Semua Bab Hati yang Terbagi : Bab 131 - Bab 140
147 Bab
Bab 131
Kami masuk ke ruangan. Rumah besar itu seperti aula yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang sudah duduk di meja masing-masing.Melihat kami datang, beberapa mata menatap aneh. Mas Ubay dengan bangga meraih lenganku dan berjalan bergandengan menuju Pak Adrian yang berada di ujung. Sepertinya sedang asik ngobrol dengan orang-orang penting, terlihat dari pakaian yang mereka kenakan. Setelan jas dan dasi yang masih melekat."Wah, Pak Baihaqi. Akhirnya datang, juga.".Pak Adrian menyambut kami dan menyalami Mas Ubay. Ketika hendak menyalamiku, aku menangkupkan tangan di dada. Pak Adrian tampak kaget, lalu tersenyum sambil melakukan hal yang sama denganku."Ini Pak Baihaqi, pemilik HQ Coorporation?" Seorang laki-laki yang hampir separuh kepalanya tak ada rambut itu menunjuk Mas Ubay."Betul, Pak. Ini pengusaha muda yang sukses itu," sahut Pak Adrian.Laki-laki itu bangkit lalu mendekat. "Saya William, pemilik Perusahaan Gardamas jaya abadi." Dia memperkenalkan diri.Mas Ubay menyambut de
Baca selengkapnya
Bab 132
"Mikirin apa, Sayang?" Mas Ubay duduk disampingku, yang tengah duduk menghadap akurium kecil.Kini sebuah akuarium mini sengaja dia letakkan di atas meja di dalam kamar. Aku suka melihat ikan dengan warna-warna indah berenang ke sana sini. Aku sering mengajak Hafidz duduk dalam pangkuanku. Lalu bercerita tentang banyak hal. Cerita-cerita positif yang membuat Hafidz betah berlama-lama walau aku yakin hafidz belum sepenuhnya paham. Terkadang, sambil mengingat hafalan Al Qur'an lalu membaca terbata-bata sambil menatap binatang kecil itu hilir mudik."Ga mikirin apa-apa Mas, seneng aja lihat ikan-ikan itu." Aku kembali menatap ikan itu takjub. "Mas, mas pernah berpikir ga, jika kita itu seperti ikan di akuarium ini?" Mas Ubay menggeleng."Kenapa bisa seperti ikan?""Iya, air tempat mereka berenang ibarat dunia. Kemana pun dia pergi, kita bisa perhatikan, meski berenang ke dasar akurium ataupun muncul ke permukaan. Semua dapat kita lihat tanpa ada penghalang.""Lalu?""Ya, kita pun sama.
Baca selengkapnya
Bab 132
"Namanya Jody?" gumamku sambil manggut-manggut."Kenapa? Suka sama laki-laki itu?" Ledeknya."Astaghfirullah, Mas. Masa aku akan membagi hati dengan laki-laki seperti itu. Innalilahi!" Mas Ubay tertawa terbahak-bahak. Pantas Mas Ubay tak kenal dengan lelaki itu. Karena dia tau nama laki-laki yang meninggalkan aku di acara resepsi pernikahan dulu itu, Alex, bukan Jody. Padahal, mereka adalah orang yang sama, Alex Jodyantara.Setidaknya dari obrolan kami tadi, aku tau bagaimana akhir dari dia yang telah membuatku dulu menderita. Mungkin itu akibat dari mempermainkan acara yang sakral yang seharusnya menjadi momen indah yang tak akan terlupakan bagiku. Naas justru menjadi kenangan pahit, walau akhirnya mengantarkanku pada keadaan sekarang. Itulah takdir.***"Ma, Alina hari ini ke restoran dulu, ya. Sudah lama tak kesana. Mama mau ikut?""Mama lagi kurang sehat, Sayang. Kamu sendiri aja bisa? Apa mau Mama telepon Ubay, biar dia mengantar kamu?""Ga usah, Ma. Gapapa, Alina sendiri saja.
