All Chapters of Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan: Chapter 51 - Chapter 60
74 Chapters
cerdik
Aku mungkin tak bisa beritahu suamiku tentang kelakuan kakaknya karena itu akan menghancurkan hubungan mereka, hubunga suami istri antara Kak Yanto dan Mbak Devi, juga hubungan orang tua dan anak antara mertua dan iparku itu. Tapi, aku bisa melakukan sesuatu yang lebih dari itu.Aku harus memberinya pelajaran yang akan membuatnya tidak bisa berkutik. Aku ingin dia sadar bahwa menginjakku selama ini adalah perbuatan yang keliru, dan satu lagi, ia sudah melecehkanku maka aku tak akan mengampuninya lagi.Aku sudah merencanakan sesuatu untuk beberapa saat nanti, jika Yanto datang dan mencoba menggodaku lagi, maka aku akan bertindak.Sore itu, kuikat sayur yang sudah dipanen kak Aidil untuk dibawa esok pagi oleh truk pengangkut ke pasar induk sambil menjaga Rima bermain, kuikat kangkung, bayam dan sawi lalu menumpuknya ke keranjang besar. Kupindahkan juga buah cabai dan tomat, menyortir yang besar lalu memisahkan ke keranjang yang berbeda. Kulirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul
Read more
kukerjai
Setelah Yanto pergi, aku segera bergegas mengambil ponsel yang kuletakkan tepat di atas lemari. Kumatikan durasi video dan segera menyimpan rahasianya di folder khusus.*Sejam kemudian suamiku datang, seperti biasa dia nampak lelah dan berkeringat deras hingga pakaian dan rambutnya basah."Terima kasih karena selalu bekerja keras untuk kami Kak," ucapku yang menyambut di teras."Sama sama, aku membanting tulang demi kamu dan Rima. Agar kalian bahagia," jawabnya."Masuk dan mandilah Kak, aku siapkan sambal kentang dan ayam goreng, kakak pasti akan suka," ucapku dengan senyum termanis."Terima kasih ya, Ibunya Rima.""Sama sama ayah Rima," balasku dengan tawa berderai.Seebenarnya ada rasa bersalah dan dosa setelah tadi sempat memancing Kak Yanto ke kamar. Andai tidak demi menghentikan kejahatannya tentu aku tak akan mau berpakaian dengan tali kecil dan daster selutut di depan lelaki yang bukan pasangan halalku. Aku merasa ternoda dan berdosa mengingat suamiku adalah pria yang tulus da
Read more
karena
Karena tahu dia menahan uangku, maka aku yang tidak mau tinggal diam segera mencarinya ke ladang ubi karena aku tahu dia sedang memanen di sana.Kususuri pematang, melewati kebun mangga dan jambu mete lalu lewat beberapa petak sawah lagi dan sampailah di kebun singkong milik mertua. Ayah kak Aidil menang juragan tanah yang punya lahan berhektar-hektar yang ditanami berbagai macam jenis palawija, sayur dan buah. Masing masing anak diberi area untuk mereka kelola dan pertanggung jawabkan pada Pak Haji dan ibu mertua, namun hasilnya tetap ibu yang menguasai meski nantinya dibagi dengan rata, dengan cara sedikit demi sedikit. Alasannya simpel, agar uangnya tidak cepat habis. "Kak Yanto!" seruku dari kejauhan. Pria yang tengah sibuk mencabut singkong bersama beberapa orang pria menoleh padaku. Dengan wajah kesal ia tinggalkan pohon yang baru dia pegang dan segera mendatangiku."Ada apa kau mendatangiku jauh jauh kemari?" tanyanya berkacak pinggang."Aku minta sisa uangku yang tiga ratus
Read more
beritahu
