Semua Bab Membuang Lelaki Sampah!: Bab 11 - Bab 20
96 Bab
Mereka Semua Pengecut
Kamu benar akan pergi?"Entah sudah keberapa kali pertanyaan itu terlontar dari mulut mas Aldo. Dan aku masih tetap diam tak merespon."Budek istrimu itu do! Biar saja pergi, nanti ibu carikan istri lagi. Yang lebih pinter, baik, nurut, nggak mandul."Aku memanas mendengar ucapan ibu. Aku bahkan belum melangkahkan kaki dari rumah ini. Dia sudah berbicara tentang mencaru menantu baru."Yaa, carilah bu. Jika ada perempuan sebodoh aku. Bertahan dengan kekuarga tak normal, lima tahun lamanya!""Apa maksud ucapanmu Sari?"Mas Aldo menarik tanganku kasar. Aku menghempaskannya dengan kencang. Perih. Kurasakan kukunya sempat menancap pada kulitku."Yaa memang bengitu kan? Selama ini aku sabar, diam, bahkan menggalah saat ibu dan adik tulang lunakmu itu menghinaku habis. Tapi lama-lama, orang waras juga bisa ikut gila berada disini?""Maksudmu kami semua gila?"Mas Aldo menatapku lebih tajam. Aku juga menamenatapnya kalah tajam."Kalian semua sakit!""Kurang ajar memang mulutmu itu Sari! Suda
Baca selengkapnya
Takut di Gertak
Tiba di rumah ibu, Kania adik sepupuku sudah berdiri di pintu. Arya sudah memberi kabar tadi ketika kami masih di jalan. Kania membantuku turun dan masuk ke dalam rumah.Beberapa tetangga mengintip dari halaman mereka, pasti akan jadi bahan gibah yang menyenangkan setelah ini, ditambah bumbu karangan sendiri yang sedap untuk di sebarkan."Kakimu kenapa Sari?"Ibu berjalan mendekat saat melihatku dipapah masuk ke dalam rumah."Sakit bu, kesiram air panas. Tapi sudah mendingan kok bu.""Kok di antar Arya? Mana suamimu?""Budhe duduk dulu. Nanti baru kita bicarakan."Arya mencoba memberikan pengertian pada ibu."Iyo, budhe tak lungguh nang. Cobo Sari, ibu mau dengar kenapa sama kamu?""Sari ngak apa-apa bu, di sana Sari ngak ada yang ngerawat makanya sari pulang. Sari boleh tinggal di sini sementara bu?""Ya boleh, ini kan rumahmu. Tapi Aldo?""Mas Aldo tidak bisa antar, makanya Sari minta tolong Arya"Ibu hanya menganggukkan kepala, lalu melihat ke arah kakiku lagi."Ini ngak apa-apa?"
Baca selengkapnya
Dramamu aku balas Dramaku
Berulang kali ibu mertuaku telphone tapi tak aku perdulikan. Biar saja, aku tau dia akan marah karena semua barang daganganku di ambil polisi, anak buah Arya. Membayangkan wajah ibu yang pasti masam seperti limau, lucu sekali. "Kamu ngak makan dulu Ar?"Ibu memanggil Arya saat dia beranjak dari sofa. "Nggak usah bude, Arya mau kembali ke kantor saja, yang penting mbak Sari sudah sampai disini. Nanti kalau libur, Arya kesini dengan Dinda" "Lah iya, ajak Dinda kemari. Mbak lama sekali ngak ketemu istrimu itu. Beberapa bulan cuma video call saja" "Gampang, nanti kalau longgar biar dia kesini sendiri. Kalian kalau sudah ketemu, pasti lupa pagi atau malam!"Aku cekikikan mendengar jawaban Arya " Ya, mau bagaimana Ar, namanya juga perempuan, banyak sabar saja."Aku memang dekat dengan Dinda, istri Arya. Dia baik dan sangat sopan. Siapapun pasti akan menyukainya, dia salah satu yang membantuku membesarkan bisnis onlineku.Dinda sering mempromosikan jualanku pada ibu-ibu Bhayang
Baca selengkapnya
Video mas Aldo Viral
