All Chapters of Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
melihat ayah
Bismillah Melihat wajah Ayah yang merah padam karena menahan amarah tentu saja Kak Yanto menjadi ciut dan terpaksa mengalah. Dengan mendengus dan mendelik padaku pria itu lantas kembali ke dalam rumahnya dengan langkah tertatih-tatih."Lihat saja nanti," gumamnya pelan, terdengar olehku dan cukup membuatku bergidik juga."Zahra ayo masuk," suruh Kak Aidil."Aku harus antar jatah makanan," balasku."Antarkan segera dan kembali ke rumah," jawab Kak Aidil.Mungkin peristiwa yang terjadi sekarang, bukan hanya tentang dendam dan rasa tersinggung, tapi, tentang sebuah kedengkian karena aku yang menantu bungsu malah disuruh untuk membagikan jatah makan semua orang. Secara teknis, harusnya Mbak devi yang akan melakukan itu, tapi karena kemarin ketiga iparku berhalangan dengan alasan masing-masing, maka akulah yang kemudian didapuk oleh ibu mertua untuk mengambil alih tugasnya. Jelas saja itu bukan salahku karena yang menyuruhku untuk mengamankan kunci gudang adalah ibu mertua sendiri, ketua
Read more
menghina nenekku
Mendengar penghinaannya aku ingin sekali menjawab dengan jawaban yang lebih pedas. Aku benar-benar tidak terima pria itu menyebut nenekku dengan sebutan tua bangka yang merepotkan. Sesungguhnya orang yang sering merepotkan orang tuanya dan seluruh keluarga adalah dirinya."Hanya satu ... Sepuluh tua bangka pun bukan urusanmu, yang repot dan sibuk memberi mereka makan adalah aku, bukan kamu!""Tapi, uangnya dari uang ibuku!"Aku hanya tertawa sinis mendengarnya. "Kau pikir suamiku tidak punya upah selama bekerja di kebun, dari upah itulah kami menyambung hidup dan makan." Aku melengos pergi meninggalkan pria yang terus menggangguku itu."Dasar mental miskin," ucapnya.Mendengar hinaan itu, emosiku langsung membuncah, ingin kubalikkan badan untuk menampar dirinya dan mempermalukannya di depan anggota keluarga. Tapi, aku menahan semua dorongan itu. Bukan saja aku yang akan ikut malu, tapi Inaq juga, tidak enak padanya yang baru datang dari desa kami. Kuhela napas sambil mengucapkan i
Read more
tak berhenti sampai di sana
Ternyata ucapanku tadi tak serta merta membuat Kak Yanto sadar dan berhenti mengganggu diri ini. Kupikir sedikit tidaknya dia tersentil dan tahu diri bahwa aku sudah muak diganggu olehnya.Namun, harapanku jauh dari kenyataan, karena kini, di jam makan malam, setelah makanan terhidang dan kami duduk di tikar untuk makan, tiba tiba saja dia datang dan mengetuk pintu."Aidil, Zahra, buka pintunya," ucapnya."Iya Kak, ada apa?""Apa kalian tidak akan membiarkan aku masuk?"Aku dan suamiku saling berpandangan, Kak Aidil mengernyitkan alisnya sedang aku mulai merasa tidak nyaman. Sekali lagi suara ketukan pintu kembali terdengar, Inaq mulai merasa heran dengan kami yang tidak kunjung bangun untuk membuka pintu."Kenapa pintunya tidak dibuka Zahra?""Uhm, i-itu hanya ....""Biar aku saja," ujar suamiku sembari bangkit dari tempat duduknya.Ketika pintu rumah terbuka pria garang itu langsung mendorong suamiku dan merangsek masuk seenaknya saja. Melihat kami yang sedang duduk mengelilingi m
Read more
masih
