Semua Bab TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU: Bab 151 - Bab 160
175 Bab
Rasa Iba Mendalam (150)
#Testpack (150) Test Pack ART-ku-Rasa Iba Mendalam-Tak lama ada panggilan di gawaiku. Bang Saga.“Dek, Abang akan pulang ke Indonesia.”Aku terlonjak mendengar kabar darinya. Apakah artinya dia telah sembuh? Artinya apa yang kukhawatirkan terpatahkan oleh kabar ini.“Bang, ini sungguhan?”“Iya, sungguhan …”“Bang, kamu tahu nggak sich, aku deg-degan. Ini waktu yang aku tunggu-tunggu. Kamu tahu, belakangan ini aku merasa Abang beda. Abang jarang ngabarin, jarang telepon. Apa maksudnya Abang mau bikin aku kesel dulu buat kasih kejutan ini?”Suara di seberang sana tertawa. Tawanya renyah. Bahagia. Bahagia sekali.“Abang bahagia mendengar kamu ceria sekali Abang telepon.”Ia menjawab sembari mengunyah sesuatu.“Abang sedang makan?”“Iya, Abang makan sup ayam dan nasi lembut.”Seseorang sedang menyuapkan sendok berisi makanan ke mulut Bang Saga.Aku memperhatikan senang karena wajah itu kini terlihat cerah. Sangat cerah.“Abang disuapi siapa, Mami?”“Suster di sini.”“Oh, suster.”“Iya,
Baca selengkapnya
Dua Keluarga yang Membaur
#Testpack (151) Test Pack ART-kuDua Keluarga yang MembaurPukul dua siang, Dokter Chandra datang. Dia meminta maaf karena agak terlambat sehabis menangani pasien bermasalah di kliniknya.Setelah berbincang sesaat, aku langsung memintanya untuk memeriksa Mas Hangga.“Baiklah, Dok. Sekarang Dokter tolong periksa papanya anak-anak. Dari kemarin dia demam dan tak mau dibawa periksa ke rumah sakit. Saya khawatir dengan kondisinya,” pintaku.“Baik. Bu Karin Saya ijin langsung masuk kamar kalau begitu.” Dokter melangkah sembari menenteng tas alat-alat kedokterannya.Tak lama Mama datang. Aku selalu tak kuat berjumpa dengan Mama Inda. susah payah kutahan saat melihatnya datang menghampiriku.“Ya Allah Karin, apa kabar kamu, Nduk? Mama kuangen sama kamu. Anak-anak mana, ikut kan mereka?”“Anak-anak masih di rumah, Ma. Sedang belajar. Mama pasti kangen, ya, sama mereka. Nanti Karin minta mereka datang ke sini, Ma.”Kupeluk erat wanita yang banyak memberi kenangan membekas dalam hidupk
Baca selengkapnya
Bangunlah dari Koma Panjangmu (152)
#Testpack (152) Test Pack ART-ku-Bangunlah dari Koma Panjangmu, Kami membutuhkanmu-Sembari menyusui dua bujangku, aku mendengarkan percakapan Mama dan Mama Inda. Aku agak sedikit heran. Karena aku tahu, Mama adalah orang yang paling menentangku untuk rujuk dengan Mas Hangga. Tapi kenapa kali ini dia begitu welcome dengan Mama Inda. Sudah terbukakah hatinya? ***AjtMalam ini aku merasa tak tenang. Setiap jam membuka mata. Berusaha untuk nyenyak tak bisa apalagi sembari sesekali menyusui duo kembar ini. Ada yang mengganjal dalam hati, entah apa dan berusaha kutepis. Mungkin karena tidak sedang tidur di rumah, jadi ada rasa tak nyaman sehingga jadi tak nyenyak.Pukul dua dini hari, shalat tahajud, lalu menyempatkan ke kamar Mas Hangga. Mama Inda tertidur di sebelah Mas Hangga. Masyaa Allah, melihat mereka berdua hatiku gerimis. Semua hal tentang mereka berdua membuatku de javu dan kembali mengingat kepingan-kepingan masa lalu. Sebagian besar hidupku, sebenarnya begitu banyak terisi
Baca selengkapnya
Ada Air Mata di sudut Netranya (153)
