All Chapters of TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU: Chapter 21 - Chapter 30
175 Chapters
  -Undangan Pernikahan Inem- (21)
-Undangan Pernikahan Inem-Tapi rasa senangku melihat Inem jatuh dan tak berdaya hanya bertahan beberapa detik. Seketika aku beristighfar menyadari seandainya dia benar-benar mati. Warga tak ada yang berani mendekat. Mereka semua terhenyak dan mematung, termasuk Anton dan Mas Hangga.Entah apa yang menjadi dorongan kuat dalam diri, aku lekas berlari menghampirinya. Tak ada darah. Syukurlah. Aku mencari tanda-tanda bahwa wanita yang tak bergerak ini masih hidup. Aku tak ingin dia mati. Meski entah untuk apa aku berharap begini? Mungkin hati nuraniku, hati kecilku merasa, tak seharusnya sedepresi apapun dia, membuat dia harus mati bunuh diri. Nalarku tak bisa menerima ini.Kupegang nadi tangannya. Lemah.Dua orang polisi sudah ada di sebelahku meletakkan tandu.“Kita bawa ke rumah sakit, Bu.”Aku mengangguk cepat.Ketika tubuh itu terangkat aku melihat tangan kanan dan kaki kirinya bergerak seperti tanpa tumpuan. Seperti lepas dari persendian. Ya Rabb, kaki dan tangan itu patah!“Ayo,
Read more
  -Menyaksikan Ijab Kabul- (22)
-Menyaksikan Ijab Kabul-Hari minggu pagi.Setelah puas menciumi cucu-cucunya, Mama Inda dan Papa Hans duduk menghampiriku yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.“Mama dan Papa tadi sudah ke rumah Mamamu, Rin,” ucap Mama Inda memulai percakapan.“Mama rasa hati kok keloro-loro, Nduk, Pas ngerukne Hangga nelepon Mama njaluk ijin nggo nikahi Inem. Mama muni Mama nggak akan datang. Mama nggak restu, tapi dia cuma bilang minta doanya aja. Agak aneh itu anak, biasanya dia yang paling rame dalam keluarga, tapi di telepon itu Mama kayak asing, kayak lagi ngomong sama orang nggak kenal aja.” Wajah Mama Inda berkaca-kaca. Terlihat jelas ia sangat kecewa dari raut wajahnya. Aku menepuk-nepuk pundaknya.“Sudahlah, Ma. ikhlaskan. Mungkin memang sudah jodohnya mereka, dan jodohku dengan Mas juga mungkin sama Allah hanya di kasih sampai segini.”“Kamu, Nduk. Kok tegar men, lo. Mama sampe pirang-pirang dino nangis, bener-bener sakit ati Mama. Baru hari ini Mama ki kuat bangun mari di naseh
Read more
  -Aku Tidak Bisa Menikahimu, Nem- (23)
-Aku Tidak Bisa Menikahimu, Nem-Ya Allah, Nem. Jahat sekali ia menatapku. Apakah ia pikir aku tamu yang tak diundang. Atau Mas Hangga nggak memberi tahunya bahwa aku diundang. Atau ia hanya takut aku akan buat rusuh dan menggagalkan rencananya.Aku mencoba membuang pandangan ke arah lain lagi. Ya, apa lagi yang harus kulakukan? Wanita elegant harus tetap santai dan tenang.Mas Hangga tampak bangkit berdiri meninggalkan kursinya. Ia pergi keluar masjid melalui pintu samping. Setelah sekitar tiga menit, ia kembali ke tempat semula lagi.“Baik, mari kita mulai lagi, ya, Bapak-bapak, Ibu-ibu. Bismillah sama-sama. Kita berdoa memohon kepada Allah agar dilancarkan proses ijab kabulnya. Baik, Pak Hangga, mari kita mulai lagi. Sekali lagi saya tanya kepada calon mempelai pria, Bapak Hangga Hadiwijaya Prakasa, apakah Bapak siap menikah dengan saudari Tusarinem dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun?”Mas Hangga terdiam lagi.Inem sekali lagi menggoncang tangan Mas Hangga d
Read more
  -Mempermalukannya Dengan Manis- (24)
