All Chapters of Ditipu Mertua dan Suami : Chapter 41 - Chapter 50
99 Chapters
41. Mengurai masa lalu di Suramadu
"Duh, Gusti, Ra ... Ra. Lha kamu bersama dia itu tidak tahu kalau dia kakak kelas kita?" Mata Ratih mendelik."Kakak kelas?! Kakak kelas yang mana, Tih?""Putra, Ra. Fikri Haikal Putra. Kakak kelas tepat di atas kita waktu SMP. Dia sering main ke kelas kita, kok. Kan dia naksir berat sama kamu dulu tapi kamu tolak mentah-mentah.""Putra, si culun berkacamata tebal itu?! Kamu jangan bercanda, Tih. Nggak mungkin dia Mas Putra. Beda, Tih." "Sekarang ganteng, ya. Beda banget sama waktu SMP. Dokter lagi," goda Ratih sambil mengulum senyum.Aku masih bengong menatap dengan seksama laki-laki yang sedang main gitar dan nyanyi di panggung. Tak ada lagi kacamata tebalnya. Sisa-sisa culunnya juga nggak kelihatan. Tubuh gempalnya pun sudah berubah tinggi tegap penuh kharismatik. Susah dipercaya kalau itu dia."Sayangnya waktu SMA dia tidak satu sekolah lagi sama kita karena orangtuanya pindah ke Jakarta. Makanya lama tak terdengar khabar Mas Putra. Baru pas acara reuni Akbar tahun kemarin dia k
Read more
42. POV Fikri 1
POV Fikri"Kartika, nggak ada gunanya kamu terpuruk dan seperti orang gila begini! Kamu harus bangkit. Jangan berlarut larut maratapi kepergian Rania. Kamu bisa mendapatkan anak lagi sebanyak yang kamu mau!" Nasehat Ibu yang tak digubris Kartika."Pergiii! Jangan ganggu aku dan Rania! Pergiii! Aku mau Rania! Aku hanya mau Rania!" Dia terus berteriak meraung raung sambil mendekap guling yang dia anggap Rania."Kita tidak akan terpisah, Rania. Ibu akan menjagamu," lirihnya sambil mengusap usap guling itu.Setelah kepergian Rania, Kartika terguncang hebat. Sudah sebulan ia mengurung diri di kamar. Tidak mau mengurus anak-anak bahkan dirinya sendiri. Setiap ada yang mendekatinya dia berteriak teriak tak terkendali. Mengamuk, membanting apa saja yang ada di dekatnya. Kasihan Ibu, selain harus merawat anak-anak juga harus merawat Kartika yang seperti anak kecil lagi. Kami berbagi tugas. Sebelum berangkat kerja, aku yang memandikan anak-anak juga memandikan Kartika. Kartika pun terpaksa kup
Read more
43. POV Fikri 2
Sambil melihat kanan kiri, Ibu meraih tanganku "Fikri, kamu tidak cari Tiara?" tanya Ibu pelan seperti takut kedengeran Kartika yang sedang memandikan si bungsu."Tumben, Ibu peduli Tiara," jawabku heran."Bukan Tiara yang Ibu peduliin tapi cucu Ibu satu satunya yang ada diperutnya. Cari dia, Fikri. Bawa dia pulang. Tiara harus melahirkan di rumah ini. Kita ambil anaknya setelah itu kau boleh ceraikan dia." Perintah Ibu yang entah aku bisa menjalankannya atau tidak.Yang jelas aku tidak pernah menginginkan bercerai dengan Tiara. Aku masih sangat mencintainya. Aku masih terus menghubungi Mbak Arum, berharap Tiara mengabari Mbak Arum tentang keberadaannya walaupun sampai saat ini belum ada Khabar."Dia belum mengabari Mbak, Fikri. Memangnya ada apa dengan kalian?" tanya Mbak Arum di telepon."Tidak ada apa-apa, Mbak Arum. Hanya sedikit salah paham.""Tidak mungkin Tiara pergi dari rumah sampai 3 bulan kalau cuma sedikit salah paham. Cerita sama Mbak, ada apa?""Sudah ya, Mbak. Fikri ma
Read more
44. Pulang kembali
