Lahat ng Kabanata ng Ditipu Mertua dan Suami : Kabanata 71 - Kabanata 80
99 Kabanata
71. Tragedi di Ruang sidang (2)
Dan begitulah hari hariku, aku di kurung di kamar ini, sama sekali tidak boleh keluar dari kamar dan tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar. Hanya bisa menangis dan mengadu padaNya. Bahkan kaca jendela yang sempat memberiku harapan ternyata juga sudah dipasang plang kayu dari luar oleh Mas Fikri. Jendela itu tidak bisa dibuka. Aku mencoba berdamai dengan keadaan, keluar dari keterpurukan, mendekatkan diri padaNya. Untuk mengisi waktu dan kejenuhan, aku pun mencoba menumpahkan semua isi hati dalam tulisan, mengurai kisah dan beban hidupku dalam buku yang tadi kutemukan di lemari. Lumayan bisa menghibur diri sendiri. Ternyata menulis itu bisa menjadi ajang refreshing, menghilangkan rasa penat.Sampai seminggu kemudian, disaat aku harus datang ke Pengadilan Agama untuk sidang kedua, Mas Fikri tidak mengijinkanku untuk datang."Aku yang akan datang, Ra. Kamu tetap di sini. Aku akan bilang kamu berhalangan datang karena sakit. Aku sudah mencari surat ijin dari dokter yang menyatakan ka
Magbasa pa
72. Mengambil bayi Tiara (1)
POV Fikri "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Fikri? Itu bayimu kamu bawa pulang?" Dengan mata berbinar menghampiriku."Iya, Bu. Cucu Ibu sudah sehat. Sudah boleh dibawa pulang." "Tapi, Fikri ...." "Tapi kenapa, Bu? Ibu nggak senang dengan kehadiran satu satunya cucu Ibu di rumah ini?""Ibu sangat bahagia sekali. Masalahnya siapa yang mau ngasuh? Ibu mana sanggup ngasuh 3 balita ditambah 1 bayi." "Kan ada Tiara, Bu. Anakku jadi tanggung jawab Tiara. Ibu tidak perlu repot ikut mengurusi. Ibu fokus saja ngasuh anak-anak Kartika." "Ya itu masalahnya, Fikri. Tiara kabur dari rumah ini!" "Hah? Bagaimana bisa, Bu?! Pintu kan terkunci dari luar." "Tadi Ibu ke warung sebentar nganter Vania jajan. E ... kata Randi, Tiara teriak-teriak manggil Ibu suruh buka pintu. Katanya sakit dan butuh obat. Akhirnya pintunya dibuka sama Randi dan Tiara pergi. Kata Randi, budhe Tiara mau periksa ke rumah sakit." "Sakit apa, Tiara, Bu? Perasaan tadi pagi Kutinggal masih baik-baik saja." "Halah, pal
Magbasa pa
73. Mengambil bayi Tiara (2(
POV Fikri "Sudah kubilang, Mas! Jangan menyentuhku!" Teriaknya sewot yang justru terlihat semakin menggemaskan dengan mukanya yang terlihat sedikit cubby setelah melahirkan. Kenapa aku merasa seperti orang kasmaran begini. Sayangnya aku belum bisa menyentuhnya. "Iya, Ra, nggak, kok. Aku hanya pengin meluapkan rasa sayangku padamu. Sekali lagi makasih, ya, Ra, sudah memberiku seorang malaikat kecil yang lucu begini." Perasaan sayangku yang sebenarnya pengin kulampiaskan pada Tiara lebih dari sekedar mencium keningnya. Tidak, jangan terburu-buru, Fikri. Aku berusaha menahannya. Akhirnya hanya bisa kulampiaskan pada Adam. Kuusap jemari Adam yang halus, gemas pengin nguwel-nguwel. Tubuhnya menggeliat lalu menangis kencang. "Cup ... cup ... cup. Adam haus ya. Lapar ya, sayang. Nenen ya." Sebelum diusir Tiara, aku lebih baik menyingkir dari kamar selain juga takut tidak bisa mengendalikan nafsuku melihat Tiara menyusui."Kamu susuin dulu Adam, Ra. Aku mau ke Mesjid dulu. Oh iya pesan d
Magbasa pa
74. Kembali ke Surabaya