Tentu saja aku tidak takut karena aku sudah tahu skenarionya. Semalam dia sengaja membuat alasan ingin mengunjungi Rima padahal sebenarnya dia sudah meletakkan dompet yang berisi uang Ibu senilai Rp2.000.000 di bawah kasur tempat tidur kami."Hmm, pria bodoh, dia tidak tahu bahwa kini aku tidak sebodoh dulu."Dia pikir aku dungu dengan mengajak ibunya untuk memeriksa rumahku. Aku tahu kak Yanto ingin mempermalukanku, dia tidak tahu bahwa aku sudah lebih dahulu mengatur langkah dibanding dirinya."Ayo kita ke rumahmu," ujarnya sambil menarik lenganku dengan kasar."Lepaskan, kau tidak perlu menyeretku, aku bukan binatang.""Tentu saja, tapi kau lebih licik dari siapa pun. Kau mencuri!""Jika tidak terbukti, apa yang akan kau lakukan?!" tantangku."Aku tidak takut untuk minta maaf bahkan bersujud di kakimu, tapi kau harus buktikan bahwa kau tidak salah.""Kakak tidak punya akal ya ... kakak tahu bahwa nenekku ada di sini, kakak sengaja mengintimidasi untuk membuatku malu di hadapan n
Read more
kembalikan
"Ibu ... Aku ingin bicara tapi sebelumnya ibu harus tenang dan mendengarkan semua pembicaraanku. Setidaknya beri aku kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi baru Ibu berkomentar dan menghakimiku."Itu yang kukatakan ketika pada malam harinya aku pergi menemui ibu mertua untuk menyerahkan kembali uangnya yang sudah diselipkan Kak Yanto di bawah kasur tempat tidur kami. Tentunya ... atas sepengetahuan dan izin suamiku."Aku jadi bingung, memangnya kamu mau bilang apa?""Ini uang ibu ... Kak Yanto menyelipkannya di bawah tempat tidurku.""Apa? kok bisa? apa maksud kamu? Kalau kamu memang tidak mencuri kenapa uangnya ada padamu , lalu apa kabar kehebohan yang terjadi siang tadi sampai-sampai putraku harus bersujud di kakimu. Aku benar-benar bingung." Seperti biasa ibu yang tidak sabaran selalu saja langsung emosi dan tidak mampu mengendalikan diri."Dia datang ke rumahku, memaksa masuk untuk membuai rima padahal sebelumnya Kak Yanto tidak pernah sama sekali mau menyent
Read more
kunci
Kususuri jalan setapak yang di kanan kirinya terdapat kebun dan sawah penduduk. Bunyi gemericik air yang mengalir di saluran irigasi sedikit menenangkan suasana hatiku yang galau karena baru saja ditinggal Inaq. Riak air yang jernih dan terlihat menyejukkan membuatku menerawang dan berpikir mengapa kehidupanku tidak mengalir saja seperti air yang tidak tersandung masalah dan hanya membawa kesejukan."Ah, andai saja."Sesampainya di rumah, ku letakkan payung di sudut teras lalu merogoh kunci dari dalam saku dan membuka gembok pintu. Tiba tiba saja dari pinggir kanan teras Kak Yanto muncul sambil menopangkan dagunya pada pagar teras."Jadi katakan padaku, di mana uang itu?""Pasti Kakak sangat heran kan karena tidak menemukan uang yang kakak selipkan!" jawabku tertawa.Dia yang yang merasa di skakmat oleh ucapanku langsung terkesiap dan menyurutkan wajahnya, alisnya mengernyit dan kemudian dia tertawa."Wanita licik," gumamnya sambil menggeleng dan memasang ekspresi melecehkanku."Uang
Read more
apa baik baik saja
"Apa kau baik baik saja?" tanya Kak Aidil segera setelah kak Yanto pergi. Wajahnya nampak khawatir dan tegang memegangi lenganku yang masih menggendong Rima."Iya, aku baik baik saja," jawabku sambil menyeka sedikit darah yang mengering di sudut bibir, bekas tamparan kakaknya."Apa dia memukulmu lagi?""Selalu," jawabku."Ah, aku ingin sekali membunuhnya andai dia bukan kakakku," ucap suamiku geram."Jangan Kak, kendalikan dirimu," balasku sembari mengajaknya masuk dan menutup pintu. Kami sudah terlalu sering mencuri perhatian warga dan tetangga. Aku tak bisa menyebut bahwa wajahku sudah tebal menahan malu, tapi itulah kenyataannya. Semuanya jadi canggung."Kenapa bisa sampai bertengkar?" lanjut Kak Aidil seraya menyodorkan air padaku. Kuterima airnya lalu meneguknya, kemudian kuajak Rima berbaring lalu menyusuinya."Dia terus menyalahkanku tentang uang ibu. Jadi kuberitahu yang sebenarnya dan dia menggila," jawabku."Entah kenapa tuhan tidak menimpakan azab dan peringatan bagi Kakak,
