Lahat ng Kabanata ng Menantu Hina Jadi Nyonya: Kabanata 41 - Kabanata 50
74 Kabanata
Salah paham
"ibuk lama sekali!" Alika bertanya saat aku baru saja masuk ke kamar. Mas Ridho sudah duduk di tepi ranjang memeluk Alina saat aku datang, gadis itu merosot turun saat melihatku, sungguh aku merasa tak enak hati."Maaf ya sayang, Alika dan Alina lama nunggu ibuk?" Aku berlutut memeluk erat tubuh mereka."Mereka menangis minta turun ke pantai." Mas Ridho menjelaskan."Oh, bagaimana kalau besok pagi saja?" Tawarku, mengingat ini sudah terlalu malam bila mereka harus keluar."Tapi Alika mau jalan-jalan ibuk!" Ucapnya setengah berteriak."Iya jalan buk!" Alina ikut mnjawab."Angin malam di pantai bisa buat Alika dan Alina sakit, kita ke luar besok pagi saja ya?" Tawarku lagi, aku berusaha memberinya pengertian.Alika menangis, ia berlari dan memeluk mas Ridho dengan erat, sungguh aku jadi merasa bersalah."Aku sudah bilang akan membawanya jalanp sebentar saat kamu datang dek, tapi sepertinya kamu punya rencana lain." Ucap mas Ridho pelan sambil mengusap kepala Alika.Kugendong Alina dan
Magbasa pa
Memahami hati Alika
Kupandang wajah polos dalam remang cahaya lampu malam, putriku yang terluka karena ketidak tahuanku tentang rasanya, sungguh bila ku paham segalanya, mungkin tak akan seperti ini rasaku sekarang, kecewa pada diriku sendiri."Besok akan ibuk bawa kamu jalan-jalan ke pantai sayang, maafkan ibuk." Ucapku memeluk jemarinya yang dingin."Besok mas bawa saja anak-anak pulang Mega." Aku diam lalu menatap dua mata dingin suamiku. "Jangan membuatku semakin merasa bersalah mas!" Ucapku tak sanggup membayangkan jika dua putriku benar-benar pulang."Bukan begitu, mas merasa ini bukan tempat mas dan anak-anak. Ini dunia yang kamu kenal namun tak kami pahami.""Bukankah kita sudah bicarakan ini mas, datang ke sini juga keputusan kita bersama, lantas kenapa mas sebut ini hanya duniaku?""Karena memang ini hanya duniamu Mega. Kami tak tau untuk apa kami di sini sekarang.""Memberiku semangat apa bukan bagiam darimu dan anak-anak mas? Begitu banyak mimpi ingim kita raih, tapi kenapa sekarang mas mera
Magbasa pa
Pertemuan tak terduga.
"Mau sarapan bersama?" ajak mas Fajri, namun aku hanya tersenyum."Kenapa?" Dia kembali bertanya."Saya sedang menunggu suami mas." Ucapku lagi dan dia hanya tersenyum."Baiklah, kalau begitu aku permisi mbak Mega." Aku tersenyum melihatnya berjalan menjauh, kembali mataku mencari di mana Mas Ridho berada namun tak juga ku temukan."Buk, lapal." Alika menarik gamisku."Alika dan Alina sudah lapar?" Tanyaku lagi.Mereka menganggukkan kepala hampir bersamaan, aku tersenyum dan menggandeng mereka naik kembali ke halaman hotel.Saat kami masuk ke area dalam hotel, kulihat mas Ridho duduk di lobi bersama seorang perempuan. Aku berjalan mendekatinya, ia tersenyum saat melihatku datang."Dek, sudah main di pantainya?" Tanyannya tanpa menjelaskan kenapa dia tiba-tiba menghilang."Sudah, mas dari tadi di sini?"Dia hanya menganggukkan kepala lalu menyeruput kopi di atas meja. "Mas pengen kopi dek, eh kenalkan ini Nadila, teman mas waktu masih kerja di perusahaan dulu."Mataku beralih ke arah
Magbasa pa
Kecurigaan Mega
"Wah senang ya mas ketemu lagi." Ucap mas Fajri tanpa ku tau apa maksud kalimatnya."Apakah mas Ridho dan mas Fajri pernah bertemu sebelum ini?""Mas saling kenal?" Tanyaku heran, seingatku mas Ridho tak pernah cerita apapun soalas Fajri."Oh, cuma nggak sengaja ngobrol tadi dek.""Tadi?" Aku mengulang kalimat mas Ridho. "tadi kapan? Apa saat aku dan anak-anak di pantai, atau saat dimana?" Aku terus saja bertanya dalam hati."Iya mbak Mega, tadi ketemu di lobi, tapi masnya sama perempuan, saya kira istrinya yang tadi, maaf ya mas saya salah sangak." Ucap mas Fajri seperti tak enak hati sudah menduga yang tidak-tidak."Nggak kok mas, tadi teman saja, teman lama." Ucap mas Ridho menjelaskan dan aku langsung bisa menabak siap wanita yang mereka maksud.Kutatap wajah lelaki yang terlihat salah tingkah itu, aku tau dia juga tak menggira ternyata aku juga mengenal mas Fajri."Duduk mas, katanya lapar!" Jawabku sedikit sinisMas Ridho duduk di dekatku dengan senyum yang tak bisa ku terka, k
Magbasa pa
Alasan klise!