Sambil memangku Adam yang tertidur pulas, aku mencoba rileks menikmati pemandangan hamparan sawah di luar jendela kaca kereta setelah ketegangan yang aku alami seharian ini tadi. Alhamdulillah, bersyukur akhirnya aku bisa kabur dari rumah itu. Rencana yang sudah kusiapkan dengan matang sebelum aku kembali ke rumah Ibu kemarin. Sepulang dari rumah sakit, setelah tahu bahwa bayiku dibawa Mas Fikri pulang, aku langsung menuju konter HP, membeli handphone second yang masih layak pakai. Setelah itu aku baru memesan taxi online menuju rumah Ibu. Aku menawarkan kerjasama dengan sopir taxi."Pak, bisa nggak, kalau besok saya hubungi bapak untuk pesan taxi ini?""Bisa, Neng. Mau jam berapa, Neng?""Bapak standby di dekat rumah saya pagi sekitar jam 8 an ya, Pak. Saya minta nomor handphone Bapak. Nanti kalau sudah siap saya khabari." "Iya, Neng. Ini, Neng, nomor handphone saya." Bapak itu menyerahkan kartu nama padaku."Tapi saya juga mau minta tolong, Pak.""Minta tolong apa, Neng? Kalau bis
Magbasa pa
75. Kembali ke Surabaya (2)
"Bu Tiara tinggal di sini saja sama Adam. Fiona masih pengin main sama Adam. Papa kapan menikah dengan Bu Tiara dan kita bisa bobok bareng sama Dik Adam?" Kutundukkan wajah dalam-dalam tak sanggup menatap Fiona dan anak-anak apalagi menatap Dokter Rasyid."Nanti ya, Fiona. Semua kan butuh proses. Kudu dipersiapkan matang-matang. Fiona harus sabar dan berdoa terus ya semoga Papa bisa segera menikah dengan Bu Tiara." Ya, Allah, ya Rabb, berilah hamba petunjuk kemana hamba akan melangkah. Tak sengaja akhirnya aku terjebak pada janjiku sendiri."Papa, Fiona pengin les lagi sama Bu Tiara.""Galang juga.""Iya, Pa, Kirana juga butuh guru les, matematikanya yang sekarang susah.""Kemarin-kemarin Papa tawarin guru les katanya pada nggak butuh.""Kan penginnya Bu Tiara yang ngajar," ucap Kirana."Iya, tapi Bu Tiara sekarang sudah punya Adam. Mana ada waktu ngasih les.""Kalau berkenan, saya mau, Dok, ngasih les ke anak-anak lagi. Saya butuh pekerjaan. Tapi saya minta ijin ngajarnya bawa anak.
Magbasa pa
76. Sidang pertama (1)
Setelah berhasil lepas dari ikatan pernikahan, aku mulai menata kembali hidupku bersama Adam. Mengawali semuanya dari 0. Semua kulakukan sendiri. Dari mengurus Adam, mengurus rumah sampai mencari nafkah. Sebuah perjalanan yang awalnya terasa begitu berat, merasa tak yakin bisa menjalaninya. Aku yang tak punya pengalaman mengurus bayi tapi sekarang harus bisa sendiri, tak ada seorang Ibu atau saudara yang mendampingi apalagi suami yang bisa diajak berbagi beban. Seperti pagi ini, setelah Adam kujemur saatnya pertama kali aku harus memandikannya di bak mandi. Kemarin-kemarin memang aku cuma menyekanya dengan waslap yang dibasahi air karena masih takut mau memandikan. Dengan tangan gemetar kutaruh tubuh Adam di bak mandi."Jangan gerak-gerak ya, Dik, Ibu takut ini." Pelan-pelan mulai kubersihkan badannya lalu wajahnya, keringatku sampai bercucuran karena tegangnya.Tiba-tiba Adam nangis mungkin karena kedinginan," aku mulai panik, "Sabar, Dam, sebentar lagi selesai." Buru-buru kuangk
Magbasa pa
77. Sidang pertama (2)
"Siapa orang baik itu, Bu Tiara?""Dokter Fikri, rekan kerja Dokter Rasyid." "Baik, kita juga akan hadirkan Dokter Fikri di sidang itu sebagai saksi." "Ibu tahu dimana Pak Angga di penjara?""Saya tidak tahu, Pak. Dokter Fikri yang mengurus semuanya." "Baik, Bu Tiara, saya akan urus semuanya. Ibu Tiara tenangkan pikiran saja ya. Persidangan berikutnya Ibu Tiara harus dalam keadaan fit karena mungkin akan berat.""Saya akan hadir langsung di persidangan itu, Pak. Dengan video call saya tidak bisa maksimal memaparkan kebenaran. Saya akan melawan mereka, saya harus memperjuangkan kebenaran.""Ibu yakin itu tidak akan merepotkan Bu Tiara?""Saya yakin, Pak. Justru saya tidak tenang kalau saya tidak hadir. Saya yakin mereka akan melawan saya dengan gigih." "Baik kalau begitu. Nanti kita pastikan Ibu Tiara mendapat pengawalan yang sangat ketat untuk menghindari kejadian seperti dulu terulang lagi.""Baik, Pak Mahendra, terima kasih banyak." "Sama-sama, Bu." Pak Mahendra menutup telepo
