All Chapters of Murid Kesayangan: Chapter 31 - Chapter 40
135 Chapters
Bab 31. Be My Hero, Once Again
Aku jadi salting di depan Josie. Kenapa gadis itu menatapku begitu? Aku meneguk lagi jusku, yang tinggal setengah, tiga kali teguk saja. "Minum jusnya, kok dianggurin," tukasku. Tidak nyaman juga dilihat begitu rupa. Senang, meletup, tapi sisi lain hatiku berseru yang kurasakan salah. "Aku ingat kata-kata papa. Kayak yang Pak Avin bilang," kata Josie masih dengan dagu ditopang dan pandangan menghujam ke bola mataku. "Apa katanya?" tanyaku penasaran. "Hidup harus berguna. Kupikir itu hanya untuk orang-orang tertentu saja. Aku ga yakin. Aku hidup ga karuan, isinya cuma melow, mau berguna dari mana. Tapi pas dengar kisah Pak Avin, aku ... bisa jadi papa benar," jawab Josie. Lagi-lagi, Josie menyamakan aku dengan papanya. Aku makin bisa merasa Josie tidak menahan diri untuk terbuka padaku. Bagus, tapi kenapa aku mulai takut? Aku melirik ke arloji di tangan kiriku. Sudah hampir setengah tujuh malam. "Kamu harus segera balik, atau kamu akan telat sampai di sekolah," ujarku. Josie men
Read more
Bab 32. Josie Oh, Josie ...
Josie melangkah masuk melewati gerbang sekolah. Tidak sampai sepuluh meter dia berbalik dan melambai. Senyumnya lebar, lepas, tampak begitu gembira. "Makasih, Pak!" Suaranya kembali terdengar. Aku membalas lambaiannya, juga melempar senyum buat Josie. Ah, kenapa aku segembira ini melihat senyum gadis belia itu? "God, help me ..." bisikku, memohon agar hatiku tidak berjalan terlalu jauh ke sisi yang tidak semestinya.Aku memutar motor, aku lebih baik segera pergi. Aku tidak boleh membiarkan perasaanku terus melebar. Josie adalah muridku. Titik. Motorku kembali melaju di jalanan. Masih padat, meski tidak sepadat sebelumnya. Aku tidak bisa menampik, hatiku terus berpetualang, mengingat Josie, Josie, dan tidak mau beralih ke tempat lain. Sampai di rumah Kak Lili menyambutku. Makan malam kesukaanku yang kebetulan sama dengan Bang Edo tersedia di meja. Tapi aku tidak bersemangat melihatnya. Pikiranku galau. Carut marut karena Josie. "Avin! Ayo, makan! Lihat, semua kesukaan kita siap di
Read more
Bab 33. Pertemuan Tak Terhindarkan
Aku memberi tugas kepada murid-murid untuk membuat karya lagu dari perjalanan field trip yang lalu. Lirik lagu dalam Bahasa Inggris, yang mana syair dalam Bahasa Inggris akan jadi penilaian pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan tampilan video akan dinilai dari sisi seni yang lain untuk pelajaran Art.Mataku tak berkedip rasanya menonton video tugas Josie yang berdurasi hampir dua menit. Simple, tapi nilai Art yang Josie raih aku yakin tidak akan rendah. Yang paling membuat aku terpukau lagu yang Josie nyanyikan. Judulnya saja membuat hatiku serasa bergelombang. "I have found a hero." Aku berucap lirih. Bibirku hampir terus setengah terbuka sampai video Josie berakhir. Lagu yang Josie ciptakan memang selaras dengan permintaan guru. Menceritakan sesuatu yang spesial dalam field trip. Dan Josie? Dia berkisah tentang aku yang menyelamatkan dirinya dari bahaya yang datang tiba-tiba. "God, no way ..." bisikku dengan letupan bertubi-tubi mendera di dada. Hatiku campur aduk rasanya. Girang,
Read more
Bab 34. Andai Saja Dia Bukan Muridku
