Semua Bab Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan: Bab 31 - Bab 40
74 Bab
Yanto pulang
Kabar yang kudengar, hari ini Kak Yanto, kakak ipar sulungku akan dibawa pulang ke rumahnya. Keadaannya sudah membaik jadi pria itu akan dirawat jalan saja. Sebenarnya aku lebih menikmati waktu saat pria itu tidak di rumah, aku bisa leluasa membully orang tuanya, tanpa ketakutan sedikitpun. Lagipula orang jahat dan kejam sesekali memang harus dikejamkan agar tahu rasa.Setelah selesai mencuci pakaian aku segera menjemur dan mengisi air, aku bagikan jatah makanan seperti biasa dari gudang makanan ibu, ke rumah tiga iparku. Aku merasa menguasai segalanya dengan memegang kunci gudang dan garasi. Padang heran juga padahal ada kak Tina sebagai anak kandung mengapa Ibu tidak menyerahkan kunci itu kepada putrinya. Mungkinkah karena dia mengetahui putrinya yang guru itu amat sibuk?Tok ... Tok ....Kuketuk pintu rumah Kak Tania, tidak lama kemudian wanita itu datang dan menyunggingkan senyum lebar padaku. Kusodorkan keranjang makanan kearahnya lalu wanita itu berbinar melihat isinya."Wah
Baca selengkapnya
jenguk atau tidak
Siang harinya.Baru saja keluar dari rumah ibu mertua, baru saja usai mengerjakan tugas rumah yang menumpuk, tiba-tiba mobil ambulans datang dan menurunkan Kak Yanto dari sana bersama dengan istri dan seorang putranya yang sudah duduk di bangku SMP. Mereka nampak setia menemani kepala keluarga mereka yang terlihat lemah tertidur di tandu ambulance."Dik, segera ambil Rima, aku mau bantu Kakak," ucap suamiku sambil menyerahkan bayiku."Iya, Kak._" dengan sigap kuterima Rima dipelukanku lalu menyaksikan Kak Aidil dengan cekatan membantu petugas ambulan menurunkan tandu dan membawa Kak Yanto masuk ke dalam rumahnya."Kira-kira pria jahat itu akan berubah atau tidak ya, setelah mendapatkan musibah seperti itu?" Aku membatin sambil melihat proses pria yang diperban kepalanya itu dimasukkan pelan pelan lewat pintu depan.Kak Yanto sempat bersitatap denganku tapi ekspresinya datar saja, dia melihat diri ini tapi entahlah ... apa yang dia rasakan.Mengetahui bahwa anak mertuaku sudah pulang
Baca selengkapnya
terlalu banyak
Jilbabku basah, wajahku juga panas oleh bekas sayur yang disiram habis ke depan mukaku. Kuahnya membasahi pakaian sementara isinya rontok dari atas kepalaku, termasuk beberapa helai bihun yang kemudian kuusap dan kulempar kasar."Kau terlalu banyak membantah," desis Ibu. " "banyak membantah sama dengan melawan orang tua!" sambungnya."Maafkan saya, saya hanya membela diri," balasku pelan. Bukannya takut pada wanita itu, tapi aku masih punya sedikit rasa hormat pada Ayah mertua yang mulai baik dan lembut pada diri ini."Membela diri dengan cara mencela mertua?" tanyanya dengan nada tinggi."Tidak.""Andai aku tak sakit, tak sudi diri ini membiarkan kau masuk kemari!"Karena tak mau memperpanjang perdebatan yang pada akhirnya yang menumpuk dosa dan menguras hati, akhirnya kuputuskan untuk menjauh dan mengalah saja."Iya, maaf, kalau begitu, saya pulang dulu Ibu," ucapku lirih."Pergi saja, memangnya siapa yang menahanmu?" "Baiklah, kalau butuh apa apa Ibu tinggal menelpon Kak Aidil.""
