Share

Hanya ingin membantu

Semalam ibu terkejut aku membawa Aisyah pulang. Tapi pagi ini, Aisyah justru lebih lengket dengan ibu di banding aku. Bahkan sehabis subuh dia sudah di mandikan, ibu bahkan mengepang rambut panjang Aisyah menjadi dua. Kini dia sibuj didapur dengan ibu.

"Mbah ti, ini mau di buat soto?" Aisyah memandang sebaskom kecil daging sapi dan tetelannya.

"Bukan, ini mau buat rawon." Ibu mengiris daging ditemani celoteh Aisyah.

"Oh, rawon itu apa?" Dia dengan polosnya bertanya.

"Seperti soto, tapi warnanya hitam."

" Aisyah belum pernah makan rawon. Enak?" Dia duduk memperhatikan ibu mengiris daging.

"Enak dong, Masakan Mbah ti pasti enak." Ibu membanggakan dirinya sendiri.

"Isah cuma pernah makan Soto, masakan Umi juga enak. Soto Umi pakai ceker ayam. Kasihan Umi, tiap beli selalu kehabisan daging. Jadinya, cuma dapat ceker."

Netraku memanas. Dia bercerita dengan lugunya. Bahkan tak paham, bila kala itu, Uminya tak mampu membeli selain ceker ayam.

"Kalau begitu, karena Mbah Ti punya banyak dagi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status