Baca selengkapnya
Bab 133
POV Baihaqi."Alina mana, Ma?" tanyaku ketika melihat Mama sedang mengendong Hafidz yang rewel. Aku baru saja pulang dari kantor. Seharian banyak laporan yang harus aku periksa sehingga tak sempat menelpon Alina."Itulah, dari tadi Mama telpon tapi nomornya ga aktif," sahut Mama cemas."Memang Alina kemana?" Tanyaku mengambil alih hafidz setelah aku mencuci tangan di westafel."Tadi ke restoran, lalu ke rumah Lea.""Oh, jadi, Ma?""Alina ga pamit sama kamu?""Iya, tadi pagi Alina minta ijin. Ubay ga bisa anter, Ubay pikir Alina ga jadi berangkat. Hari ini Ubay sibuk sekali, jadi lupa menelpon Alina.""Coba kamu telepon sekarang!" titah Mama.Hafidz kuserahkan pada Bik Irah yang baru datang. "Coba bikinkan susu dulu, Bik. Barangkali hafidz haus.""Baik, Tuan." Bik Irah membawa Hafidz ke kamar sambil terus membujuk-bujuknya. "Sedari tadi, Hafidz rewel. Tak biasanya seperti itu," adu Mama.Perasaanku mulai tak tenang. Nomor telepon Alina tidak aktif. Aku mencoba menghubungi Lea, juga s
Baca selengkapnya
Bab 134
"Salah satu dari kalian ga ada yang melihat?""Ga ada, Pak. Semua pada ga ngeh dengan kejadian itu. Bahkan tak ada yang sadar jika Bu Alina sudah pergi. Sampai beliau lupa membawa makanan untuk Bu Lea."Astaghfirullah ... Kemana Alina. Tak mungkin Alina pergi dengan laki-laki lain. Itu sangat mustahil, Alina bukan perempuan murahan seperti itu. Lalu, kemana dia? Kenapa bisa hilang begitu saja.Aku meremas rambutku. Ya Allah, jagalah istriku. Istri yang begitu aku sayangi. Bahkan, aku rela berdusta hanya agar dia tak terluka.Sebenarnya aku tau Jody itu adalah Alex. Bagaimanapun dia mengubah penampilan, memakai tato, dan baju yang seperti preman itu. Aku tetap mengenalinya. Laki-laki naas, setelah dibuang oleh Pak Freddy justru sekarang dia menjadi gig*l*. Pem*as nafs* wanita Gil* seperti Catherine. Namun, demi menjaga perasaan Alina, aku sengaja tak menjawab jujur. Meski aku tau Alina sedang memancingku saat itu."Coba cari sekali lagi diruangan Alina, Mbak! barangkali Alina ketiduran
Baca selengkapnya
Bab 135
Aku langsung menelpon nomor itu."Brengs*k! Apa yang kamu lakukan pada Alina!""Hohoho, Pak Baihaqi bisa marah juga! Tenang, saya tidak akan menyakiti istri Bapak. Kalau Pak Baihaqi mau menuruti semua perintah saya!""Pengecut! Siapa kamu! Apa maumu, ha!" Emosiku tersulut. Tak rela melihat Alina diperlakukan seperti itu."Tenang, Pak Baihaqi. Ini sudah malam. Sebaiknya anda pulang, beristirahat. Besok akan saya kabari apa yang harus anda lakukan. Ingat! Jangan sekali-kali anda menghubungi polisi, jika tidak ingin istri anda dengan kulit mulus ini kami cicipi berganti-ganti.""Awas jika satu senti saja kulit istriku kalian sentuh, kalian akan kucari sampai ke liang neraka!"Namun, sambungan telah terputus. Aaargh... Aku mengulang kembali panggilan itu, tapi nomornya sudah di non aktifkan. Aaaaaargh ...! bajing*n! Siapa yang berani berbuat keji seperti ini. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Pikiran ku kacau, Allahu Akbar, jangan sampai ya Allah, jangan sampai Alina disentuh tangan-
Baca selengkapnya
Bab 136
"Baik, Ma."Sambungan kuakhiri setelah mengucap salam. Maafkan aku ya, Allah terpaksa ini kulakukan. Kalau Mama tau Alina di culik, seharian Mama bisa menangis.Ponselku kembali berdering."Bro, dari hasil pelacakan GPS ponsel penculik itu ada di daerah Bogor. Kita lagi on the way. Nanti gw share lokasi.""Tolong pastikan semua aman ya, Bro. Jangan sampai mereka melukai istri gw.""Tenang, gw bekerja profesional."Aku pun bergegas menuju tempat yang dituju oleh Daniel. Jam sudah menunjukkan angka 6. Sebentar lagi jalanan akan ramai.Ponselku kembali berdering. Kali ini dengan nomor lain lagi."Ya!""Gerak cepat sekali! Dengar, saya tak punya waktu banyak untuk bernegosiasi. Saya hanya ingin saham HQ Coorporation dialihkan kepada saya. Dan uang tunai 500juta. Hanya itu. Dengan begitu anda akan bisa membawa pulang istri anda dengan selamat.""Hanya itu?"Laki-laki itu tertawa lebar."Iya hanya itu! Gimana? Anda bersedia?""Jika hanya harta seujung kuku itu yang kau minta, aku akan serah