"Pak, ditunggu!" Resti memberi isyarat aku ditunggu untuk segera tampil. "Oke," sahutku. Aku kembali ke posisi di tengah panggung. Musik pun mengalun. Aku mulai menyanyikan lagu pilihanku. Aku melihat ke sisi kanan panggung kecil ini, ke pelaminan kedua mempelai. Kak Lili tersenyum bahagia dan ikut bernyanyi mengikuti lagu yang aku dendangkan. Senangnya melihat senyum kakakku satu-satunya. Bang Edo tidak melepas genggamannya. Sementara aku bernyanyi, aku menaikkan doa, agar kebahagiaan kakakku akan makin penuh dan lengkap. Aku makin totalitas menyanyikan lagu yang kubawakan. "Wow! Keren! Persembahan luar biasa dari adik mempelai wanita. Suaranya mantap sekali, ya?!" MC cantik yang ternyata kakak Resti itu memberi komentar saat aku selesai melantunkan lagu. Pantas saja alu tidak asing dengan wajahnya, karena memang mirip dengan Resti.Tepuk tangan masih membahana di seluruh ruangan. Aku beranjak, ingin kembali menghampiri kedua muridku itu, tiba-tiba terdengar suara MC lagi. "Ada r
Read more
Bab 35. Pertengkaran
"Cuma lihat foto aja sampai kayak gini hatiku. Aku benar-benar harus kendalikan diri." Aku mengusap dadaku. - Thank you fotonya, Res. Udah malam, istirahat. Aku kirim pesan balasan pada Resti. - Siap, Pak Jawaban Resti segera datang dibarengi dengan emoticon lucu. Aku meletakkan ponsel di meja, lalu naik ke kasur. Aku duduk bersila di atas ranjangku dan melipat kedua tanganku serta menutup mata. Aku perlu bicara pada Tuhan tentang hatiku. "Ya Tuhan, apa yang terjadi denganku? Aku ga mau seperti ini. Punya rasa suka pada muridku. Tuhan, ini salah. Aku memang ga lagi ada hati buat Lola. Hubungan kami ga mungkin dilanjutkan. Tapi apa harus dengan pelarian pada seorang gadis belia? "Tuhan, angkat perasaan yang ga sepatutnya ini. Kumohon, aku hanya ingin menjadi guru yang baik, membangun generasi, bukan menjadi pria yang ga punya hati yang jatuh hati pada murid sendiri." Setelah mengungkapkan semua yang aku ingin sampaikan, aku berdiam diri. Aku menunggu jawaban. Aku ingin mendapat
Read more
Bab 36. Air Mata Josie
Wanita itu sangat terkejut melihatku. Matanya melebar dan menatap tajam padaku. "Kamu siapa? Ngapain ikut campur urusanku sama Josie?!" ucap wanita itu dengan marah. "Aku guru Josie. Ibu tidak ada hak melakukan kekerasan pada seorang anak. Ini di sekolah, Anda harus bisa bersikap sopan!" Aku berkata dengan tegas. Josie ada di belakangku. Aku bisa merasakan tangannya berpegangan pada baju belakangku. Aku bisa merasakan juga Josie seolah mau bicara meminta perlindungan dan pembelaan. "Terserah aku. Aku walinya Josie, aku yang bertanggung jawab atas dia!" Wanita itu tidak mau mendengarkan aku. "Selama di sekolah, Josie adalah tanggung jawab sekolah. Jadi, apapun yang terjadi dengan murid sekolah ini, sekolah harus memastikan siswa tidak akan menerima perlakuan yang tidak pantas!" Aku tidak mau mengalah. Harus segera aku usir wanita tidak jelas ini dari hadapanku dan Josie. "Kamu pikir aku peduli itu?" sahut wanita itu ketus. "Anda bisa aku laporkan polisi karena membuat kegaduhan d
Read more
Bab 37. Jangan Dekati Dia!
Ujian tengah semester berjalan. Semua sibuk fokus dengan itu. Sementara, proyek kelas 12 pun bertahap bergerak. Drama musikal yang akan digelar semester mendatang, aku bisa membayangkan pasti keren. Proses audisi sudah selesai. Josie menjadi salah satu pemain utama. Aku tidak mengira sama sekali, akting Josie ternyata lumayan bagus. Guru teater yang berhasil menemukannya. Josie benar-benar paket komplit. Permainan musiknya bisa diacungi jempol. Suaranya merdu dan punya khas. Bermain drama pun tidak kalah oke. "Pak! Pak Avin!" Aku menoleh ke belakang, melihat siapa yang memanggilku. Hetty berlari-lari kecil. Senyumnya lebar dengan mata berbinar. "Happy birthday!" Hetty berdiri di depanku dan mengulurkan sebuah kotak kecil berwarna biru gelap yang manis. "Kamu tahu aku ulang tahun hari ini?" Aku mengerutkan kening. "Ih, si Bapak. Dunia juga tahu, kali, Pak!" Hetty tersenyum lebar. "Hee ... hee ... Sosmed, ya?" ujarku. "Ini hadiah buat Pak Avin." Tangan Hetty terulur menyodorkan k
Read more
Bab 38. Apa Aku Salah?