#Testpack (153) Test Pack ART-ku-Ada Air Mata di sudut Netranya----Lihatlah Mas, semua menanti kesembuhanmu. Berharap kamu kembali bangun. Bangunlah, Mas. Jangan buat kami khawatir. Ternyata keberadaanmu kemarin-kemarin adalah sebuah oase bagi kami yang kami tak pernah sadari. Kini, kamu terdiam berhari-hari saja. Kami sangat-sangat kehilanganmu, Mas. akupun mulai menyadari, kehidupanku, tanpa dirimu seperti saat ini, ternyata jauh berbeda. Sepi.Bahkan Mama yang tadinya membencimu, sekarang sudah mulai terbuka padamu. Papa juga. Bangunlah Mas. Aku tak tahu apa yang terjadi kedepan. Aku sendiri sejujurnya berada dalam bimbang yang belum terjawab. Tapi aku mulai bisa merasakan kecondongna hatiku padamu. Please bangun, bantu aku, untuk bisa yakinkan hatimu, barangkali, hatiku bisa menerimamu kembali. Walau entah harus bagaimana menjelaskan kepada Bang Saga, lelaki yang sudah berjanji untuk menikahiku.Sayangnya sampai seminggu ia terbaring koma. Tak ada perubahan … Ia tetap diam, b
Baca selengkapnya
Bertemu Mas Aksa (154)
#Testpack (154) Test Pack ART-ku-Bertemu Mas Aksa-Masih tak bergerak. senaif itu aku berharap setelah aku ungkapkan semua isi hatiku, lalu Mas Hangga akan bangun. Tangannya tetap diam. Tubuhnya tetap beku.Kutatap wajah itu. Tunggu! Apa itu … kudekati wajahnya. Ada air tergenang di sudut matanya. Membentuk bulatan yang siap meleleh jatuh ...--Mas Hangga menangis? Benarkah ini? Apa dia, dia mendengar apa yang aku ucapkan?“Ma-Mas … Apa kamu mendengarku?”Tak ada reaksi. “Apa yang kamu rasakan, Mas? Aku ada disebelahmu …. Katakanlah.”“Mas, jawab, kamu dengar sesuatu? Kamu butuh sesuatu?”Karena air mata itu, memberiku keyakinan, sebenarnya dia mendengar, walau tak bisa membuka mata. Artinya usahaku membuahkan hasil. Walau kemajuan itu sangat sedikit. Dia bersedih, dia menangis. Jadi aku terus membombardinya dengan banyak pertanyaan, agar muncul keinginan dalam dirinya untuk berbicara, menjawab tanya, lalu kesadarannya perlahan kian memulih.“Mas …” kubisikkan kata itu lembut ke t
Baca selengkapnya
Dia Sudah Menantimu, Rin (155)
#Testpack (155) Test Pack ART-ku-Dia Sudah Menantimu, Rin.-Tangan itu melambai, memintaku untuk keluar.“Karin, keluarlah. Mas kangen. Jangan takut … sini … cepat keluar … buka pintunya … Ayuk ikut, Mas … Kita ke suatu tempat yang indah, nyaman, sejuk.---- Mas Aksa terus melambai-lambaikan tangannya meski pelan. Akhirnya tanganku menyentuh gagang pintu kembali. Daun pintu terbuka. Panas, udaranya sangat panas. Tapi kemudian Mas Aksa maju, menyentuh tanganku. Nyesss, jadi dingin. Udara yang panas seketika tak kurasakan lagi, seolah tangan itu mengaliri tubuhku dengan suhu dingin yang menjalari seluruh tubuh. Aku bahagia sekali, rindu yang tertahan seperti terobati. Aku ingin banyak bicara padanya. “Kita mau kemana, Mas? aku kangen kamu, Mas,” ucapku.Dia tak menjawab. Tapi genggaman tangannya seolah membawaku terbang. Semilir angin menerpa wajahku. Kugenggam lebih erat jari-jemarinya. Aku seperti menggenggam es.“Tangan kamu dingin sekali, Mas.”Ia hanya menatapku. Tatapan itu,
Baca selengkapnya
Mengungkap Kejujuran Hati (156)
#Testpack (156) Test Pack ART-ku-Mengungkap Kejujuran Hati-Bermunajat kepada-Nya. Berpanjang-panjang dalam doa. Berdzikir. bermunajat.Hingga satu jam berlalu.Mama Inda mencariku.Memanggil-manggil namaku.Mama berbisik di telingaku.“Hangga sudah membuka mata, Rin.”Aku terperanjat menatap Mama.“Yuk, kita ke atas. Hangga menunggumu.”----“Ma, beneran Mas Hangga sudah siuman?” Kugenggam tangan Mama seketika.Mungkin sudah dengan wajah campur aduk.“Ya, Sayang. Hangga sudah membuka mata, terbatuk, dan tangannya menggenggam tangan Mama tadi.”“Masya Allah ….” Akhirnya cuma itu yang bisa kukatakan. Tubuhku merinding seketika. Aku lekas membuka dan melipat mukena dan menarik tangan Mama untuk segera kembali ke kamar Mas Hangga.Didepan pintu, aku berdiri sejenak. Menatap sosok yang terbaring itu, tapi dengan mata yang terbuka, jemarinya tampak mengelus perutnya perlahan. Ah, Ya Allah, terima kasih, dia bergerak, dia tidak tidur lagi, dia sudah bangun. Aku tergugu, buncahan air mata