Magbasa pa
78. Sidang kedua (1)
Sampai di Pengadilan Agama, ternyata sidang sudah dimulai. Aku dan Dokter Rasyid masuk. Dokter Rasyid duduk di kursi belakang deretan paling depan. Ada Ibu Mas Fikri yang duduk di situ juga. Ternyata dia juga hadir di persidangan ini. Aku pun maju ke depan menuju kursi di sebelah Pak Mahendra yang berhadapan langsung dengan Majelis hakim. Tampak di disisi kanan yang menghadap kami, kursi para saksi. Sudah ada Mas Fikri yang sedari tadi menatapku tajam. Sebelahnya ada Mbak Arum, mata kami sempat bersirobok sesaat, tapi tatapan Mbak Arum masih seperti dulu, penuh kebencian. Di sebelah Mas Fikri ada Mas Angga dengan tangan terborgol dan pengawalan ketat.Tidak ada Dokter Fikri di deretan kursi saksi. Apa mungkin dia membatalkan kedatangannya untuk jadi saksi. "Baik, karena Saudara penggugat sudah datang maka saya persilahkan Ibu Tiara untuk melanjutkan penjelasan yang tertunda kemarin. Atau diulang saja dari awal ya, Bu, biar jelas.""Terima kasih, Yang Mulia." Aku pun berdiri. "Baik
Magbasa pa
79. Sidang kedua (2)
"Saya Fikri Maulana Putra. Hubungan saya dengan Tiara adalah sebagai teman. Kebetulan Tiara adalah adik kelas saya waktu SMP dan kita dipertemukan kembali di kereta Jakarta Surabaya. Saat itu di sepanjang jalan Tiara menangis tanpa henti, bukti bahwa kepergiannya ke Surabaya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, membawa luka yang teramat dalam.""Baik, saudara Fikri Maulana, apakah benar anda menolong saudara Tiara waktu Saudara Angga berniat mengulangi perbuatannya di salah satu hotel di Jakarta?""Iya, Yang Mulia, benar sekali. Saat itu saya menelepon Tiara untuk menanyakan khabarnya, memastikan keadaannya baik-baik saja. Kebetulan saya tahu dia ada di hotel tapi tidak tahu dengan siapa. Dan di telepon, saya mendengar suara laki-laki yang tak lain saudara ipar Tiara, Angga. Dia berteriak jelas sekali. Saya membawa rekaman suaranya." Kemudian Mas Fikri mengeluarkan gadgetnya lalu memutar kembali rekaman itu."Buka pintunya, Ra! Atau kudobrak dan kuperkosa kamu seperti dulu bahkan
Magbasa pa
80. Bersama Dokter Rasyid
Ditipu mertua dan suami Part 38Ucapan Dokter Fikri dan sikap dinginnya membuatku kehilangan mood. Selama di dalam taxi perjalanan dari Pengadilan Agama ke bandara aku memilih diam."Ibu Tiara baik-baik saja?" Tanya Dokter Rasyid sambil menatapku dari samping seperti berusaha menjelajahi isi pikiranku, aku hanya mengangguk tanpa melihatnya."Dokter Fikri juga langsung pulang ke Surabaya, kan?" Tanya Dokter Rasyid lagi seolah tahu siapa yang ada di pikiranku saat ini, aku menjawabnya hanya dengan menggeleng tanpa sepatah kata."Bukannya tadi Bu Tiara ngobrol dengan beliau?" Tanyanya lagi sepertinya memang sengaja berusaha mengorek lebih dalam.Ko"Saya hanya mengucapkan terima kasih saja, Dok." jawabku seperlunya yang akhirnya bisa membuat Dokter Rasyid diam tidak bertanya lebih dalam.Sesampai di bandara, diam-diam pandanganku menjelajah di setiap sudut yang kami lalui, mencari orang yang sudah membuat perasaanku gundah sedari tadi. Sambil menunggu penerbangan yang masih di jam 5 So
Magbasa pa
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status