All Chapters of Ditipu Mertua dan Suami : Chapter 61 - Chapter 70
99 Chapters
61. Ketegangan di hotel (2)
"Dimana kamu sembunyikan Tiara! Jawab, pengecut!" Suara yang sangat aku kenal."Tiara, kamu dimana? Keluar, Ra. Kamu sudah aman!" Dokter Fikri ... Itu suara Dokter Fikri, kenapa dia bisa sampai di sini. Terima kasih ya Allah. Sekali lagi Engkau mengirimkan Dokter Fikri buatku di saat yang tepat. Setelah memakai hijab kembali dan merapikan baju yang telah sobek di bagian dada dan tangan, aku mencoba berdiri. Dengan sempoyongan membuka pintu toilet. Dokter Fikri berlari menghampiriku, mencopot kemejanya lalu memakaikannya di tubuhku menutupi bajuku yang sobek. "Tiara, kamu tidak kenapa napa? Kamu pucat sekali, Ra," Tatap Dokter Fikri khawatir sambil mengamatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki" Aku menggeleng, tangisku pecah tak terbendung.Tiba-tiba Dokter Fikri mendekapku erat dan entah kenapa aku tidak menolaknya. Kutumpahkan tangis di dadanya. Sejenak hanyut menikmati ketenangan dan rasa aman dalam pelukan Dokter Fikri."Aku paling tidak bisa melihatmu teraniaya begini, Ra. W
Read more
62. Melahirkan (1)
POV Fikri.Gara-gara racun Kartika itu aku pun jadi terkapar di rumah sakit. Untung aku minum susu setelah makan racun itu jadi aku tidak mati. Hanya merasakan mual dan pusing yang teramat sangat dan akhirnya aku dilarikan tetangga ke rumah sakit. Setelah mendapat pertolongan dokter, diinfus dan diberi obat badanku berangsur pulih tapi aku belum boleh pulang dan harus menginap di rumah sakit. Aku masih tergolek lemas."Kemana ini istrimu, Fikri? Dari tadi Ibu hubungi nggak di angkat. Ibu sudah kirim pesan suara sudah dibaca sama dia tapi tetap nggak dibalas. Keterlaluan memang istrimu itu! Istri macam apa itu, tahu suaminya sakit nggak ada peduli pedulinya!" "Sudah, Bu, jangan salahkan Tiara terus. Sadar nggak sih, Bu, selama ini kita sudah memperlakukan Tiara dengan tidak adil. Kita selalu membela Kartika. Dan Ibu lihat sendiri kan perempuan macam apa yang kita bela. Mungkin kesabaran Tiara sudah habis, Bu. Makanya dia pergi dari rumah.""Paling dia pergi ke pelukan dokter itu. Ke
Read more
63. Melahirkan (2)
Tak berapa lama Suster kembali dan mendorongku masuk, "Ibu, mohon maaf, yang boleh diijinkan masuk hanya suaminya. Ibu silahkan tunggu di luar, ya.""Yah, padahal saya pengin melihat pas cucu saya mbrojol, Sus. Tapi ya sudahlah, Sus. Nggak pa pa, saya di luar saja." Sampai di dalam, tampak Tiara dengan posisi melahirkan terkulai lemas dengan keringat yang bercucuran. Sedangkan kedua dokter itu juga ada di sini ikut mendampingi seorang dokter perempuan yang menangani Tiara."Ayo, Bu Tiara, semangat. Sekarang sudah didampingi suami." Ucap Dokter perempuan itu, Tiara tersentak menoleh ke arahku."Tiara ..." Aku mendekat tepat di atas kepala Tiara, kukecup dahinya.Dadaku berdesir, seolah bisa ikut merasakan sakitnya mendengar dia menangis kesakitan. Dan akhirnya tangisku pun tumpah meratapi semua kesalahanku pada Tiara. "Maafkan aku ya, Ra. Aku punya banyak salah sama kamu, Ra. Semoga kamu masih mau memaafkanku." Kugenggam tangannya untuk menguatkan dia tapi tiba-tiba dengan cepat Tiar
Read more
64. persiteruan 2 dokter (1)