Baca selengkapnya
Saling Membuka Isi Hati (157)
#Testpack (157) Test Pack ART-ku-Saling Membuka Isi Hati-Aku tak ingin terus menekan suara hatiku yang paling dalam, yang selama ini selalu kuabaikan lalu lebih mendengarkan ego diri, memihak kepada rasa sakit dan penderitaan yang kuanggap itu bersumber dari dirimu, Mas Hangga.Padahal sejatinya, ketika kamu ada, kamu datang, kamu memberi cinta, sisi hatiku yang lain mengatakan bahwa aku damai, aku bahagia.“Mas, aku tak mau lagi membohongi hatiku. Dan aku ingin berhenti menyakitimu.”“Aku sakit ketika kamu koma. aku terluka ketika membayangkan seandainya kamu benar-benar pergi untuk selamanya. Ternyata aku tak kuat. Ternyata aku butuh kamu. Bahkan aku tak sekhawatir seperti padamu ketika menyadari seseorang yang akan menikahiku dalam keadaan yang juga sama buruknya sepertimu.”“Begitu banyak perenungan yang aku lalui ketika kamu koma. Begitu banyak penyadaran dalam diri yang merubah sudut pandangku tentang kamu. Aku tak boleh egois, anak-anak sangat butuh kehadiran kamu dalam kehi
Baca selengkapnya
Bukalah Hatimu Untukku (158)
#Testpack (158) Test Pack ART-ku-Bukalah Hatimu Untukku-Bang Saga.Apakah lelaki tadi itu Bang Saga?Aku melangkah mendekati pagar, lalu membuka pintunya, mengamati sekeliling untuk beberapa saat. Tak ada sesiapa. Hanya daun-daun tanaman yang bergoyang-goyang tertiup angin. Kututup kembali pintu pagar. Saat yang bersamaan, terdengar suara mobil yang baru distarter melaju. Tunggu! Aku seperti de javu dengan deru mobil itu. Aku pernah mendengar suara mobil yang baru di starter itu. Mengingatkanku pada suara mobil ... Bang Saga.Ya, apakah itu berarti yang di sini barusan Bang Saga? Kenapa seseorang itu bisa tiba-tiba menghilang.Aku segera membuka gawai.Benar. Setelah berhari-hari tak membuka gawai karena terlalu fokus pada Mas Hangga. Rupanya sudah ada berentet pesan dari Bang Saga. Ya Allah kenapa aku bisa selalai ini. Bhkan untuk sekadar membuka gawai pun tidak kulakukan. Melihat banyaknya pesan masuk dari Bang Saga, seketika aku gugup. Segera kutekan pesan-pesan dari nomor WA-
Baca selengkapnya
Abang Sangat-sangat Mencintaimu (159)
#Testpack (159) Test Pack ART-ku-Abang Sangat-sangat Mencintaimu, Lebih dari Apapun yang pernah Abang Cintai Sebelumnya-[Ah, lagi-lagi kamu sok tahu. Jangan memberi tahu aku apapun dan bangga menjadi sosok misterius yang membuatku penasaran. Datang saja ke depan rumah, ketuk pintu dan katakan langsung ke hadapanku!] jawabku.[Soon.] balasnya. Hanya itu. Setelah itu lagi-lagi dia meninggalkanku.***Tirai jendela kamar bergoyang-goyang di tiup angin. Suara angin yang kencang membangunkan tidur siangku yang kuperkirakan satu setengah jam usai shalat dzuhur tadi. Aku bangkit dari springbed, bergerak perlahan menuju jendela yang berkibar-kibar kencang oleh ganasnya angin. Angin menerpa wajah, sangat kencang hingga membuatku memicingkan wajah.Kusibak tirai, langit sepertinya gelap, memberi warna pada alam yang tampak muram. Ini membuat suasana hatiku sedikit tak tenang. Kututup tuas kaca jendela nako di hadapanku. Termangu sebentar, lalu berbalik keluar kamar untuk mencari anak-anak.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status