Read more
belum
Jadi pindahlah kami keesokan harinya, dengan sebuah mobil bak terbuka kubawa beberapa perlengkapan rumah, pakaian dan bahan makanan. Setelah berpamitan dengan ibu kunaiki mobil dan duduk di dekat supir sambil menggendong Rima sementara dari kejauhan pria yang kepalanya masih ada perban menatapku dengan sejuta makna.Mungkin dia puas bisa mengusirku dari rumah, atau mungkin juga makin gencar ingin melancarkan gangguan dan permusuhannya."Bismillah, kepindahan ini mudah-mudahan adalah awal yang baru," gumamku di dalam hati."Sudah semua Mbak?" tanya supir."Sudah Kak.""Bang Aidilnya mana?""Sudah jalan duluan pake motor," jawabku."Oh, baiklah."Perlahan mobil itu bergerak meninggalkan halaman rumah Pak haji dan Nyai Hatima. Kupandangi teras rumah dengan perasaan sedih karena memilih mengalah dan tersisih dengan cara terpaksa seperti ini. Memang tempat iju bagus, rumahnya sudah permanen meski berukuran kecil tapi tidak ada kenyamanan untuk tinggal dan mencari keamanan, segalanya se
Read more
apa maksud terselubung
"Apa ada maksud terselubung di balik itu? Apa kakak menaksir padaku tapi karena kalak tidak akan mungkin menjadikan diri ini pasangan sehingga kau murka dan iri sekali?""Jaga mulutmu, istriku bahkan 5 kali lebih cantik darimu, jangan mengada ada!""Kalau begitu apa maksudmu dengan terus menggangguku padahal aku sama sekali tidak pernah mengganggumu. Kakak bahkan tidak punya alasan untuk kesal karena aku sama sekali tidak pernah datang dan mengganggu kehidupan kalian atau membuat kekacauan di dalam rumahmu. Ada apa denganmu?" Mendengar pertanyaanku yang berani lelaki itu langsung diam saja. Dia tidak lagi banyak bicara karena setelah itu aku pun langsung masuk ke kamar.Entah apa perasaan Kak Aidil setelah aku mengungkapkan kekesalan dan apa yang terlintas di benakku. Habisnya, aku tidak habis pikir mengapa kak Yanto terus gencar mengembuskan permusuhan. Bukankah tabir antara benci dan rindu itu sangat tipis sehingga sulit dibedakan dan bisa berubah kapan saja? apakah dia menyukaiku d
Read more
setelah
Setelah pria itu pergi membawa segala kejahatan dan perilaku anehnya, aku segera bangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air demi meredakan syok yang membuncah di ubun ubun."Astaghfirullah apa yang baru terjadi?" Aku menggumam sambil menahan air mata yang meluncur di pipi.Kutuangkan air masak ke gelas dengan tangan gemetar, gelasnya bergoyang dan airnya ikut tumpah, kuteguk cairan itu dengan cepat kemudian melungsurkan diri di dinding dapur, duduk bersandar dengan tubuh tidak berdaya, kupeluk kakiku untuk menenangkan hati yang terus berdegup oleh sensasi kaget yang tidak terduga."Kak Yanto baru saja melecehkanku, dia baru saja hendak merampas harga diriku," gumamku sambil menahan geram di hati. Aku merasa sesak dan seolah dituangkan noda di atas kepala olehnya. Memang tidak sampai diperkosa tapi prilakunya membuatku merasa kotor sekali."Beraninya dia menyusupkan kaki ke antara pahaku, beraninya dia melakukan itu padahal aku adalah adik iparnya, aku akan melaporkannya ke
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status