Hari ini, secara mengejutkan mbak Yayuk datang bersama mbak Nur dan Siti. Begitu hebohnya mereka saat melihtku, untungnya ibu sudah berangkat rewang sejak pagi tadi.Hajatan tempat bu Ifah memang masih besok, tapi ibu sudah ditunjuk jadi koki utama, jadi harus datang lebih pagi untuk mempersiapkan segala sesuatunya besok. Ibu memang sudah biasa mengurusi masak untuk hajatan besar. "Kamu tau ngak, aku memvideo full ibumu yang berakting kemarin dan dia berhenti menangis saat semua barang di masukkan ke dalam rumahku. Nih lihat!". Aku memegang ponsel mbak Yayuk. Ibu menangis, meronta dan meraung didalam rumah lalu berhenti saat semua barang itu masuk ke dalam rumah mbak Yayuk. Akmal bahkan lebih sibuk membuat status di banding menenangkan ibunya yang kesurupan. Sungguh, ibu yang berakting, aku yang malu sendiri. "Akmal bikin status lagi nih"Mbak Nur memberikan ponselnya padaku, aku melihat ponsel mbak Nur. Ada kiriman screenshot dari adik iparnya, aku baru ingat, adik ipar mbak
Baca selengkapnya
Tak Juga Jera
Setelah semalam kuposting juga video lain yang direkam mbak Yayuk. Karena berita itu, bahkan beberapa pembeli membatalkan pesanannya. Bayangkan berapa kerugian yang aku tanggung!Aku juga harus membela diriku sendiri. Mana bisa aku biarkan orang menilaiku minus, sementara apa yang mereka bilang tak benar sedikitpun. Arya bahkan menelpon meminta penjelasanku atas sikap ibu dan Akmal, bisa-bisanya mereka membohongi publik.Hari ini aku putuskan untuk menemui mereka, coba kulihat seberapa banyak mereka akan membela diri. Mbak Yayuk menjemputku dengan mobilnya dan aku menuju rumahku sekarang.Sampai di sana aku terkejut, banyak orang di depan rumah ibu, bahkan mobil mbak Yayuk tak bisa bergerak cepat. "Ada Apa sih mbak?""Nggak tau, tadi mbak berangkat belum ramai begini"Mbak Yayuk pun binggung dengan situasi ini, dia masih sibuk menyetir sementara aku membuka kaca jendela saat melihat Siti."Siti, ada apa?""Mbak Sari?" Siti tanpa diminta langsung masuk ke dalam mobil, dia duduk di bel
Baca selengkapnya
Mari Bercerai, Mas!
Wajah ibu memutih, melihat kemarahan mbak Asya. Akmal yang sejak tadi menatapku nyalang bahkan menunduk karena takutnya.Mbak Asya memang terkenal dengan galaknya, bahkan tak segan memaki siapapun yang menganggu ketentramannya. Terlebih selama ini, mbak Asya rajin mengirim uang pada ibu."Tenanglah mbak" Aku memintanya tenang. Suaranya sudah melengking menusuk telinggaku."Ini semua salah Sari, Sya! Ibu tidak tau dari mana video itu berasal." ibu menunduk, menjawab pertanyaan mbak Asya. Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya."Ibu yang berada di video itu, masih mau bilang tidak tau? Kamu Sari, jelaskan!""Jangan membentakku!"Aku menatapnya tajam, enak saja dia main bentak sesuka hatinya. Dia pikir aku takut padanya."Kenapa kamu berteriak! Jaga bicaramu padaku. Kamu itu istri Aldo, jadi hormati aku!" Dia melipat tangannya di depan dada."Lagian bagaimana bisa kamu dibilang mencuri oleh ibu mertuamu sendiri, apa memang kamu terbiasa mencuri?"Aku memutar bola mata malas, melipat tang
Baca selengkapnya
Tak Lagi Diam
"Sari!"Mbak Asya berdiri di pagar rumah ibu, aku sudah ada di depan rumah mbak Yayuk, saat mbak Asya tiba-tiba menyusulku dari belakang. "Bisa kita bicara dulu?"Aku melihat keadaan sekitar, setelah akhirnya aku menganggukkan kepala. Kuputuskan menggajaknya masuk kerumahku sendiri. Aku selalu membawa kunci di dalam tasku."Masuklah mbak"Aku terkejut, rumah ini tak seperti keadaan rumah terakhir saat aku tinggalakan. Baru beberapa hari aku pergi, rumah ini sudah meirip tempat pembuangan sampah."Ada apa ini Sari, Kenapa berantakan sekali?"Aku dan Mbak Asya memandang tumpukan mangkok di meja, bungkus mie instan. Termos air panas di lantai, sisa nasi bungkus, dan entah kuah bekas apa hingga kecoklatan di mangkok."Duduk diteras saja mbak" Aku tutup kembali pemandangan yang membuat mataku sakit bahkan perutku mual."Aku ingin kau jawab jujur Sari, apa betul selama ini kamu hanya diberi satu juta oleh Aldo" mbak Asya menatapku lekat.Kuhela nafas perlahan. "Iya mbak, bahkan dua bulan in