Setelah apa yang terjadi denganku di Surabaya, kuakui, berada di pelukan Mas Fikri, aku seperti menemukan kembali tempat yang aman dan nyaman. Dari tadi malam, aku memang pengin dipeluk.Sejenak aku larut dalam pelukannya. Sampai aku tersadar Mas Fikri yang sekarang bukan Mas Fikriku yang dulu. Kulepas pelukannya mundur menjauhinya sambil menyeka airmata. Aku harus jadi Tiara yang kuat tak boleh terlihat lemah.Dan setelah kupikir matang-matang akhirnya aku memutuskan untuk ikut Mas Fikri pulang ke Jakarta. Bukan untuk kembali padanya tapi untuk menyelesaikan semua urusanku dengannya. Selain itu aku juga pengin menepi dari semua permasalahanku dengan Mbak Arum dan Mas Angga. Aku ketakutan diganggu Mas Angga lagi. Setelah kejadian tadi malam pasti dia akan mencariku lagi, aku yakin.Dikereta, aku chat Dokter Rasyid, mengabari kalau aku minta libur mengajar untuk sementara waktu. Untunglah anak-anak sudah selesai ulangan akhir semester.[Kok mendadak, Bu Tiara? Tidak pengin ketemu ana
Read more
45. Rahasia di rumahku
"Anda siapa? Mau apa kesini?" tanya wanita itu sambil menatapku curiga."Justru saya yang tanya, anda siapa? Kenapa ada di dalam rumah saya?" Aku pun gantian mendelik menatapnya curiga, jangan-jangan ini gundik barunya Mas Fikri."Jangan ngaku-ngaku! Ini rumah saya!""Eh, situ yang ngaku-ngaku. Ini rumah saya! Nih buktinya, saya punya kuncinya. Memang rumah ini sudah lama kosong tapi ini masih rumah saya." "Sebentar, anda siapanya Pak Fikri?" "Saya istri sahnya Pak Fikri. Tapi sebentar lagi cerai jadi tenang saja. Saya nggak kaget kalau dia punya gundik baru, sudah biasa. Tapi saya nggak rela gundiknya menempati rumah ini. Jadi silahkan anda pergi dari sini!" "Gundik apa?! Saya bukan gundiknya Pak Fikri! Anda salah paham." "Lalu kamu siapanya Mas Fikri sampai diijinkan tinggal di rumah ini sama Mas Fikri.""Belum ada sebulan, suami saya membeli rumah ini dari Pak Fikri," jawabnya yang membuatku terperanjat."Dijual? Rumah ini dijual?!" "Iya, Bu. Suami saya teman kerjanya Pak Fikr
Read more
46. Sandiwara Kartika
Ck ... ck ... ck ... Kartika benar-benar pintar sekali bermain sandiwara bak artis papan atas. Kenapa dia tidak jadi artis sinetron saja. Bahkan dia sengaja kencing di lantai kamar sambil tertawa cekikikan. Orang stress. Lalu dia buru-buru kembali duduk dengan tatapan kosong ketika Ibu dan Mas Fikri masuk. Terlihat Ibu mengepel lantai yang kena kencing Kartika. Setelah kejadian itu, Mas Fikri tampak rajin memakaikan Kartika pampers. Acting Kartika memerankan peran sebagai bayi sukses mengelabui Mas Fikri.Dan video berikutnya ... apa yang dilakukan Ibu? Ibu tampak merias wajah Kartika yang duduk pasrah dengan tatapan kosong, menyisir rambutnya lalu mencopot pampers Kartika dan dengan susah payah memakaikan lingerie di tubuh Kartika. Kemudian Ibu mengikat tangannya.Setelah Ibu meninggalkan kamar, Kartika tampak tersenyum penuh kemenangan. Dia kemudian mematut matut di depan kaca, tersirat kepuasan di wajahnya lalu dia duduk kembali di ranjang. Tak berapa lama Mas Fikri datang. Tata
Read more
47. Kerjasama dengan Kartika
"Beres pokoknya, Mbak. Secepatnya Mbak Tiara bisa dapat map itu dan segera bisa buka les. Udah mateng nih, Mbak, masakanku. Sudah, sana Mbak Tiara ke depan. Biar Kartika siapin makannya di meja makan." "Eh, nggak usah, Kartika. Aku ngambil sendiri sekarang saja. Keburu lapar bayinya yang di perut." Tak akan kuberi kesempatan dia menaruh racun di makananku.Raut wajah Kartika tampak beda, terlihat sedih. Mungkin dia ingat bayinya saat aku menyebut bayi.Setelah mengambil Nasi di magic com lalu menyendok sayuran yang masih nangkring di kompor dan mengambil ayam goreng yang juga masih nangkring di atas wajan, aku pun lanjut menikmati makan di gazebo taman belakang.Aku bisa membaca wajah Kartika walaupun dia berusaha menutupi. Ada rasa kesal dan kecewa di wajahnya.Malamnya, saat makan malam pun, aku tetap waspada. Ada yang mencurigakan ketika Kartika menyediakan sayur dan lauk di mangkok dan piring tersendiri untukku. "Mbak, ini lauk dan sayur punya Mbak Tiara aku sendiriin ya, soalny