-Mempermalukannya Dengan Manis-“Siapa yang suruh kamu datang ke sini, hah, siapa? saya nggak undang kamu!” teriaknya lagi.“Eh, Nem, ojo ngene, ki, koe, Nem.”“Mbak, jangan kaya gini. Kasian Ibu ini?”“Eh, Mbak, lepaskan, jangan anarkis!” teriak orang-orang yang menolongku sembari terus berusaha melepaskan cengkeraman tangan Inem.“Biarin, jangan ikut campur!” balas Inem.Aku terus berusaha melepaskan sembari mempertahankan jilbabku.“Lepaskan, Nem!” bentak seseorang keras.“Plak!” terdengar tamparan ke sebuah pipi. “Awww!” Tubuh itu roboh ke tanah membawa benda yang sedari tadi digenggam dan ditariknya. Jilbabku. Hanya ada ciput yang tertinggal di kepalaku.Rupanya Mas Hangga menampar Inem. gegas ia menghampiri Inem lalu menarik jilbab itu dari tangannya.Mas Hangga menghampiriku.“Kamu nggak apa-apa, Dek?” tanyanya.Aku hanya diam, masih shock.Mas Hangga lekas memasangkan jilbab itu kembali di kepalaku.Mbok Parni berlari langsung memelukku erat. “Ya Allah, Bu, minta maaf, minta
Read more
  -Saling Merindu- (25)
-Saling Merindu-Kenapa dia masih mengancamku? Segitu tak terimanya ia meski sudah kutunjukkan kebusukannya di depan publik bahkan di depan keluarga dan teman-teman dekatnya. Segitu tertutup dan kerasnya bongkahan dalam hatinya sehingga sulit menyadari kesalahan dan merendahkan diri untuk bertobat.Ah, sudahlah, aku harus pulang. Mulai saat ini aku harus benar-benar menjaga diri juga anak-anak. Dia gagal menikah dengan Mas Hangga, aku kuatir api kebencian dalam jiwanya justru berkobar makin besar dan bisa melahap semuanya. Orang beriman yang salah, masih bisa diluruskan. Tapi orang yang jauh dari Tuhan, jika salah, dia akan sulit diluruskan karena hatinya telah buta dari sang pemilik kebenaran itu sendiri.***Ajt“Gimana akhirnya Inem, Mas?” “Sudah beres. Dia sudah balik ke kediamannya. Sudah kutenangkan.”“syukurlah, tapi beneran semudah itu?”“Ya, Mas beresin nggak pake hati lagi. Terserah gimana dia. Tau sendiri kelakuan dia makin welcome kitanya, makin kurang ajar dia. Mas nggak i
Read more
  -Hasil Tes DNA Itu- (26)
-Hasil Tes DNA Itu-Mama malam ini datang ke rumah. Membawakan banyak makanan, kue dan pakaian baru untuk anak-anak. Ya begitulah Mama, wanita royal, murah senyum, lembut tetapi juga keras prinsip akan hal tertentu yang tak ia sukai.Ternyata Mama merencanakan untuk tidur di sini barang dua hari. Menyadari ini aku sedikit berpikir. Karena selama ini mamalah yang paling besar supportnya padaku untuk mengajukan gugatan cerai.“Mama berumah tangga sama Papa kamu adem ayem sampai saat ini, bukannya tanpa perjuangan, Rin. Onak dan duri dalam rumah tangga ya selalu ada saja, datang dan pergi mengganggu. Tapi Mama nggak pernah membiarkan masalah itu begitu lama bercokol dalam kehidupan rumah tangga Mama. Mama akan dengan tegas menyingkirkan sebelum benar-benar parah. Jadi ya permasalahan itu selalu berhasil Mama hentikan sebelum klimaksnya sehingga rumah tangga Mama selalu berhasil diselamatkan setiap badai datang.”“Tapi Papamu memang nggak pernah membuat kesalahan yang berarti sehingga memb
Read more
-Penyakit Kiriman- (27)
Penyakit KirimanSiapa pengirim pesan ini? siapa pengirim surat ini? Rasanya aku nggak perlu berpikir lama. Cerdas kamu, Nem. Langsung mengintimidasiku dengan surat ini. Dadaku bergemuruh. Jadi dia mau menunjukkan bahwa anak ini adalah anak Mas Hangga. Terus dia mau minta pertanggung jawaban lagi karena sekarang siapa Ayah bayi ini menjadi terang benderang. Nggak segampang itu, Nem. Mas Hangga juga sudah nggak mau.Tapi kalaupun iya. Aku nggak pernah memaksa. Toh aku masih menunggu panggilan sidang pengadilan.Sepertinya benar saran Mama. Aku harus mengambil sikap. Memperjuangkan harga diri. Kalau Mama saja sudah menyimpulkan seperti itu. Pasti Mama sudah mempertimbangkan banyak hal. Mama tidak pernah bercerai dengan Papa. Tapi Mama menginginkan aku bercerai dengan Mas Hangga. Berarti memang ada alasan kuat yang baik buatku kedepan menurut Mama daripada aku harus bertahan pada sebuah pernikahan yang sudah ternoda kessuciannya.Nggak masalah kalau sekarang rumah tanggaku bercerai berai,
