Semua Bab Membuang Lelaki Sampah!: Bab 31 - Bab 40
96 Bab
Aku bukan Sari yang dulu
Kulipat tangan didepan dada. Menunggunya mendekat. "Apa kabar nona Sari? Ah, aku lupa, kita belum resmi bercerai. Bagaimana? Sudah siap jadi janda?" Dia tepat didepanku. Menatapku dengan tatapan meremehkan."Kenapa? Kamu sudah siap kehilangan rumah itu?" Balasku sinis."Hah, Jangan mentang kamu sewa pengacara bagus, kamu bisa menang.""Aku tak harus menang mas, aku hanya ingin kamu tak mendapatkan semuanya.""Halah, kamu ingin menguasainya kan? Dasar miskin!"Aku hanya tersenyum. Tak menghiraukan lagi ucapanya. Aku ambil HP di dalam tasku. Mengecek apakah truk pengangkut barang sudah datang."Wah, Iphone baru ya? Luar biasa! Bahkan aku lihat penampilanmu berubah. Jual diri dimana?"Plak! Kutampar pipi kirinya. " Jaga mulut tak tau dirimu itu! Aku tak perlu jual diri untuk membelu apa yang aku mau.""Hah, sombongmu!" Dia bersandar pada pintu mobil. Tanganya memegang pipi yang kutampar.Aku mencibiknya tak suka. "Jangan sentuh mobilku! Pergilah, aku tak mau mobilku lecet." Ucapku sini
Baca selengkapnya
Di ganggu mas Atnan
"Kan, bisa tolong cek susu bayi? Kemarin ada susu bayi baru datang. Sudah ada di rak belum ya?" Aku masih memeriksa beberapa barang yang baru datang."Iya mbak, sebentar ya" Kania berdiri dan berjalan ke rak yang ku maksud."Bu, ada yang nyari""Siapa?" Aku masih sibuk membaca daftar barang di tanganku."Permisi" Suara itu membuat mataku teralihkan dari kertas.Aku melihat siapa yang datang. Mas Atnan sudah berdiri di depanku. "Oh, mau ambil pesanan?""Iya mbak, mbak Sari sedang sibuk?""Cuma sedang cek barang masuk. Ini mas pesanannnya." Aku menyerahkan selembar kertas berseta menunya dimeja."Lim, ini bawa ke warung." Mas Atnan membawa teman lain ternyata dan dia meminta temanya membawa pesanan kami."Tokonya baru ya? Komplit juga ternyata. Bisa kami belanja kebutuhan disini?""Bisa sih mas. Tapi tokonya masih buka beberapa hari lagi. Mas kenapa masih disini?" Aku menatapnya yang hanya berdiri didepanku. Temanya saja sudah kesana sejak tadi. Dia sama sekali tak bergerak dari sini.
Baca selengkapnya
Hanya ingin membantu
Semalam ibu terkejut aku membawa Aisyah pulang. Tapi pagi ini, Aisyah justru lebih lengket dengan ibu di banding aku. Bahkan sehabis subuh dia sudah di mandikan, ibu bahkan mengepang rambut panjang Aisyah menjadi dua. Kini dia sibuj didapur dengan ibu."Mbah ti, ini mau di buat soto?" Aisyah memandang sebaskom kecil daging sapi dan tetelannya."Bukan, ini mau buat rawon." Ibu mengiris daging ditemani celoteh Aisyah."Oh, rawon itu apa?" Dia dengan polosnya bertanya."Seperti soto, tapi warnanya hitam."" Aisyah belum pernah makan rawon. Enak?" Dia duduk memperhatikan ibu mengiris daging."Enak dong, Masakan Mbah ti pasti enak." Ibu membanggakan dirinya sendiri. "Isah cuma pernah makan Soto, masakan Umi juga enak. Soto Umi pakai ceker ayam. Kasihan Umi, tiap beli selalu kehabisan daging. Jadinya, cuma dapat ceker." Netraku memanas. Dia bercerita dengan lugunya. Bahkan tak paham, bila kala itu, Uminya tak mampu membeli selain ceker ayam."Kalau begitu, karena Mbah Ti punya banyak dagi
Baca selengkapnya
Kabar buruk
Pagi ini aku begitu sibuk, Aisyah akhirnya tak mau aku ajak pulang. Dia bilang mau menemani mbah ti di rumah. Ibu senang saja bila ada Aisyah, dia gadis kecil yang cerdas. Sangat menyenangkan mengajaknya bicara, terlebih aku tau, ibu juga merundukan cucu.Aku tenggah menata beberapa barang dirak depan saat mbak Yayuk dan Zatta, anak perempuan mbak Yayuk datang. Mereka sudah bilang akan kemari, mau melihat-lihat toko katanya. " Assalamualaikum Sari""Waalaikumsalam mbak, sama Zatta saja?""Iya tante, Abang Zakka mana mau pergi bareng tanpa Papa" Zatta menjawab, sesekali ia melirik -lirik beberapa rak."Sudah rapi nih, buka besok juga berani ini toko?" mbak Yayuk berceloteh."Yang atas tinggal sedikit mbak, hari ini harus selesai sih mbak, besok istirahat sehari." Mbak Yayuk menganggukkan kepala. Dia duduk didepanku. "Lupa, nih jajanan buat ngemil sama yang lain" dia meletakkan dua kardus makanan di meja."Walah, pesta nih" "Apaan, cuma jajanan biasa. Yuda pesan buat acara nanti so
Baca selengkapnya
Mbak Asya, suamimu selingkuh!