Dengan perasaan deg degan aku meluncur bersama Kak Aidil menuju rumah Ibu mertua, aku tak bisa menebak apa yang akan terjadi di sana tapi aku harus menyelesaikannya. "Kak ..." Kucuil pinggang suamiku yang mengendarai motornya sementara aku duduk tepat di belakangnya memangku Rima."Iya?""Kamu sudah yakin akan bicarakan ini dengan ibu, akan menunjukkan bukti dan membuat Kakakmu malu.""Iya, kalau tidak sekarang kapan lagi?""Tapi itu akan heboh karena dalam video itu ada aku," balasku cemas."Biar orang tua yang menilai dan memutuskan, aku akan bicara secara pribadi pada ibu setelahnya akan kuserahkan keputusan terbaik pada beliau.""Baiklah, terserah."Motor berbelok, masuk ke pekarangan luas dengan beberapa pohon kelapa yang tumbuh di tengah halaman. Kembali kulihat rumahku, rumah mungil bercat hijau dengan pintu tertutup dan lampu yang selalu menyapa."Tidakkah kita mampir ke rumah?""Nanti saja, ayo langsung bicara," balas Kak Aidil sambil menuntun tanganku ke rumah kedua orang t
Read more
ada masalah apa
"ada masalah apa sebenarnya yang indah kalian seperti tidak ada aman-amannya sebagai saudara?""Tanyakan saja kepada ibu kami sudah menjelaskan kepadanya,". Jawab Kak Aidil sambil menyentak tangan dan kerah pakaiannya yang berantakan. Raut wajah suamiku nampak sangat kecewa dan kesal."Tunggu di sini, biar aku lihat apa yang sebenarnya terjadi," ucap Ayah sembari masuk ke dalam rumah dan menemui nyai Hatima."Nyai ...." Ibu yang nampak dipanggil hanya terduduk di kasurnya sambil menekan kening dan memijat kepalanya. Wanita itu nampak sangat pusing dan lelah, lelah melihat drama yang terjadi diantara kami.Tidak diherankan, Andai dari awal dididikannya baik maka anak-anaknya akan tumbuh dengan baik pula. Andai Ibu tidak mendukung dari awal kejahatan Kak Yanto maka tentu pria itu tidak akan berada di atas angin untuk menekan kami semaunya."Sudah sudah berkali-kali pertengkaran terjadi jangankan, mereka yang mengalami, yang melihat pun lelah menyaksikannya. Apa kalian tidak jengah at
Read more
berembuk
"Maaf ayah, tapi menurutku solusinya bukan itu," ucap Kak Dani."Lalu apa?""Tanyakan pada Zahra dan Aidil apa yang mereka inginkan. Kejadian ini adalah kesalahan semua orang, kita juga harus bertanggung jawab karena tak bisa menjaga keharmonisan keluarga. Zahra dan kak yanto bersalah dengan cara mereka masing masing, tapi kita sebagai anggota keluarga tak bisa membiarkan saja. Mari tanyakan apa yang diingkan Zahra dan suaminya.""Kalau begitu katakan, apa maumu Zahra!" ucap ayah."Tadinya aku sangat ingin pindah dari tempat ini ingin menjauh karena aku merasa lelah hati merasa tersisih karena tidak ada seorangpun yang membela atau mendekati diri ini. Tapi setelahnya, setelah ibu dan ayah perlahan membaik, aku merasa menemukan kembali orang tuaku yang sudah pergi untuk selamanya. Aku ingin berbakti dan hidup bahagia. Terlebih kami punya rumah dan tidak kurang satu apapun ...." Ucapanku belum selesai terjeda oleh kebingungan untuk menyampaikan perasaan sendiri."Tapi tugas-tugas rumah
Read more
telpon
Tiga jam perjalanan yang melelahkan melewati pinggir laut, mendaki bukit dan mengitari pegunungan. Akhirnya mobil kami sampai di perkampungan penduduk di mana aku dulu lahir dan tumbuh remaja.Ketika kendaraan kami sampai, Inaq segera menyambut ke pekarangan berikut dengan anggota keluarga dan tetangga yang nampaknya sudah diberi tahu kalau kami akan datang."Ya Allah, cucu dan cicitku datang, ayo masuk Nak," ucap Inaq dengan penuh kasih. Kumasuki rumah berlantai tanah yang masih sederhana sejak dulu, ada kursi rotan dan meja sederhana, bufet kecil berisi piring dan cangkir serta jam dinding tua yang tergantung di bilik pembatas. Semuanya yang ada meski sudah berumur lama tapi terawat rapi dan bersih."Inaq sudah siapkan kamar kalian, Inaq jahitkan kasur baru," ucapnya dengan senyum tulus."Terima kasih tapi Zahra bisa tidur di kasur yang ada.""Inaq ada tabungan dari hasil mengupas bawang, Inaq sedang membelikan kasur baru jadi cicit kecilku tidak sakit badan tidur di tempat tidur ya
