#Testpack (159) Test Pack ART-ku-Abang Sangat-sangat Mencintaimu, Lebih dari Apapun yang pernah Abang Cintai Sebelumnya-[Ah, lagi-lagi kamu sok tahu. Jangan memberi tahu aku apapun dan bangga menjadi sosok misterius yang membuatku penasaran. Datang saja ke depan rumah, ketuk pintu dan katakan langsung ke hadapanku!] jawabku.[Soon.] balasnya. Hanya itu. Setelah itu lagi-lagi dia meninggalkanku.***Tirai jendela kamar bergoyang-goyang di tiup angin. Suara angin yang kencang membangunkan tidur siangku yang kuperkirakan satu setengah jam usai shalat dzuhur tadi. Aku bangkit dari springbed, bergerak perlahan menuju jendela yang berkibar-kibar kencang oleh ganasnya angin. Angin menerpa wajah, sangat kencang hingga membuatku memicingkan wajah.Kusibak tirai, langit sepertinya gelap, memberi warna pada alam yang tampak muram. Ini membuat suasana hatiku sedikit tak tenang. Kututup tuas kaca jendela nako di hadapanku. Termangu sebentar, lalu berbalik keluar kamar untuk mencari anak-anak.
#Testpack (160) Test Pack ART-ku-Titip Zayyan, Rin.-Ya Allah, apa jadinya kalau begini. Lelaki bermata sendu itu, kali ini begitu menyihir iba. Dia ternyata tak berubah. Dia bahkan begitu kuat menarik rasa kasihan dan sayangku tanpa ia sadari. Dalam kebimbangannya berhari-hari tak kuperdulikan keberadaannya, justru dia mengatakan hal yang berhasil memporak porandakan hatiku saat ini.Dia sayang aku, mencintaiku, sudah pasti akupun. Aku juga mengaguminya dari sejak pertama kali bertemu. Tapi aku ini wanita berumur. Keputusan sudah kubuat matang-matang kemarin.Walau kenyataannya, perjuanganku seperti termentahkan oleh reaksi Mas Hangga, seseorang yang kuperjuangkan itu. nJadi, Karin. Tolong kamu jangan lena dengan Bang Saga. Kamu sudah memutuskan untuk memperjuangkan Mas Hangga apapun kondisinya. Percaya, walau Mas Hangga justru kali ini tak menerimamu. Dalam kesendirianmu nanti, bisa jadi mukzizat itu datang. Bukankah percaya dengan apa yang kamu yakini, bahkan seluruh alam akan i
#Testpack (161) Test Pack ART-kuSatu-Satu Menemukan Jalan Pulangnya“Papa ….” ucap pangeran kecil itu.Mas Hangga yang baru keluar dari mobil berlari mendekati putra kesayangannya.“Anak Papa …” Direngkuhnya tubuh kecil itu, dengan perasaan membumbung tinggi, bangkit berdiri dan diputar-putarnya tubuh itu. Derai tawa mereka berdua menggema di telingaku. Mereka saling mencintai dan saling rindu, kali ini seakan mereka lepas dari belenggu yang menghadang. Sudah berbulan Mas Hangga tak bisa lagi bertemu Zayyan pasca pengambilan paksa waktu itu. Inem tak pernah lagi memberi ruang untuk Mas Hangga bisa menemui anaknya.“Pa, Unda cudah pelgi, i awa pulici-pulici, Dayyan mau tinggal cama Papa, cama Mama Alin,” (Pa, Bunda sudah pergi, di bawa polisi-polisi, Zayyan mau tinggal sama Papa sama Mama Karin,) ucapnya serius meski cadel, menatap wajah lelaki yang memeluk di hadapannya itu.“Oya, Bunda pergi, Zayyan jangan sedih, nanti kita bisa ketemu Bunda lagi.” Di cemilnya pipi gembil itu olehn
#Testpack (162) Test Pack ART-kuIni Seperti Mimpi“Boleh panggilan WA ini kuubah jadi video call, Bang?”“Boleh.” Jawaban itu terdengar manis. Mungkin karena ia menjawab sembari tersenyum di seberang sana.Kuswitch menjadi video call.Sosok itu sedang duduk di sudut kamarnya, mengenakan kaos putih dan sarung. “Abang habis apa?”“Habis shalat.”“Masyaa Allah solehnya. Pantes terpancar wajah bersih bersinar di sana.” Kuurai senyum menggambarkan kekagumanku padanya.“Bolehkan aku datang ke rumahmu, Bang?” kuucapkan dengan menatap matanya. Hening, ia tetap menatapku, tapi diam. Dan aku tak menuntut jawaban darinya. Kunikmati keterpakuan yang terjadi di antara kami berdua dalam panggilan telepon ini. Tersirat ada sebuah kerinduan di sana, yang … mungkin ia tahan.“Boleh.” Akhirnya ia menjawab. Jawaban yang tak membuatku tak nyaman. Karena aku tahu. Dia lelaki yang setenang itu. Setiap apa yang ia keluarkan dari bibirnya, sudah selalu dipikirkannya dengan masak.“Besok sore boleh?” mata