Mas Yuda masih memarkirkan mobil. Aku turun lebih dulu. Berlari mencari Kania. Gadis itu terduduk di pojok taman, didekat parkiran. Seorang laki-laki duduk di sampingnya. Sedikit berjarak. Tapi tetap mengawasi Kania."Kania...,""Mbak Sari" Dia menghambur ke pelukanku. Gadis itu menangis. Tubuhnya gemetar karena ketakutan"Sudah, jangan khawatir. Mbak Sari disini. Ayo duduk, kita duduk." Aku mengajaknya duduk di bangku taman . Gadis itu merengangkan kakinya lurus. "Minum dulu" Aku ambil botol yang aku bawa dari mobil. Dia meminumnya setengah bitol. "Makasih mbak." Suaranya terdengar lebih tenang.Aku melihat kearah lelaki yang duduk didekat Kania tadi. Mas Yuda sudah disana bersamanya. Mereka berjalan mendekati kami."Bagaimana keadaan adikmu?" Lelaku itu bertanya"Sudah baik mas. Terimakasih ya, sudah menjaganya""Dia takut saat melihatku mendekat. Mungkin dia fikir aku berniat jahat. Aku ajak ke taman agar tidak mendengar suara ambulance" "Makasih Bang, sudah datang kemari." mas
Baca selengkapnya
Ada apa ini?
Mas Yuda membawa motor Kania, mengikuti aku dari belakang. Kania hanya terdiam. Sejak tadi dia menundukan kepala."Kenapa diam?""Kania menyesal mbak.""Menyesali apa ?" Aku melihat wajahnya terus menunduk."Beberapa hari lalu, Nia bertengkar dengan Yustin. Dia bilang, Nia anak pembawa sial. Orang tua Nia meninggak karena kania membawa sial"Astagfirullah!" Yustin marah karena Nia melaporkannya pacaran mbak.""Lalu, Kamu di apakan?""Kami bertengkar di ujung perempatan desa. Dia menghadang Nia saat mau pulang kerumah. Nia di jambak, di pukul, di dorong bergantian dengan teman-temannya.""Kenapa Nia tak bilang pada mbak Sari?" Aku sedikit marah. Kania anak yang baik. Tak akan mungkin dia mencari masalah, jika saja aku tau sebelum kejadian ini, sudah pasti aku maki Yustin habis-habisan!"Kania takut mbak Sari bertengkar dengan bu Ika. Nia mengumpatnya saat itu, bahkan tanpa sadar Nia menyumpahinya" Gadis itu menangis."Nia menyumpahi Yustin? Nia bilang apa?""Kania bilang, semoga dia h
Baca selengkapnya
Aku juga rubah ekor 9
"Ayo, mana sertifikatnya?" Ibu menengadahkan tangan didepanku. Bahkan melihatku dengan remehnya.Aku tersenyum sinis memandang mereka satu persatu. "Picik! Kalian fikir aku akan diam menerima. Iya? Jangan bermimpi!""Alah, aku tak perduli lagi. Mana kunci dan sertifikat rumahku!""Rumahmu? Hey tuan sombong, ada keringat Bapakku juga disana! Jangan lupa tuan Pengecut!"Dia tersenyum sinis. " Ternyata kamu perempuan murah, menjual dirimu demi semua harta ini." Mas Aldo memandang ke arah mas Yuda. "Oh, dia lelaki yang sudah memberimu banyak uang? Seberapa hebat dia di ranjangmu bro?" Mas Aldo mendekat kearah mas Yuda. "Bagaimana rasanya menikmati bekasku?" Bisik mas Aldo.Tanganku sudah siap menghantam kepalanya saat mas Yuda mencengkeram tangan mas Aldo kebelakang. "Tak bisakah menjaga adab mu dalam berbicara mas? Mulutmu sudah di asah melukai orang rupanya!"Mas Aldo terdiam. Dia menahan amarah, tapi tak bisa berbuat banyak. Dia terkunci. Semakin bergerak, tangannya semakin tertarik ku
Baca selengkapnya
Aku Marah