Read more
seminggu berlalu
Setelah sekian lama hidup dalam kesulitan dan tekanan, akhirnya aku bisa mendapatkan kembali makna dari kedamaian yang selama ini kucari. Hidup kami berjalan normal, bahagia meski sederhana. Memang kami tidak makan daging dan ikan setiap hari, tapi berkat ketentraman hati, aku dan suami kini menikmati hari hari dengan canda dan kebahagiaan kami."Apakah tinggal di sini lebih menyenangkan?""Iya, Alhamdulillah, aku merasa tenang Mas.""Syukurlah, Dik. Rima sepertinya juga ceria juga, dia makin gemuk dan sehat.""Inaq juga tampak sangat gembira sejak kedatangan kita. Syukurlah," imbuhku."Bulan depan kita kunjungi Ibu, mau?""Uhm, tidak masalah selagi situasinya kondusif.""Baiklah kalau begitu Kakak akan semakin giat bekerja agar kita bisa menabung untuk bekal pulang nanti. Setidaknya kita tidak mempermalukan diri dengan pulang tanpa membawa apapun, sedikit terlihat lebih baik dari sebelumnya akan melegakan hati ibu.""Aku setuju." Malam itu aku dan Kak Aidil tidur dengan pulas, melepa
Read more
pukul 3
Pukul tiga sore kedua kakak iparku berpamitan pulang. Kupikir akan menahan mereka untuk menginap karena hari sudah sore dan perjalanan yang cukup panjang tapi Kak Yanto dan Mbak Devi bersikukuh untuk segera kembali."Mendung dan sore Kak, Kenapa tidak menginap saja?""Bukannya kami tidak mau tapi aku ada pekerjaan yang harus kulakukan esok pagi, dan juga bagaimana pula kami akan menginap sementara tidak ada tempat yang tersisa di dalam rumah kecil ini._"Aku tertunduk mendengarnya karena memang demikian adanya rumah kecil milik Inaq hanya terdiri dari 2 kamar dan itu pun masih berlantai tanah. Di manakah aku aku akan menyuruh kedua kakak iparku yang notabene selalu hidup dengan nyaman untuk berbaring dan istirahat?"Kalau begitu Terima kasih atas kedatangannya Kak," jawabku."Sama-sama, aku datang kemari untuk memperbaiki keadaan." Kak Yanto mengulurkan tangannya untuk menyalamiku sebenernya dada ini berdesir dan masih ketakutan tersisa di dalam benakku. Tapi aku berusaha bersikap nor
Read more
kasihan
Melihat tangisan anggota keluarga yang pilu membuat hati ini terenyuh dan tidak tega, aku benar benar melihat penderitaan dan kesengsaraan di mata mereka. Rumah Kak Yanto agak berdekatan dengan rumah ibu, andai tidak tidak segera dipadamkan mungkin api akan melalap rumah orang tua mereka sampai habis."Ya Tuhan, kebakaran semalam menyisakan trauma mendalam.""Ibu di mana?""Di rumahnya," jawab Mbak Devi."Permisi sebentar ya ...."Kususuri jalan menuju rumah ibu dan mengetuknya perlahan. Kudapati beliau terbujur di kasurnya tanpa bergerak sedikit pun. Melihatku datang beliau hanya melirik, mungkin karena menyaksikan ekspresi iba dari wajahku wanita itu melelehkan air mata. "Ibu ya Allah ...." Aku mendekat dan mencium tangannya lalu memeluknya. Wanita dengan bibir dan wajah sedikit meleyot miring itu tersedu dengan suara tertahan. Ucapannya tidak jelas serupa erangan dan keluhan."Ibu, apa ibu merasa kesakitan," tanyaku pelan."Ti-tidak ha-ha-hanha nye-nye-rrii.""Biar saya pijitan
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status