#Testpack (156) Test Pack ART-ku-Mengungkap Kejujuran Hati-Bermunajat kepada-Nya. Berpanjang-panjang dalam doa. Berdzikir. bermunajat.Hingga satu jam berlalu.Mama Inda mencariku.Memanggil-manggil namaku.Mama berbisik di telingaku.“Hangga sudah membuka mata, Rin.”Aku terperanjat menatap Mama.“Yuk, kita ke atas. Hangga menunggumu.”----“Ma, beneran Mas Hangga sudah siuman?” Kugenggam tangan Mama seketika.Mungkin sudah dengan wajah campur aduk.“Ya, Sayang. Hangga sudah membuka mata, terbatuk, dan tangannya menggenggam tangan Mama tadi.”“Masya Allah ….” Akhirnya cuma itu yang bisa kukatakan. Tubuhku merinding seketika. Aku lekas membuka dan melipat mukena dan menarik tangan Mama untuk segera kembali ke kamar Mas Hangga.Didepan pintu, aku berdiri sejenak. Menatap sosok yang terbaring itu, tapi dengan mata yang terbuka, jemarinya tampak mengelus perutnya perlahan. Ah, Ya Allah, terima kasih, dia bergerak, dia tidak tidur lagi, dia sudah bangun. Aku tergugu, buncahan air mata
#Testpack (157) Test Pack ART-ku-Saling Membuka Isi Hati-Aku tak ingin terus menekan suara hatiku yang paling dalam, yang selama ini selalu kuabaikan lalu lebih mendengarkan ego diri, memihak kepada rasa sakit dan penderitaan yang kuanggap itu bersumber dari dirimu, Mas Hangga.Padahal sejatinya, ketika kamu ada, kamu datang, kamu memberi cinta, sisi hatiku yang lain mengatakan bahwa aku damai, aku bahagia.“Mas, aku tak mau lagi membohongi hatiku. Dan aku ingin berhenti menyakitimu.”“Aku sakit ketika kamu koma. aku terluka ketika membayangkan seandainya kamu benar-benar pergi untuk selamanya. Ternyata aku tak kuat. Ternyata aku butuh kamu. Bahkan aku tak sekhawatir seperti padamu ketika menyadari seseorang yang akan menikahiku dalam keadaan yang juga sama buruknya sepertimu.”“Begitu banyak perenungan yang aku lalui ketika kamu koma. Begitu banyak penyadaran dalam diri yang merubah sudut pandangku tentang kamu. Aku tak boleh egois, anak-anak sangat butuh kehadiran kamu dalam kehi
#Testpack (158) Test Pack ART-ku-Bukalah Hatimu Untukku-Bang Saga.Apakah lelaki tadi itu Bang Saga?Aku melangkah mendekati pagar, lalu membuka pintunya, mengamati sekeliling untuk beberapa saat. Tak ada sesiapa. Hanya daun-daun tanaman yang bergoyang-goyang tertiup angin. Kututup kembali pintu pagar. Saat yang bersamaan, terdengar suara mobil yang baru distarter melaju. Tunggu! Aku seperti de javu dengan deru mobil itu. Aku pernah mendengar suara mobil yang baru di starter itu. Mengingatkanku pada suara mobil ... Bang Saga.Ya, apakah itu berarti yang di sini barusan Bang Saga? Kenapa seseorang itu bisa tiba-tiba menghilang.Aku segera membuka gawai.Benar. Setelah berhari-hari tak membuka gawai karena terlalu fokus pada Mas Hangga. Rupanya sudah ada berentet pesan dari Bang Saga. Ya Allah kenapa aku bisa selalai ini. Bhkan untuk sekadar membuka gawai pun tidak kulakukan. Melihat banyaknya pesan masuk dari Bang Saga, seketika aku gugup. Segera kutekan pesan-pesan dari nomor WA-
#Testpack (159) Test Pack ART-ku-Abang Sangat-sangat Mencintaimu, Lebih dari Apapun yang pernah Abang Cintai Sebelumnya-[Ah, lagi-lagi kamu sok tahu. Jangan memberi tahu aku apapun dan bangga menjadi sosok misterius yang membuatku penasaran. Datang saja ke depan rumah, ketuk pintu dan katakan langsung ke hadapanku!] jawabku.[Soon.] balasnya. Hanya itu. Setelah itu lagi-lagi dia meninggalkanku.***Tirai jendela kamar bergoyang-goyang di tiup angin. Suara angin yang kencang membangunkan tidur siangku yang kuperkirakan satu setengah jam usai shalat dzuhur tadi. Aku bangkit dari springbed, bergerak perlahan menuju jendela yang berkibar-kibar kencang oleh ganasnya angin. Angin menerpa wajah, sangat kencang hingga membuatku memicingkan wajah.Kusibak tirai, langit sepertinya gelap, memberi warna pada alam yang tampak muram. Ini membuat suasana hatiku sedikit tak tenang. Kututup tuas kaca jendela nako di hadapanku. Termangu sebentar, lalu berbalik keluar kamar untuk mencari anak-anak.