Baca selengkapnya
pecah kepala
Seperti biasa kujalani rutinitas baru tiap pagi. Ya, selama semua orang sakit , aku bangun pagi-pagi lalu menyalakan mesin air dan memastikan semua orang mengisi baknya. Lantas tepat ketika matahari akan terbit aku pergi ke gudang makanan untuk mengambil beras dan stok makanan lain, lalu dibagikan ke lima rumah dengan takaran yang sama banyaknya sesuai dengan jumlah penghuni rumah.Setelah semua itu selesai akan kukunci kembali gudang dan kusimpan penguncinya di lemari pribadiku. Kulakukan semua itu dengan senang dan menikmatinya selagi bisa karena jika Ibu sudah sembuh maka semuanya akan kembali seperti semula, kaku dan penuh larangan."Assalamualaikum," ucapku ketika membuka pintu rumah ibu."Waalaikumsalam," ucapnya sambil menatapku lekat, "pagi sekali kau dayang?""Aku sengaja meninggalkan pekerjaan rumah untuk mendahulukan mengisi air dan membagikan makanan karena khawatir bahwa ipar iparku akan masak lebih cepat sebab suami mereka sedang sakit, orang yang sakit harus sarapan l
Baca selengkapnya
tak pernah berterima kasih
Usai membersihkan rumah dan memastikan bahwa kedua mau mertuaku sudah kenyang, segera aku bereskan piring dan pergi memanggil Mbak Devi dan Kak Tania untuk membantuku memandikan ayah dan ibu. Memang ayah bisa mandi sendiri tapi beliau harus dibantu untuk ke kamar mandi, sementara ibu, harus kami papah dan mandikan dengan baik. "Mbak Devi, Kak Tania, mohon bantu saya," ucapku ketika melihat kedua iparku yang kebetulan sedang bicara berdua."Memandikan ibu ya Dik?""Iya Kak.""Hangatkan saja dulu airnya kami akan datang sebentar lagi," perintah kedua iparku itu"Baik, Kak, saya tunggu ya."Aku segera beralih ke dapur ibu, menghangatkan sedandang air yang begitu berat di angkat ke atas kompor. Kuperiksa lagi keadaan bayi mungilku, putri cantikku terlihat menggemaskan dengan bando di kepalanya, ia terdiam memperhatikan sambil tersenyum kecil ketika sang Kakek membercandainya, ci luk ba!"Pintar sekali, sekecil itu sudah pandai merespon," gumamku sambil beranjak lagi mengambil ember da
Baca selengkapnya
kenapa nangis?
"Astaga, apa yang membuatmu menangis nyai?" tanya Pak Haji dengan wajah gemas."Aku benar benar tidak pernah diperlakukan sekasar ini, kalian mempermalukanku," balasnya di sela Isak tangis."Siapa yang mempermalukan dirimu Nyai di sini tidak ada orang lain selain aku dan menantu!""Kau menginjak wibawaku di depannya dan membuat dia tidak akan takut lagi denganku, kau keterlaluan sekali haji," ucapnya sambil menutupkan tangan ke wajah. Wanita itu menangis, nada tangisnya makin lama makin meninggi dan terdengar pilu, seakan ia ingin mengundang orang orang untuk datang kemari dan melihat dia meratap-ratap."Bu, pelankan suara ibu, kita bisa malu," ucapku "Diam kamu, pergi kamu dari sini!""Saya tidak akan pergi kalau ibu belum mandi, ibu harus ganti pakaian karena pakaian yang itu sudah lengket oleh darah dan nanah.""Sudah tahu aku sakit, tapi kalian malah menyakiti hati dan mengejek diriku," keluhnya."Maafkan kami, Bu. Sekarang saya mohon, ayo bangun Bu, saya harus memandikan Ibu se
Baca selengkapnya
di depan suami
Sepanjang melangkahkan kaki pulang ke rumah aku tidak sanggup membendung air mata yang terus menetes, diri ini sesunggukan karena menahan rasa sesak oleh penghinaan yang ibu mertua lakukan. Andai bisa ku mengulang waktu rasanya aku tidak perlu berbakti kepada orang yang tidak menghargai usahaku. Percuma saja aku bersikap baik Kalau di hati Ibu tidak pernah tersentuh dengan ketulusanku. Uang merah yang dilemparkan masih kugenggam di tangan, sambil menggendong Rima kusembunyikan air mata agar ketika berpapasan dengan Mbak Devi dan Kak Tania aku tidak perlu terlihat bersedih atau menonjolkan air mata.Rupanya di rumah Kak Aidil sudah pulang, suamiku terlihat sedang makan di meja makan dengan lahapnya. Karena tak tega mengganggu dia yang sedang makan akhirnya kuputuskan masuk sambil menunduk dan mengucapkan salam dan langsung saja ke bawah Rima kamar."Assalamualaikum," ucapku sambil segera pergi ke kamar."Waalaikumsalam kamu dari tempat ibu, dik?""Iya, dari tempat Ibu," jawabku menaha