Baca selengkapnya
Wasiat tak terduga
Hari ini aku mengurus surat gugatan. Mbak Yayuk dan mbak Nur kembali menjemputku. Aku sudah bilang akan mengurusnya sendiri, namun mereka tak tega, membiarkan aku berjalan sendiri dengan kaki yang sakit.Mereka menyarankan aku menemui pengacara. Karena aku ajan memperjuangkan rumah itu, sepertinya aku memang butuh pengacara. Kutemui seorang pengacara, kenalan suami mbak Nur yang seorang pemborong besar. Kami berencana bertanya-tanya dulu tahapan perceraian dan beraba biayanya untuk membayar mereka.Aku menceritakan dulu duduk persoalan dalam rumah tanggaku. Mereka mendengarkan dan memberikan masukkan."Kapan mbak siap, kami akan tunggu. Nanti akan saya carikan pengacara yang bagus." Seorang lelaki paruh baya memandangku. Aku hanya terdiam."Jika boleh tau, berapa biaya untuk seluruh proses ya pak? Kuberanikan diri bertanya Sebab tak ada banyak tabungan aku miliki sekarang."Sekitar dua puluhan mbak, itu jika segera selesai, jika membituhkN banyK waktu, biayanya tentu menyesuaikan" A
Baca selengkapnya
Warisan untukku
Ibu menangis terisak, mendengar isi surat Pakde Azhari. Aku ingat betul wajahnya. Dia dulu sering mengantarku sekolah. Saat itu usiaku tujuh tahun. Budhe Sukma meninggal karena sakit. Meninggal bersama janin enam bulan didalam kandungan. Janin yang di nanti begitu lama oleh pakde dan budhe. Namun Allah memanggil mereka bersamaan.Setelah pemakaman budhe, aku ingat pakde mengamuk, memecahkan barang-barang dirumahnya. Dua bulan lebih pakde tak mau bicara. Hanya aku yang dia respon saat kuberikan minum atau makan. Ya, mbah ti sering memintaku memberikan makanan pada pakde. Sebab hanya aku yang diterimanya dengan baik.Hingga suatu pagi, pakde tak ada dirumah. Tak dapat dicari dimanapun. Dan meninggalkan surat yang isinya jangan mengharapkan dia hidup lagi. Dan semua orang diminta untuk melupakannya.Sejak saat itu, tak ada lagi kabar pakde Azhari. Tak sedikitpun kami tau dimana dia. Hidup atau mati. Bahkan ketika mbahti dan mbah kakung meninggal pakde tak datang. Dan sekarang, orang-ora
Baca selengkapnya
Tertangkap basah
"Sari!" Suara terkejut mas Aldo dari atas ranjang. Remang kulihat pergerakan lain dibelakangnya. Apa ada orang lain bersamanya?"Mas, ada siapa?"Suara perempuan di belakang mas Aldo. Ku buka tirai dan jendela kamar. Nampaklah dua manusia itu terduduk di atas ranjang. Matanya menyipit karena silaunya cahaya."Kurang ajar kamu mas!"Kulempar mereka dengan berbagai benda di atas meja rias. "Sari, sabar sari. Jangan begini""Aduh sakit mas, aduh" Suara perempuan itu meminta perlindungan mas Aldo. Mas Aldo memeluknya. Ku angkat kursi rias karena melihat mereka berpelukan. Mas Aldo berdiri hanya dengan celana pendeknya."Jangan Sari. Letakkan" Pintanya dengan suara memelas."Mas!" Perempuan itu memanggil mas Aldo. Aku menatapnya nyalang."Turun kamu dari ranjangku!" Aku berjalan mendekatinya. Mas Aldo memasang badan. Panas sudah dadaku melihatnya lebih membela perempuan itu dibandingkan aku."Kamu membelanya mas? Iya!""Bukan membela, mas hanya takut kamu menyakitinya"Aku menatap tak per
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status