Hari ini tokoku libur, Persiapan pembukaan besok. Aku putuskan kekantor pengacara tempatku menemui mereka dulu. Kantor itu sudah banyak motor dan mobil saat aku datang.Aku masuk kedalam kantor. Seorang wanita berdiri menyambutku. "Ada yang bisa kami bantu bu?""Saya mau cari pak Bagas. Sudah datang?""Pak Bagas? " Dia nampak kembali memastikan."Yaa mbak. Belum datang atau bagaimana?""Pak Bagas sudah tidak disini lagi bu. Sudah pindah.""Sebentar, jadi pak Bagas gak disini? Maksud saya sudah tidak kerja di sini lagi?""Betul. Ibu ada perlu apa?""Saya kliennya."Wanita itu tampak terdiam sebentar. "Ibu duduk dulu saja. Saya panggilkan yang punya kantor dulu."Aku duduk disofa. Sebentar kemudian lelaki yang sedikit lebih tua datang mendekat. "Assalamualaikum, saya pak Danu. Ibu?"Walaikumsalam. Sari pak, saya Sari. Bapak yang punya tempat ini?""Betul. Mbak cari pak Bagas?"Aku menganggukkan kepala. Kuceritakan kronologi yang terjadi padaku dan kasusku juga kuceritakan. Agar aku jug
Baca selengkapnya
Peresmian Toko
Aku terkejut dengan dekorasi yang di pasang di luar toko. Mbak Yayuk dan mbak Nur yang menyiapkan semuanya. Dekorasinya sangat elegan. Ternyata kemarin mereka merencanakan semua ini, sebagai kejutan untukku.Bagian depan toko di hias banyak bunga. Balon tersusun melengkung di pintu masuk. Bahkan tali merah di ikat didepan pintu. Mbak Yayuk juga memasang tenda dan meja didepan. Beberapa kursi juga di tata sedemikiam rupa."Mbak, ini indah sekali. Aku fikir hanya akan membuat syukuran kecil didalam. Tapi ini seperti pembukaan suwalayan besar saja""Kami hanya membantu Sari, ibumu yang meminta kami memberimu kejutan""Ibu?" Aku melirik kearahnya. Ibu tersenyum. Aku segera memeluknya erat. Wanita kesanyanganku ini menangis. "Ibu kenapa gak bilang, Sari jadi nangis ini" aku berusaha menghapus air mataku. Ibu tersenyum. "Jangan menangis. Jelek sekali kamu. Ibu hanya ingin membuatmu bahagia nduk. Ibu belum pernah membahagiakanmu setelah banyak yang kamu lalui." Ibu mengusap wajahku dengan l
Baca selengkapnya
Masa depan untuk Siti
"Mbak, tau darimana mas Alan selingkuh?" Setelah kami cukup jauh dari ikeluarga mas Aldo. Aku menarik mbak Nur dan bertanya."Emang suami si Asya beneran selingkuh Sar?"Lah, dia malah nanya!"Tadi mbak bilang begitu, tadi?"Mbak Nur malah tertawa. "Woalah, aku cuma ngarang. Wajah suami si Asya saja lupa-lupa ingat." Mbak Nur berucap sambil menahan tawanya. "Tapi semoga deh mantunya bener selungkuh. Biar tau tu bu Ida sakit hatimu." Mbak Nur melipat tangan di dada. "Heran aku, dengan perempuan tua satu itu, kok gak ada simpatinya sama perempuan lain. Cemceman anaknya malah di pelihara. Mau jadi apa itu kompleksku!" mbak Nur menepuk jidatnya sendiri.Aku hanya terdiam. Apa kabar mbak Asya sekarang ya? ***Acara pembukaan tokoku selesai. Aku melihat Siti masih sibuk mencatat barang di lantai atas. Di bantu beberapa kariawan, gadis itu memang lebih cekatan di usianya yang masih muda."Sibuk sekali Sit?" Aku mendekat, duduk di samopingnya.Dia menoleh, tersenyum melihatku. Aisyah kulih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status