Read more
48. 2 Tamu istimewa
Aku harus tega. Aku harus memperjuangkan kebahagiaanku sendiri. Segera kumasukkan semua berkas yang dibutuhkan ke tas yang sudah aku siapkan. Handphoneku berdering. Setelah memasukkan tas ke lemari, gegas aku menjawab panggilan di handphone."Assalamu'alaikum, Mbak Tiara. Ini Tia, Mbak. Temen 1 kost di Surabaya.""Wa'alaikumsalam. Tia! Apa khabar? Mbak Kangen." "Sama. Tia juga kangen. Aku lagi mudik ke Jakarta, nih, Mbak, liburan. Pengin ketemu Mbak Tiara. Boleh nggak aku main ke rumah?""Boleh banget, entar kujapri alamatku, ya. Aku tunggu kedatanganmu, Tia." "Makasih, Mbak Tiara." "Telepon dari siapa, Ra?" Tiba-tiba Mas Fikri sudah ada di hadapanku, menatap curiga, bikin kaget saja."Bukan urusan, Mas Fikri!""Ra, aku nanya baik-baik, lho. Kamu jawabnya ketus begitu! Aku ini suamimu, Ra. Tolong hargai aku!" Bentaknya yang kuacuhkan.Aku menarik selimut dan pura-pura memejamkan mata. Tiba-tiba dengan kasar Mas Fikri menarik selimutku, menatapku nanar dengan dada yang naik turun.
Read more
49. Genjatan senjata
"Dokter Rasyid?!" Dokter Fikri pun terlihat terkejut. "Kenapa Dokter Fikri ada di sini? Dokter Fikri mengenal Ibu Tiara?" "Dokter Rasyid juga kenapa ada di sini? Dokter Rasyid juga mengenal Tiara?" "Saya mengantar anak-anak saya, mereka pengin ketemu Ibu Gurunya. Kebetulan Ibu Tiara ini guru privat anak-anak saya." "Sampai dibelain terbang dari Surabaya ke Jakarta ya, Dok? Ambil cuti juga ya, Dok berarti?" "Iya, mereka kangen Ibu Gurunya. Kalau Dokter Fikri kenapa di sini? Ada hubungan apa dengan Ibu Tiara?" "Kami teman baik. Kebetulan saya pulang ke Jakarta jadi sekalian mampir ke sini." Obrolan mereka seketika berhenti ketika Mas Fikri berteriak sambil memukul wajah Dokter Fikri, "Kamu lagi! Beraninya kamu kesini menemui Tiara?! Mau booking dia lagi?!" Tapi kali ini Dokter Fikri tidak membalas memukulnya, dengan tangan yang terayun kuat Dokter Fikri menampar Mas Fikri keras. "Sekali lagi anda bilang Tiara pelacur, akan kurontokkan semua gigimu!" Dokter Fikri mencengkeram ke
Read more
50. Rahasiamu rahasiaku
Ditipu mertua dan suami Part 23"Tiara, kamu kenapa?!" Pekik Dokter Fikri dengan wajah panik lalu memapahku mencari tempat duduk di hamparan rumput di bawah pohon besar."Maaf ya, Ra, aku minta ijin untuk memeriksa kamu," aku pasrah ketika Dokter Fikri meraih tanganku memegang pergelangan memeriksa denyut nadiku. "Ada apa, Ra? Kamu ketakutan begini. Denyut nadimu cepat sekali. Tenang, jangan pikirkan macem-macem. Tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan. Rileks, Ra. Ini minum dulu." Dia menyodorkan air mineral dengan raut kuatir."Cerita, ada apa? biar lega. Syukur-syukur aku bisa menolong," paksa Dokter Fikri. Mulanya aku ragu tapi aku butuh teman untuk berdiskusi soal ini. Aku bisa gila kalau harus memendamnya sendiri. Dengan terbata aku pun memberanikan diri untuk menceritakan semuanya."Nyawa saya dan anak saya terancam, Dok. Ada orang yang terus berusaha membunuh kami. Kemarin saya ngirim makanan yang saya curigai ke laboratorium. Dan ternyata kecurigaan saya benar. Makanan itu
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status