All Chapters of Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan: Chapter 21 - Chapter 30
74 Chapters
aku sudah
"Aku sudah pergi ke dukun, dukunnya bilang kalau pencuri dompetku ada di lingkungan ini," ucapnya yang ujug-ujug datang sambil berkacak pinggang menyambangiku yang sedang menyapu teras di pagi hari.Entah kenapa wanita gila ini sangat antusias untuk pamer dan mengancam orang lain."Oh ya, lalu siapa orangnya?""Ya, pasti di antara kalian, mantuku yang lain tidak ada yang berkonflik denganku jadi kesimpulanku mengerucut pada dirimu, tentu saja iya, aku yakin!""Oh, hahahah, lucu sekali ibu ini.""Apanya yang lucu, wanita itu tambah melotot.""Apakah dukun memperlihatkan bukti kalau saya yang sudah mencurinya, apakah dia memperlihatkan ke mata batin Ibu bagaimana proses saya mencurinya?""Ya tidak ... tapi dia orang pintar!" Mata Ibu berputar-putar menunjukkan tanda kegelisahannya, jelas wanita itu berbohong."Dan yang mendatangi adalah orang bodoh yang ingin minta pendapat ke orang pintar!"Seketika saja tangan besar ibu ingin melayang dan menamparku, mungkin sangat tersinggung, tapi a
Read more
dengan berat
Dengan berat hati, kulangkahkan kaki ke rumah bergaya minimalis dengan cat toska terang itu. Pintu rumah nampak terbuka sementara anak Kak Dani nampak duduk di terasnya."Assalamualaikum," ucapku sambil menelan ludah, aku sungguh khawatir dia melaporkan masalah ini ke kantor polisi.Bukankah, bukan hal sulit untuk melacak pelaku dan menyelidiki bukti?"Hmm, aku benar-benar tegang," gumamku sendiri."Walaikum salam," suara jawaban Kak Dani terdengar dari dalam.Ah, aku sungguh malas menjumpainya, malas menatap wajah yang dulu sering menyeringai jahat dan menertawakan kepolosanku, sikapnya sama jahatnya dengan kak Yanto yang suka membentak dan berteriak pada diri ini, sejak pertama aku menginjakkan kaki lingkungan mereka."Masuklah," ujar kak Tina yang mengikuti dari belakang."Baik, Kak," balasku lirih. Ketika ku injakan kaki ke lantai ubin berwarna marmer coklat itu, kak Dani nampak menoleh dari kasurnya yang dihamparkan di depan Tivi."Masuklah Zahra," ujarnya memberi isyarat."Terim
Read more
mereka panik
Mendengar teriakan ayah mertua yang sangat melolong di antara magrib dan isya tentu saja penghuni pekarangan kami keluar semua dari rumah mereka. Tak pelak mereka yang mendapati ayah tertancap parang langsung terbelalak panik, menghambur dan mencoba menolong."Astaga, Pak, kenapa bisa begini?" tanya Kak Yanto.dengan paniknya."Aku tergelincir lantai licin dan entah kenapa bisa begini, dasar Setan!"""Ayah jangan mengumpat begitu, tidak baik, itu ujian untuk ayah," ucapku yang tersirat mengejeknya."Ngomong apa sih kamu?" bentak Kak Yanto."Barusan ayah sendiri yang bilang padaku, bahwa masalah dan kesakitan apapun yang terjadi dalam hidup seseorang itu hanya ujian, bukan disebabkan oleh kesalahan orang lain, benar kan Ayah?" tanyaku pada pria yang kini menangis dan lemas."Tolong bawa aku ke mantri kesehatan atau puskesmas, aku akan mati, aku akan mati ....""Jangan bilang begitu, Yah, mati tidaknya Tuhan yang tentukan," balasku."Diam kamu, An****! tak bisakah mulutmu yang cerewet
Read more
nyai