Aku menoleh ke kiri dan kanan, kalau ada yang lewat, aku akan panggil agar kedua cewek itu tahu ada orang dan segera bubar. Tutt!! Tuttt!!! Yes! Ponselku berdering. Aku sedikit menjauh dan mengangkat panggilan itu. "Halo, hai! Ya, gimana?" Aku sengaja mengeraskan suaraku agar Hetty dan Josie mendengar aku sedang lewat. Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku mendengar penelpon, Bang Edo terus bicara di telingaku, tapi aku tidak begitu menangkap yang dia katakan. Aku lebih fokus memastikan Hetty dan Josie tidak meneruskan perdebatan mereka. Bang Edo hanya mau tahu aku tidak ada acara sampai di atas jam delapan malam. Kak Lili menyiapkan makan malam khusus buatku. Ah, makin panjang saja kisah tentang ulang tahun. Aku tidak lagi mendengar suara Hetty dan juga Josie. Aku kembali mengintip di sela daun-daunan di depanku. Kulihat Hetty berjalan tergesa menjauh dari tempat itu. Sedang Josie, dia belum beranjak, diam mematung. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Ingin sekali aku menghampi
Read more
Bab 39. Pengakuan
Sampai di rumah, aku membuka hadiah yang aku terima dari Hetty dan Josie. Hetty memberi aku sebuah weker lucu. Berwarna putih dengan bentuk patung beruang. Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. "Dasar bocah. ABG kalau ngasih hadiah." Mungkin Hetty membayangkan aku sama dengan anak usia belasan tahun. Hadiah dari Josie. Aku penasaran, Josie bilang dia memberi hadiah gambar. Gambar seperti apa? Aku kembali terpana. Josie menggambar diriku setengah badan, membawa sebuah gitar di tangan. Ada senyum lepas di wajahku, tampan. Memang begitu adanya. Yang Josie buat, gambar semacam sketsa berwarna hitam dan putih. Tapi keren menurutku. Lagi-lagi aku terpukau. Josie memang paket super komplit. Semua seni sepertinya dia tahu. Menyanyi, bermain musik, menari, sampai menggambar. Makin kagum aku pada murid unik dan istimewa itu. Ada tulisan di ujung kanan bawah dari gambar Josie. Tulisan tangan Josie yang rapi dan bagus. Aku mendekatkan gambar agar bisa membaca dengan jelas tulisan itu. "Keep
Read more
Bab 40. Makin Mendekat
Aku tidak bisa lari lagi. Tanggung, aku pun membuka mulutku dan berkisah. Kali pertama aku bertemu Josie, di jalan, hampir aku menabraknya. Mata sayu Josie menarik perhatianku. Sikap cueknya seperti tak peduli jika dia akan mati karena kecelakaan, juga menyita pikiranku. Aku menceritakan semua pada Kak Lili. Hingga bagaimana perlahan tapi pasti, waktu dan kesempatan seakan menarik aku dan Josie makin mendekat. Apalagi setelah aku tahu kisah perih hidup gadis istimewa itu sejak dia masih bocah. "Itulah, Kak ..." ucapku di penghujung ceritaku. Kak Lili menatap wajahku dengan pandangan aneh. Aku tidak bisa mendeskripsikannya. Senang? Kurasa bukan. Marah? Tidak juga. Ada iba pada Josie, mungkin. Aku tidak tahu. "Apa karena hatimu kecewa pada Lola, lalu kamu melihat seseorang yang butub kasih, maka hatimu beralih?" Pertanyaan itu membuat aku terkejut. Apa mungkin seperti itu? Aku yang sudah lama mengalami hubungan toxic, merana, merasa diabaikan, akhirnya rasa kosong itu terisi dengan
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status