"Jadi bagaimana mbak Mega, apa mbak puas dengan hasil diskusi kita tadi?" Mas Fajri tiba-tiba saja bertanya padaku. Aku tersenyum menganggukkan kepala. "Sangat puas mas, semua seperti cerita asli dari novel saya." Kami akan masuk ke dalam lif saat ku lihat mas Ridho berjalan ke arah kami, ia nampak terkejut namun kemudian berjalan mendekat."Mana anak-anak mas?" Aku melihat hampir ke segala arah namun tak menemukan dua putriku bersama ayahnya."Oh, itu dek mereka di kamar.""Mas tinggalkan mereka sendiri?""Mereka tidur dek, mas hanya keluar sebentar em beli itu... Beli makan."Alisku bertaut, aku bahkan tak melihat bungkus apapun di tangan mas Ridho."Lifnya sudah terbuka, ayo masuk." Mas Ridho melangkah mendahuluiku dan mas Fajri. Sesaat aku tertegun, melihat kegelisahan dalam diri mas Ridho, tapi tak mungkin juga aku bertanya di depan mas Fajri.Kami masuk ke dalam lif, sama-sama terdiam hingga pintu lif terbuka di lantai empat, lantai dimana kamar kami berada."Saya permisi dulu
Magbasa pa
pergi tanpa pamit
Siang setelah pertemuan lagi kami pulang, kami semua bertemu di loby hotel sebelum sama-sama meninggalkan tempat kami menginap."Mbak Mega, terimakasih ya sudah di sempatkam hadir." Ucap mas Fajri bersa team nya, satu persatu mereka menyalami aku dan mas Ridho.Sutradara film yang sejak pertama sudah banyak berdiskusi denganku juga secara khusus berpamitan padaku. "Sampai jumpa di lokasi syuting ya mbak Mega." Ucapnya tersenyum.Ia seorang lelaki berpetawakan tinggi dengan rambut ikal yang terikat ke belakang.kami bertolak meninggalkan hotel lebih dulu, akuasih harus mampir ke beberapa tempat untuk membeli oleh-oleh. Sementara mas Ridho hanya diam sepanjang perjalanan, aki juga tak ingin menyapanya, biarlah kami sama-sama diam kini.****Pulang kembali ke rumah, aku semakin tak mengenali suamiku, ia sibuk dengan hidupnya, dunianya, bahkan mimpinya sendiri. Kemarin sore kami baru saja sampai, aku sudah melihatnya sibuk dengan semua berkas di lemari dan hari ini, begitu pagi dia pergi
Magbasa pa
Inikah balasanmu!
"Em, mas Ridho pamit keluar mbak." Jawabku canggung.Selama ini dia tak pernah pergi tanpa memberi tahuku, namun kali ini kenapa aku jadi merasa tak lagi penting dalam hidupnya."Keluar kemana?" Mbak Dewi masih sibuk melihat ponselnya, sementara aku juga sibuk mencari jawaban."Kenapa sih mbak, kok jadi kayak wawancara kerja." Kualihkan pembicaraan kami.Dia kini menatapku. "Bukan begitu, mbak penasaran saja, ini Ridho bukan sih?"Mbak Dewi memperlihatkan layar ponselnya padaku, sebuah foto wanita yang tak aku kenal berpose dengan minuman di tangannya, tapi bukan itu yang jadi pertanyaan mbak Dewi, melainkan lelaki yang tanpa sengaja terfoto dalam meja di belakang wanita itu."Mbak dari tadi lihat foto itu ga, kayak Ridho tapi sejak kapan Ridho nongkrong di cafe begitu."Aku masih diam, kuperbesar foto di layar ponsel mbak Dewi, dan benar ku yakini itu memang mas Ridho. Baju yang dia pakai aku kenal dan wajahnya yang memang sedikit kabur di gambar yang tertangkap dari sebelah depan,
Magbasa pa
Jelaskan sesuatu!