Bismillah Sebelumnya aku makasih banget buat para pembaca yang masih setia ngikutin cerita ini sampai sekarang. Love you all.**Keesokan pagi, kudengar kabar bahwa ayah mertua akan dibawah pulang karena disarankan untuk dirawat jalan di rumah saja. Kebetulan, katanya beliau sendiri juga tak betah ada di rumah sakit dan terus rewel minta pulang.Dari teras rumah, kulihat kedua iparku dan ibu mertua sibuk membersihkan rumah induk dan menyiapkan kedatangan ayah dari rumah sakit.Mbak Devi terlihat menyapu halaman dan Mbak Tania mengepel, aku yakin rumah mereka akan ramai karena ayah mertua cukup dihormati, jadi tetangga dan orang orang yang mengenalnya pasti akan datang.Kudekato mereka sambil membawa anakku do gendongan, kutawarkan diri untuk membantu mengepel, tapi Kak Tania menolak."Tidak usah mengepel, keberadaanmu disini akan membuat Ibu marah, sebaiknya bantu kak Devi menyapu halaman, itupun andai kau bisa," ujar Kak Tania yang kebaikannya sama seperti Kak Tina, sekalipun sua
Read more
semuanya gosong
Kedua iparku terkejut, tertegun dan langsung bangun dari tempat duduk mereka. Mbak Devi segera memanggil sang suami sedang kak Tania segera mengambilkan air. "Sudah saya bilang gasnya bocor," ucapku lirih."Iya, itu bukan salahmu," jawab Kak Tania yang sibuk mewadahkan air di gelas.Mbak Devi mencoba menyadarkan ibu sementara Kak Yanto dan Aidil langsung panik melihat wajah ibu yang merah dan perlahan melepuh bengkak."Kenapa bisa begitu?""Kelihatannya gasnya bocor," jawab Kak Tania."Astaghfirullah untung tidak meledak dan tidak memakan korban lain," ujar Kak Aidil."Aku masih syok, Kak, aku benar benar tegang," balasku."Bawa ke rumah sakit atau panggilkan bidan desa," ujar suamiku pada kakaknya."Panggil bidan saja, aku khawatir ibu malah tidak betah di rumah sakit.""Tapi mungkin lukanya bisa dibersihkan dengan baik," jawabku lirih."Kamu kenapa gak bilang ke ibu kalau ada bau gas!" tuding kak Yanto dengan amarahnya."Selalu saya yang disalahkan, saya sudah bilang tapi ibu tida
Read more
jangan
"Jangan fitnah saya dengan tuduhan yang tidak tidak, Saya tidak tahu menahu baru datang ketika kompor itu baru akan meledak. Saya termasuk jarang datang ke rumah induk jangankan untuk masuk ke dapur ke pelataran saja tidak termasuk terinjak olehku.""Jangan coba-coba bohong bilang saja kamu dendam dan kamulah yang telah mencelakakan Dani dan bapak!""Saya capek membela diri atas tuduhan yang tidak masuk akal! Silakan hadir kan bukti kalau ingin menuntut saya saya benar-benar muak dengan keluarga ini!" Balasku tanpa ketakutan sedikitpun. Mereka tidak bisa menyalahkanku, sementara aku punya alibi yang kuat, ditambah diri ini tidak pernah kemana-mana dan berada dalam kondisi lemah."Sebelumnya di dalam keluarga ini tidak ada malapetaka yang beruntun seperti ini, sepertinya musibah ini adalah musibah yang disebabkan oleh manusia, bukan semata kecelakaan.""Kalaupun iya, apakah hanya aku sasaran kalian? Aku hanya wanita yang baru melahirkan dan masih lemah, bahkan ketika kalian mengeroyok
Read more
celaka
Aku yang merasa kurang yakin akan pendengaranku dari dapur, merasa perlu untuk segera maju dan memastikan kabar yang terdengar."Ada apa?""Yanto terjatuh saat memetik kelapa, Nyi," jawab Bapak itu dengan gelisah. Mbak Devi langsung histeris mendengar suaminya terkena musibah. Segera wanita itu meninggalkan luka ayah yang belum selesai diperban untuk menyusul suaminya ke kebun."Apakah suami saya sadar Pak?""Tidak tahu, Nyi, pingsan dianya ....""Allah, jangan sampai terjadi apa apa pada suamiku," ujar wanita itu dengan tangis tertahan. Dengan cepat dia berlari ke rumahnya untuk mengambil tas dan jilbab. Sementara aku masih berdiri dengan keadaan tak tahu harus berbuat apa."Apa yang kau tunggu segera balut dulu ke ayahmu!" Aku yang tidak mau beradu argumen segera mendekat untuk mengobati luka ayah. Perlahan kulepas lilitan perban yang ternyata lengket dengan darah, agak sulit memang membukanya tapi aku berusaha pelan pelan."Pelan-pelan, aku kesakitan!" ujar Pak Haji dengan geram.