#Testpack (163) Test Pack ART-ku-Kenyataan Itu Juga Berlaku Dalam Hidupku-Wanita itu kemudian duduk manis di sebelah Bang Saga. Lalu mulai menggoda Ajanta dan Arjanka.“Adik kecil, siapa namanya?” tanyanya.Bibir itu, bahkan tak ada bedanya dengan bibirku, senyum itu, sama seperti senyumku. Aku seperti memiliki kembaran. Aku terpaku menatapnya. Keempat anakku mulai menyadari apa yang terjadi. Mata mereka menatapku kemudian menatap wanita itu, secara bergantian seakan bingung kenapa jadi ada dua orang dengan wajah yang begitu mirip.Menahan tanyq, aku kemudian menatap Mami perlahan.Seakan menyadari kebingunganku, Mami mengusap bahuku dengan tatapan bersalah, ada penyesalan dari wajahnya.“Karin, kamu pasti bingung ‘kan, ya. Ini Clarissa. Istri Hangga, dia sudah kembali, Nak,” ucapnya lembut menatapku.“Dia selama ini tidak ‘pulang,’ dia hanya menghilang. Untuk sekian lama ..." lanjutnya.Aku menatap Mami tak mengerti. Kedua alisku menaut menggambarkan kebingunganku. Bukankah dia
#Testpack (164) Test Pack ART-ku-Abang Akan Menyayangimu Selamanya-“Kamu nggak salah, Bang. Kamu nggak salah … Tak perlu minta maaf kepadaku.” Aku mulai menyadari, bahwa ini memang bukan inginnya. Ini bukan skenarionya. Ia hanya seorang lelaki setia yang tak pernah main-main dengan cintanya. Dia seorang ksatria. Bagaimanapun, dia masih suami dari Clarissa. Bagaimanapun cinta pertama tak akan pernah terganti. Kekuatan komitmen dan cinta yang pernah ada, akan sangat mudah mengembalikan segalanya. Namun hanya satu yang menjadi pertanyaanku. Kenapa sekian lama Clarissa harus pergi dan berpura-pura mati? Karena apa? Apa yang mendasari? Tegakah selama itu dia membuat hati Bang Saga hancur, sepi, sendiri dan kehilangan? Kenapa dia harus membuat skenario yang begitu mengerikan?“Abang salah, Dek. Karena Abang punya komitmen padamu. Tapi ternyata Abang tak sanggup melepasmu. Bahkan sampai akhirnya, kamu sendiri yang mengetahui keadaan Abang sekarang seperti ini. Sepengecut itu, Abang. Aban
#Testpack (165)Test Pack ART-ku-Hati Clarissa dan Hatiku-Di dalam ruangan kudapati mereka semua tampak gembira menggoda si kecil Arjanka dan Ajanta yang sedang senang memegang mainan baru, mungkin pemberian Mami.Aku berjalan mendekat, diikuti Bang Saga di belakangku. Clarissa, tersenyum manis padaku.“Kamu mau jus jeruk?” tanya Clarissa ketika aku sudah hadir di tengah-tengah mereka kembali. Dia bertanya seolah seperti sahabat yang sudah mengenalku begitu lama, sehingga dengan begitu mudahnya membuatku mengangguk.Tak lama, dia menyerahkan gelas berisi jus buatannya.Aku berinisiatif mengajaknya mengobrol. Kutarik lengannya menuju teras samping rumah.“Kita ke sana, yuk,” tawarku.Clarissa menyambutnya mengikutiku. Langit tampak meredup, seolah berusaha menyerap panas matahari yang baru saja memancarkan sinarnya. Kupandangi bunga-bunga lily yang sedang bermekaran cantik di halaman ini.“Apa kabarmu, Karin?” tanyanya sembari menaruh gelas di tangannya pada meja di depannya. Lalu
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me