Kami makan di sebuah restoran, sebenarnya aku ingin pulang namun melihat anak-anak yang begitu suka di ajak keluar, aku tak tega membuat senyum mereka pudar. Tak ada kata terlontar dari bibirku semenjak kami duduk memesan makanan, aku merasa segalanya tak lagi sama sekarang, entah apa yang membuat mas Ridho berubah, diriku yang tak bisa menjadi istrinya ataukah dia yang terlalu lupa bagaimana mengucap syukur."Ga, ada apa, kamu sakit?" Mbak Dewi kembali bertanya, aku tak menjawab, hanua senyum tipis menghias bibirku yang serasa kering."Apa kita pulang saja ga, kamu pucat sekali lho."Aku menggeleng cepat. "Jangan mbak, aku baik-baik saja mbak.""Yakin?"Aku kembali menganggukkan kepala. Kuusap rambut Alina yang duduk di dekatku, sementara Alika sudah duduk sendiri dan terlihat begitu bersemangat."Kami kelihatan pucat ga, sini mbak dandani." Mbak Dewi menarikku mendekatinya, ia mengeluarkam lipstik dari tas kecilnya dan memoles tipis pasa wajahku yang datar."Kamu jangan lupa dandan
Magbasa pa
Mega yang Baru
"Lho, memangnya nggak bakal makan?" Tanyanya dingin"Enggak! Aku dan anak-anak sudah makan."Aku tersenyum lagi. "Bukanya mas habis makan di luar ya? Jalan-jalan juga di taman."Dia terdiam, menelan salivanya dan menatapku pias."Kenapa diam, jelaskan sesuatu!""Jelaskan apa?" Jawabnya mengelak lagi."Jelaskan apa katamu! Jelaskan bagaimana kamu makan dengan nyaman di tempat mewah, jalan dengan wanita yang kamu bilang teman lamamu itu, dan tawamu yang lebar saat mengobrol juga di taman kota."Aki mengambil ponselku dan menunjukkan gambar yang ku miliki pada maa Ridho. Dia menatap terkejut, ya terkejutlah, ini juga yang ingin aku lihat."Apa perlu aku jelaskan juga makanan apa yang kami pesan di cafe mewah itu?"Dia membuang wajah, mengusap kasar rambutnya yang baru saja berubah model lalu kembali menatapku sayu."Jangan gunakan cara itu lagi mas, aku bosan!" Ku alihkan pandanganku ke arah lain lalu mengumpulkan tenaga untuk kembali bertanya banyak hal."Sekarang coba jelaskan padaku ma
Magbasa pa
Nyonya Mega ( Mega yang marah?
"Mulai sekarang aku akan sering pergi mas, jadi siapkan dirimu mengurus anak-anak" Ucapnya lagi membuat aku begitu kesal."Pergi kemana Mega? Kamu jangan macam-macam ya, jangan buat aku marah!" Suaranya diseberang terdengar bergetar Mas Ridho mengertakku rupanya. Biasanya aku akan langsung meminta maaf atau mencari tau apa alasanny mas Ridho berbuat begitu, tapi kali ini tidak!"Marah saja jika mau marah, aku tak perduli. Bukanya kamu yang mengajarkan aku untuk tak perduli juga dengan keluarga kita? Dengar baik-baik mas Ridho, setiap kesabaran itu ada batasnya dan mungkin inilah batas kesabaranku!""Ada apa denganmu Mega, kenapa kamu...."Kumatikan panggilan yang belum usai, buat apa juga bicara tak penting, sudah banyak hal kulakukan namun justeru membuatnya jadi besar kepala."Kenapa? Suamimu marah?"Liana sahabat kecilku bertanya, aku sengaja mengajaknya bertemu untuk membantuku hari ini. Liana seorang yang suka berdandan, dia punya selera yang bagus dan sesuai untukku yang tak la
Magbasa pa
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status