Baca selengkapnya
panggil siapa
"Panggil siapa saja, kepalaku sakit dan aku tidak bisa menahannya!" "Mau kupanggilkan Mantri kesehatan saja Kak?""Terserah, kepalaku berdenyut sakit minta ampun, segera atasi atau aku akan mengamuk, Devi.""Sabar Mas, jangan berteriak seperti itu, Mas harus berdoa." Iparku yang berlatar belakang suku Jawa itu terdengar sangat halus membujuk suaminya. Dari awal dia memang kakak ipar yang baik dan lembut hati, sehingga aku sangat mengaguminya."Panggilkan dokter agar menyuntikkan obat pereda nyeri, kepalaku sakit, Devi!""Iya, tapi sementara saya memanggil Pak Dokter, sebaiknya Mas tenangkan diri sambil terus mengucapkan istighfar.""Jangan mengajariku hal demikian sekarang ini Devi, aku akan mati! Buruan!" Mendengar teriakan Kak Yanto, aku dan Kak Aidil hanya bisa saling memandang sambil mengelus dada. "Kak, cobalah pergi ke tempat kakakmu dan tenangkan dia, bantu dia untuk meredakan sakitnya, Kak.""Memangnya aku bisa apa? Dalam keadaan murka dan sakit begitu sebaiknya tidak seor
Baca selengkapnya
Yanto yang dengki
Bismillah.Kupikir aku tak akan bisa memenangkan hati ibu dalam waktu dekat, mungkin jalannya tidak akan lama lagi, yang penting aku mau bersabar dan memahami sikap keras ibu mertua.Usai kusiapkan sarapan segera kuantarkan hidangan itu ke hadapan ibu dan ayah. Sebelum sampai ke ruang tengah, sejenak aku tertahan di depan pintu melihat Ayah menggendong Rima sambil membercandai cucunya, sementara ibu tersenyum-senyum melihat anakku yang tumbuh mulai gemuk dan molek."Lihat Nyai, betapa lucunya dia," ucap Ayah yang tanpa mereka sadari sudah kudengarkan."Iya, dia mirip Aidil ketika kecil," jawab Nyai sambil tersenyum tipis, terkesan memaksakan diri tapi tak mengapa, dari pada tidak sama sekali."Harusnya kau mengendongnya agar dia merasakan kehangatan neneknya," usul Ayah."Ah, tidak usah, aku sedang sakit.""Iya, benar juga. Maafkan aku," ucap Ayah terkekeh pelan.Aku segera masuk, meletakkan nampan dekat ayah lalu menuangkan air minum untuknya."Ini makanannya Ayah," ucapku pada
Baca selengkapnya
ibu bertengkar dengan kakak
"Jadi ibu berteriak padaku?""Iya, kamu membuatku pusing, sudah tahu aku sedang sakit dan tubuhku mengalami perih dan panas kau malah berteriak-teriak dan cari masalah," balasnya."Bukan seperti itu, aku hanya tidak suka ayah dan Ibu akrab, terlalu dekat!""Lantas kenapa? Kau tidak suka hah? bagaimana kalau aku benci saja pada istri dan anak anakmu, apa kau akan suka, Yanto?""Ibu ... bukannya ibu sendiri yang menanamkan hal ini padaku?""Kapan aku mengajarimu kurang ajar, kapan hah? menjauhkan dari sini!""Iya aku tidak akan datang lagi!" Teriak kak Yanto tak kalah sengit. " ... awas saja kalau ibu masih mengharap bantuanku," geramnya sambil tertatih keluar dari rumah induk. Mendengar ancaman anaknya ibu makin berang, dengan teriaka. Penuh emosi wanita itu merutuk dan mengomel dengan suara kerasnya."Dasar bikin malu, tidak berguna dan cari masalah!" gumam ibu.Melihat semua itu dari celah jendela membuatku tertawa bahagia karena kini giliran Kak Yanto yang berkonflik dengan ibu m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status