Read more
-Penjarakan Saja- (28)
-Penjarakan Saja-‘Seketika aku merasa sekujur tubuh berat berat. Rasa nyeri dan ngilu menelisik sendi dan tulang-tulang tubuhku. Ah, rasanya nggak enak sekali. Aku mencoba membuka mata, tapi berat. Sekuat tenaga aku terus mencoba membuka tetap saja tak bisa. Tapi aku bisa mendengar suara-suara. Seperti suara desir angin di malam yang sepi. Suara-suara burung hantu dan binatang malam yang sedang mencari mangsa. Lalu tiba-tiba aku merasakan dingin, semilir angin yang lewat seperti membawa uap es. Lalu seperti ada makhluk mengendus-endus wajahku. Ah, apa itu? Aku ingin berteriak, ingin bangkit mengelak tapi tak bisa. Tubuhku tetap berat seperti dihimpit dan ditimpah beban, aku terpasung.Kurasakan tanganku seperti terikat kencang pada sebuah tiang yang basah di sisi kiri dan kananku. Aku hanya mampu merasakan, tak bisa melihat sama sekali. Ah, kakiku juga, seperti ada tali yang mengikat kuat di sana. Tubuhku terpasung ditempat yang asing. Dimana aku? Kupaksa lagi membuka mata, tapi tak
Read more
Mama Ditabrak! (29)
Mas Hangga lekas mengambil gawainya dengan wajah sedikit kikuk.“Itu suara Inem, Mas? Jadi dia kirim voice note sama kamu? Ngancem kamu?”“Ehhm, Iya, makanya, dia nggak kapok, masih aja minta dinikahin. Padahal nomor lama dia sudah Mas blokir.”“Dia keliatannya cinta banget sam kamu, Mas. Kalau kamu yakin anak yang dikandungnya itu anakmu. Nikahin ajalah, Mas. Biar semuanya beres. Kita juga kan cepat atau lambat akan pisah.”“Mas nggak yakin, sich. Itu akal-akalan dia mungkin. Ya, besok Mas mau pastikan ke RSIA.” “Itu terserah Hangga aja, Rin. Yang penting kita penjarakan dia dulu. Kalau dia sudah dalam penjara, kita tenang. Bukannya apa-apa. Selama dia masih di luar, dia akan berkeliaran dan terus ganggu hdupmu, Rin.”“Iya, sich, Ma.”“Mama kira, Inem itu cerdik. Dia masih banyak akal untuk terus menghantui hidup kamu. Karena kamu dianggap penghalang keinginannya. Dia masih berjuang untuk dapetin Hangga. Belum berenti berusaha itu, masih mbulet aja akan gitu terus. Yang Mama ngeri di
Read more
Inem Ditahan! (30)
Inem Ditahan!Mama ditabrak sebuah mobil!“Wooiii!” “Woooiii berentiii!”Orang-orang langsung berteriak meneriaki penabrak. Gegas aku turun dari mobil juga meneriaki penabrak sembari berlari ke arah Mama.Tubuh Mama terkulai lemah, darah mengalir dari paha dan kaki. “Ya Allah, Ma. Ya Allah, Astaghfirullah. Biadab!”“Pak Yanto, kejar mobil itu, Pakkk!” teriakku menyadari mobil itu masih bergerak zigzag mencari celah jalan setelah menabrak.B1545 SZS, kurapal plat nomor mobil itu.Sepersekian detik mobil itu sudah berlari melaju kencang.“Kejarrr Pakkk.” Pak Yanto sudah berlari mengejar mobil itu. Biadab, ini bukan kecelakaan, ini perencanaan penabrakan! Siapapun pelakunya nggak akan kuampuni!Tubuhku bergetar hebat melihat Mama diam tak berdaya. Kuangkat tubuh lemah Mama ke tepian jalan dibantu orang-orang. Emosiku naik luar biasa. Aku sempat melihat pengendara mobil yang menabrak, berkaca mata hitam dan bertopi. Seorang laki2 berkulit sawo matang, berusia sekitar tiga puluh lima t
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status