Ditipu Mertua dan Suami.Part 30Aku tersadar, mengamati sekeliling, bed putih, gorden putih dan suara mesin monitor jantung serta aroma rumah sakit yang khas. Menoleh ke samping, terlihat Dokter Fikri duduk dengan tangan sedekap tapi mata tertutup, tidur."Dok ..." lirihku yang membuat Dokter Fikri membuka matanya. "Tiara ... Kamu sudah sadar? Apa yang kamu rasakan?" Wajah Dokter Fikri tampak begitu kuatir menatapku "Apa yang terjadi dengan saya, Dok? Kenapa tubuh saya terasa lemas sekali? Dan ini kenapa saya pakai selang oksigen?""Kamu pingsan dan tadi sempat mengalami kejang. Tensimu tinggi sekali, Ra. Mencapai 180. Saturasimu juga rendah sekali makanya kamu perlu asupan oksigen. Masih pusing dan sesak?" Aku mengangguk."Dokter Rasyid dan anak-anak mana?" "Kebangetan kamu, Ra. Aku sudah jagain kamu sampe dibelain nggak makan. E ... Yang dicari orang lain. Aku pulang sajalah.""Eh, maaf, Dok. Saya masih kepikiran anak-anak yang menangis tadi.""Aku menyuruh mereka keluar. Kehadi
Read more
65. Persiteruan 2 dokter
"Saya tidak semurah itu, Dok." "Ya kali aja kamu disirep Dokter Rasyid. Atau seperti biasa dia ngandalin anak anaknya buat meluluhkan kamu." "Pikiran Dokter jelek sekali.""Iya, ternyata aku memang salah. Di telepon, aku lalu dengar gedoran pintu dan teriakan ancaman si Angga keparat itu. Buru-buru kurekam dengan handphone. Setelah itu aku langsung lapor ke polisi dan akhirnya mengerebek kamar Angga.""Sekali lagi terima kasih banyak, Dok.""Dan bonusnya, seorang perempuan akhirnya menangis di pelukanku. Pertama kalinya aku memeluk perempuan, Ra.""Bohong! Bukannya Kartika perempuan pertama yang Dokter peluk?""O iya, lupa."Tiba-tiba aku merasakan kantuk yang teramat sangat. Seperti di bius. Suara Dokter Fikri yang masih bercerita lama lama terdengar samar. Aku pun terlelap. Aku terbangun karena merasakan sakit kepala dan nyeri yang hebat di perut sebelah kanan atas. Lalu rasa mual yang teramat sangat. Tanpa bisa kutahan aku memuntahkan semua isi perut. Dokter Fikri yang tidur
Read more
66. Merayu Tiara (lagi)
POV Fikri Hari ini mumpung hari Minggu, aku bergegas ke rumah sakit menemui Tiara. Aku harus bisa meluluhkan hatinya untuk mencabut gugatan cerainya. Aku tidak akan melepaskanmu, Ra. Sampai di depan ruang VIP, mengintip dari pintu yang sedikit terbuka tampak dokter keparat itu ada di dalam. Aku mengurungkan niat untuk masuk. Akan kutunggu saja di ruang tunggu di samping lift sampai dokter itu keluar. Daripada aku diusir satpam atas perintah dokter itu.Sedikit heran, kenapa Tiara bisa di rawat di ruang VIP. Bukankah dia hanya punya BPJS kelas 1? Dapat uang darimana dia. Atau jangan-jangan dokter itu juga yang membiayai.Buru-buru aku masuk toilet yang ada di samping Lift saat melihat dokter itu berjalan dari arah lorong kamar Tiara menuju lift. Menunggu beberapa saat di toilet. Setelah merasa yakin dokter itu sudah masuk lift, aku kemudian keluar dari toilet, menyusuri lorong menuju kamar Tiara.Sebelum membuka pintu, menyiapkanhati untuk menerima penolakan Tiara. Kali ini aku harus
Read more
67. Berujung pada Kartika
Bahkan ucapanku tadi pada Tiara bahwa aku akan menceraikan Kartika, itu hanya ucapan di bibir saja. Hanya untuk meluluhkan hati Tiara. Nyatanya feeling Tiara lebih kuat. Dia tak luluh. Sebuah kenyataan aku mencintai 2 perempuan sekaligus. Dan aku tidak bisa melepaskannya salah satu. Aku membutuhkan keduanya. Segera kulajukan mobil menuju penjara. Tak lupa aku mampir ke minimarket membelikan Tiara makanan. Aku juga mampir di restoran, membelikan menu favorit Kartika, nasi goreng seafood. Sampai di penjara, sebelum masuk ke dalam penjara, petugas memeriksa barang bawaanku. Setelah di nyatakan aman, mereka kemudian mendata identitasku dan memberiku name tag. Aku pun dipersilahkan masuk. Di bagian dalam terdapat pintu masuk berukuran besar sebagai akses menuju ruang-ruang tahanan. Sebelum masuk aku kembali diperiksa baru kemudian petugas membukakan pintu besi. Di dalam telah duduk berjejer tahanan dengan kostum orange yang bertugas sebagai penerima tamu."Selamat siang, Pak. Mau ketem