#Testpack (160) Test Pack ART-ku-Titip Zayyan, Rin.-Ya Allah, apa jadinya kalau begini. Lelaki bermata sendu itu, kali ini begitu menyihir iba. Dia ternyata tak berubah. Dia bahkan begitu kuat menarik rasa kasihan dan sayangku tanpa ia sadari. Dalam kebimbangannya berhari-hari tak kuperdulikan keberadaannya, justru dia mengatakan hal yang berhasil memporak porandakan hatiku saat ini.Dia sayang aku, mencintaiku, sudah pasti akupun. Aku juga mengaguminya dari sejak pertama kali bertemu. Tapi aku ini wanita berumur. Keputusan sudah kubuat matang-matang kemarin.Walau kenyataannya, perjuanganku seperti termentahkan oleh reaksi Mas Hangga, seseorang yang kuperjuangkan itu. nJadi, Karin. Tolong kamu jangan lena dengan Bang Saga. Kamu sudah memutuskan untuk memperjuangkan Mas Hangga apapun kondisinya. Percaya, walau Mas Hangga justru kali ini tak menerimamu. Dalam kesendirianmu nanti, bisa jadi mukzizat itu datang. Bukankah percaya dengan apa yang kamu yakini, bahkan seluruh alam akan i
#Testpack (161) Test Pack ART-kuSatu-Satu Menemukan Jalan Pulangnya“Papa ….” ucap pangeran kecil itu.Mas Hangga yang baru keluar dari mobil berlari mendekati putra kesayangannya.“Anak Papa …” Direngkuhnya tubuh kecil itu, dengan perasaan membumbung tinggi, bangkit berdiri dan diputar-putarnya tubuh itu. Derai tawa mereka berdua menggema di telingaku. Mereka saling mencintai dan saling rindu, kali ini seakan mereka lepas dari belenggu yang menghadang. Sudah berbulan Mas Hangga tak bisa lagi bertemu Zayyan pasca pengambilan paksa waktu itu. Inem tak pernah lagi memberi ruang untuk Mas Hangga bisa menemui anaknya.“Pa, Unda cudah pelgi, i awa pulici-pulici, Dayyan mau tinggal cama Papa, cama Mama Alin,” (Pa, Bunda sudah pergi, di bawa polisi-polisi, Zayyan mau tinggal sama Papa sama Mama Karin,) ucapnya serius meski cadel, menatap wajah lelaki yang memeluk di hadapannya itu.“Oya, Bunda pergi, Zayyan jangan sedih, nanti kita bisa ketemu Bunda lagi.” Di cemilnya pipi gembil itu olehn
#Testpack (162) Test Pack ART-kuIni Seperti Mimpi“Boleh panggilan WA ini kuubah jadi video call, Bang?”“Boleh.” Jawaban itu terdengar manis. Mungkin karena ia menjawab sembari tersenyum di seberang sana.Kuswitch menjadi video call.Sosok itu sedang duduk di sudut kamarnya, mengenakan kaos putih dan sarung. “Abang habis apa?”“Habis shalat.”“Masyaa Allah solehnya. Pantes terpancar wajah bersih bersinar di sana.” Kuurai senyum menggambarkan kekagumanku padanya.“Bolehkan aku datang ke rumahmu, Bang?” kuucapkan dengan menatap matanya. Hening, ia tetap menatapku, tapi diam. Dan aku tak menuntut jawaban darinya. Kunikmati keterpakuan yang terjadi di antara kami berdua dalam panggilan telepon ini. Tersirat ada sebuah kerinduan di sana, yang … mungkin ia tahan.“Boleh.” Akhirnya ia menjawab. Jawaban yang tak membuatku tak nyaman. Karena aku tahu. Dia lelaki yang setenang itu. Setiap apa yang ia keluarkan dari bibirnya, sudah selalu dipikirkannya dengan masak.“Besok sore boleh?” mata
#Testpack (163) Test Pack ART-ku-Kenyataan Itu Juga Berlaku Dalam Hidupku-Wanita itu kemudian duduk manis di sebelah Bang Saga. Lalu mulai menggoda Ajanta dan Arjanka.“Adik kecil, siapa namanya?” tanyanya.Bibir itu, bahkan tak ada bedanya dengan bibirku, senyum itu, sama seperti senyumku. Aku seperti memiliki kembaran. Aku terpaku menatapnya. Keempat anakku mulai menyadari apa yang terjadi. Mata mereka menatapku kemudian menatap wanita itu, secara bergantian seakan bingung kenapa jadi ada dua orang dengan wajah yang begitu mirip.Menahan tanyq, aku kemudian menatap Mami perlahan.Seakan menyadari kebingunganku, Mami mengusap bahuku dengan tatapan bersalah, ada penyesalan dari wajahnya.“Karin, kamu pasti bingung ‘kan, ya. Ini Clarissa. Istri Hangga, dia sudah kembali, Nak,” ucapnya lembut menatapku.“Dia selama ini tidak ‘pulang,’ dia hanya menghilang. Untuk sekian lama ..." lanjutnya.Aku menatap Mami tak mengerti. Kedua alisku menaut menggambarkan kebingunganku. Bukankah dia