Aku nggak izinin kamu kerja!" bentak Rizal. Kali ini Imel melawan, ia melepaskan cengkraman tangan suaminya itu yang berusaha menahan Imel. Imel menatap tajam, telunjuknya menunjuk ke wajah suaminya. Ia bergumam pelan, supaya suaranya tak terdengar anak-anak. "Di-am," ucap imel kesal. Ia lalu mengatur napasnya, jemputan sekolah kedua anaknya sudah tiba."Bang Dewa, Ardan, pamit Ayah dulu, ya," ujar Imelda yang membuat anak-anaknya melongo karena ibunya berpenampilan beda."Ibu cantik banget, Bang!" pekik Ardan yang direspon tawa renyah sang putra sulung. Imelda mengantarkan dua anaknya ke luar rumah, jemputan Ardan sudah datang, sedangkan Dewa berangkat bersama temannya yang kebetulan, satu arah jadi Dewa bisa nebeng. Imel melambaikan tangan, Rizal berdiri di ambang pintu. Saat sudah dipastikan dua kendaraan roda empat itu menjauh, Imel kembali ke dalam rumah untuk memesan ojek online dengan ponselnya. Rizal terus berbicara jika ia melarang Imel bekerja, kali ini Imel tak akan diam.
Read more
Cerai?
Imel menjemput Dewa dan Ardan di rumah ibu mertuanya, wanita berusia enam puluh lima tahun itu tampak bahagia saat tau Imel bekerja lagi, karena baginya tak masalah istri bekerja selama tak melupakan tugas utama di rumah, tapi... berhubung rumah tangga Imel dan Rizal tak baik-baik saja, ibu mertua Imel hanya fokus pada kebahagiaan dua cucunya itu."Mel, Ibu masak semur, makan ya, Ibu udah siapin untuk dibawa ke rumah, tinggal dipanasin untuk kamu dan anak-anak makan," ujar ibu mertuanya yang bahkan mengambilkan Imel nasi ke atas piring."Bu... jangan repot-repot, Imel bisa ambil sendiri, Bu," tukasnya dengan hati sungkan."Nggak papa, sini makan, Ibu temenin, Ardan sama Dewa di atas, lagi kerjain tugas didampingi Tata," sambung ibu."Lho, Tata udah pulang ngajar, Bu? Nggak ke bimbel?" Imel duduk, disusul ibu."Bimbelnya libur hari ini. Eh, iya Ibu mau tanya, Rizal pulang ke rumah, nggak?"Gerakan tangan Imel terhenti saat hendak mengambil semur daging di atas mangkuk saji. "Pulang, Bu
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status