Baca selengkapnya
Bab 137
"Bang, lu ke kampung ga ngajak-ngajak! Aku kan mau ikut healing juga!"Suara cempreng Lea terdengar dari speaker ponsel."Maaf, le. Abang ga bisa ngajak. Lagi pula Alifa kan sakit.""Udah sembuh kok, Bang, Alhamdulillah."Aku terdiam. Saat ini aku sedang tak bisa diajak ngobrol. Pikiranku sedang tidak tenang. Sudah jam sepuluh pagi, belum ada kabar dari Daniel. Tadi, katanya dia sedang mencari lokasi terbaru penculik bedebah itu. Sedangkan aku disuruh kembali ke Jakarta. Dan, terdampar di sebuah warung makan. Tenagaku hampir habis karena semalaman tak bisa tidur, ditambah tadi pagi juga tidak sarapan."Bang, kamu kenapa?""Gapapa, le. Kamu jaga diri baik-baik, jaga kesehatan. Abang mau lanjut jalan dulu." Aku bersiap hendak mematikan sambungan telepon."Bang! Awas jangan dimatikan! Kamu ada masalah? Cerita, Bang!""Ga ada apa-apa, Le!""Jangan bohong, Bang. Cepat katakan!" Dadaku sesak, tak seharusnya aku memberitahu Lea. Tapi, dia memaksa.Akhirnya, aku pun menceritakan apa yang terj
Baca selengkapnya
Bab 138
Sesampainya di sana, gerbang rumah itu terbuka lebar. Sebuah mobil polisi sudah parkir di halaman dan beberapa mobil lain yang kupastikan itu mobil Daniel dan anak buahnya. Ternyata mereka sudah mengrebek rumah itu. Seorang laki-laki yang sangat kukenal sudah dalam kondisi terborgol. "Daniel, mana Alina?""Alina sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Lu susul ke sana. Gw sedang melacak otak dibalik semua ini. Tadi istri lu pingsan. Gw takut terlambat jika menunggu lu, sebab, istri lu pendarahan.""Innalilahi, pendarahan?""Iya, buruan lu ke sana. Laki-laki kurang aj*r ini berusaha menodai istri lu, untung Alina bisa bertahan sampai gw dan polisi datang."Bugh! Sebuah pukulan kulayangkan pada Alex sesaat setelah mendengar penjelasan Daniel."Biad*b!""Sabar, Pak! Kami dari pihak kepolisian yang akan menangani laki-laki ini dan menghukum sesuai hukum yang berlaku." Pak polisi itu mengiring Alex menjauh."Gimana rasanya perempuan bekasku!" ujar Alex dengan wajah yang sudah babak belur.
Baca selengkapnya
Bab 139
Mama menangis melihat Alina yang masih belum sadarkan diri. Terpaksa aku menyampaikan kejadian yang sebenarnya kepada Mama. Walau sebenarnya tak tega. Tapi, jika nanti ada terjadi hal yang tak di inginkan aku tak mau Mama ngedown."Maafkan Ubay, Ma," lirihku.Mama terisak memelukku."Kamu kalau ada apa-apa kasih tau, Mama. Bagaimana pun Alina anak Mama, menantu Mama. Mama pasti akan mengusahakan yang terbaik untuknya. Kalau sudah begini, terjadi apa-apa dengannya gimana?""Sudah, Ma. Ubay memikirkan kesehatan Mama. Jangan salahin dia terus." Papa berusaha menenangkan Mama. Aku tertunduk, "sabar Bang, Mama hanya syok!" lirih Lea menenangkan."Gimana Mas, apa dalangnya sudah tertangkap?" tanya Arsyad."Belum, Ar. Menurut teman gw yang bekerjasama dengan polisi, orang itu melarikan diri keluar negeri.""Memang siapa dalangnya, Bay?" sahut Papa."Wiliam, Pa."Daniel sudah memastikan jika pelaku adalah William, dan seorang perempuan yang juga pengusaha seperti dirinya. Chaterine, perempua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status