Read more
menyerah
Brak!Cring!Suara kunci yang terlempar ke lantai langsung terjatuh tepat di kakiku. Wanita yang akhirnya tidak punya pilihan itu menyerahkannya dengan napas mendengkus kesal."Ambillah, kembalikan jika kau sudah selesai!""Terima kasih," jawabku dengan senyum simpul dan langsung bergegas pergi."Awas kalau kau berani mengambil sesuatu dari sana!" ancam ibu."Kalau Kakak yang lain mengambil jatah beras dan stok, masak saya tidak boleh?" Jawabanku membuat ibu mertua makin geram dan murka.Kulangkahkan kaki ke gudang dengan hati amat bahagia karena diri ini berhasil mendapatkan kunci gudang, tempat persediaan hasil pertanian dan palawija. Ada beras, banyak tumpukan karung gabah yang kalau dicuri dua karung pun tidak akan ketahuan ibu saking banyaknya. Ada beberapa karung kentang, umbi-umbian dan bawang. Masuk ke gudang itu sama seperti masuk ke dalam surga makanan di mana kamu bisa mengambilnya dan membawa pulang sebagai persediaan."Akan kuambil makanan dan menyembunyikannya di rumah,
Read more
tentu saja
Tentu saja perih dan sakit ketika air dingin menyentuh luka yang melepuh dan terkelupas. Jangan dibayangkan betapa sakit dan berdenyutnya semua itu. Pantas saja ibu kejang dan berteriak-teriak.Ibu yang menjerit membuat Kak Aidil terkejut dan segera berlari untuk membantuku membangunkan Ibu."Ibu, kok bisa jatuh," tanya suamiku dengan muka syok."Istrimu ini tidak becus memegangiku, dia hanya sekedar membantu dengan separuh hati," tudingnya meragukan pengabdianku. Andai tidak lebih muda diri ini darinya sudah kupukulkan baskom ke wajahnya agar dia tahu rasa."Aku sudah memintanya memakai sandal tapi itu menolak," sanggahku membela diri. "Kau mendorongku dengan keras!" teriaknya sambil menangis di depan Kak Aidil."Kak ... alangkah hancurnya saya kalau kakak sampai percaya," ujarku pada suami.Betapa sedih dan perihnya hati ini difitnah demikian oleh ibu mertua. Mungkin karena paham sifat ibunya, suamiku hanya mengangguk dan tersenyum tipis, memberiku alasan agar aku memaafkan oran
Read more
sekembali
Kutitipkan Rima kepada kakak iparku Tania lalu diri ini segera bergegas mengambil motor ke garasi dan pergi membelikan sate untuk ibu mertua. Kak Tania yang melihatku membawa kunci gudang mengeluarkan motor sempat kaget dan melongo mungkin untuk pertama kalinya sejak menjadi menantu diri ini berhak memakai motor."Hati-hati di jalan Dik," ucap kak tania sambil melambai kecil dan menggendong Rima.Untuk pertama kalinya aku merasa senang diberikan sejumlah uang oleh ayah mertua dan dibiarkan seperti menantu menantu lain berhak melakukan apapun dalam hidup berhak memakai fasilitas seperti yang dilakukan kakakku yang lain.Sekembalinya dari membeli sate ku lihat di rumah induk sedang ada tamu. Aku pikir mungkin tetangga yang ingin menjenguk ibu tapi ternyata itu adalah petugas kebersihan tempat pembuangan umum. Entah apa yang dia lakukan aku tidak paham."Ini makanannya Bu," kataku sambil meletakkan nasi dan sate, setelah sempat menyiapkannya dari dapur."Kamu kenal dia.""Iya dia Paman S
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status