Read more
68. Persidangan pertama (1)
Hari persidangan yang ditunggu pun tiba. Aku masih di rumah sakit, belum diijinkan pulang atas permintaan Dokter Fikri. Dan untuk kepergianku ke Pengadilan Agama ternyata tanpa sepengetahuanku semua sudah disiapkan Dokter Fikri walaupun dia ada di Surabaya. Dokter Fikri menyuruh seorang suster yang khusus mendampingiku. Aku diharuskan memakai kursi roda belum boleh berjalan. Dokter Fikri juga menyiapkan mobilnya dan seorang sopir untuk mengantarkanku.Rasanya aku yang bukan siapa siapanya tidak pantas menerima kebaikan Dokter Fikri tapi aku tidak bisa menolaknya.Sampai di Pengadilan Agama, pengacaraku, Pak Mahendra sudah menunggu di sana, " Ibu Tiara? Ibu Tiara sakit?""Nggak, Pak. Saya habis melahirkan." "Maaf ya, Bu, saya nggak tahu. Kenapa nggak hubungi saya minta diundur kemarin.""Nggak pa pa, Pak. Saya pengin cepat-cepat menyelesaikan urusan perceraian ini. Suami saya sudah datang, Pak?" "Belum kelihatan, Bu.""Sidang pertama kali ini saya hanya bisa mengantar sampai di temp
Read more
69. Persidangan pertama (2)
"Bukannya Mas Fikri yang merekayasa kebohongan? Mas lihat saja video itu! Apa Mas Fikri masih mau mengelak juga?" "Ini Pak Fikri, silahkan anda lihat video ini. Saya tidak kuat melihatnya. Tapi di video itu memang jelas pelakunya anda, Pak," ucap mediator sambil senyum-senyum lalu mengarahkan handphoneku pada Mas Fikri. Matanya terbelalak, mukanya memerah seketika, menyaksikan adegannya sendiri bersama Kartika digazebo malam itu, "Apa yang kamu lakukan, Tiara?! Jadi malam itu kamu membuntutiku dan mengintip kami, Tiara?!"Iya, aku tidak pernah tertidur saat Mas Fikri meninggalkan kamar. Masih mau mengelak, Mas? Mau aku tunjukkan bukti lain biar Mas Fikri puas melihat adegan Mas Fikri dengan perempuan yang katanya tidak mas cintai itu!" Aku menscrool video di galeri. Kutunjukkan langsung ke mata Mas Fikri supaya moderator tidak melihat adegan panasnya bersama Kartika di kamar. Termasuk adegan saat subuh ketika mereka melanjutkan adegan panasnya yang terhenti karena kugerebek malam i
Read more
70. Tragedi di ruang sidang (1)
Ditipu Mertua dan Suami Part 33Mobil akhirnya sampai di depan rumah Ibu. Mas Fikri menyuruhku turun, " Ayo Tiara, turun. Bisa jalan, kan? Nggak usah pakai kursi roda." "Aku nggak mau turun! Antarkan aku ke rumah sakit, Mas! Bayiku membutuhkan Asiku!" bentakku yang masih kesal dan hancur lebur karena kehilangan handphone. "Tidak usah banyak alasan kamu, Ra! Karena kamu pengin ketemu dokter itu, kan? Soal ASI, itu gampang. Kamu bisa memerasnya di rumah biar ASI nya kuantar ke rumah sakit," ucapnya sambil menarik tanganku dengan paksa."Lepaskan, Mas! Aku tidak mau masuk ke rumah itu!" Dengan berurai air mata, aku terus melawannya dan berniat lari tapi kekuatanku yang belum pulih tidak bisa melawannya.Kakiku lemas dan gemetar karena ini pertama kalinya aku jalan setelah pendarahan waktu melahirkan dan koma. Bahkan sampai sekarang darah nifasku masih keluar begitu deras."Tolong, Mas, jangan ditarik tanganku! Aku belum kuat jalan cepat! Lepaskan!" Tapi Mas Fikri tak peduli dengan rin
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status