Semua Bab Mengembalikan Senyum Bidadari : Bab 101 - Bab 110
119 Bab
Part 101
“Titip salam sama Mama, ya,” kata Alina sambil menyerahkan sebuah bingkisan sebagai buah tangan yang berisi makanan dan kue buatannya kepada Zea.“Iya, Ma.” Zea mencium punggung tangan Alina, kemudian memeluk wanita itu. “Nanti Zea pasti kangen Mama.”“Kangen Mama atau kangen Papa?” tanya Alina sambil melirik Pandu yang berdiri di sampingnya.Zea melepas pelukan, kemudian beralih pada sang papa. “Kangen Papa juga.”“Lebay. Kayak pergi jauh saja,” ejek Zyan.Gadis itu mengerucutkan bibir menghadap sang kakak. “Jauh atau dekat sama aja kalau enggak bisa ketemu. Mas Zyan itu belum merasakan bagaimana kangen sama seseorang, sih.”Alina tersenyum melihat kedua anaknya yang selalu saja punya topik untuk berdebat. Alina dan Pandu mengantar keduanya menaiki mobil. Zea melambaikan tangan, ketika mobil yang dikendarai Bryan bergerak meninggalkan rumah. Alina membalas dengan tersenyum sambil menatap mobil itu menjauh, hingga hilang dari pandangan. Mulai saat ini, ia harus terbiasa tanpa kehadira
Baca selengkapnya
Part 102
“Kalau menurut saya, mengapa nasab anak di luar nikah dijatuhkan kepada ibunya? Karena sang ayah biologis enggak memiliki hak atas anak itu, bahkan harta warisan yang ditinggalkan sang ayah pun si anak enggak mendapatkannya. Ini berarti bahwa, wanita itu enggak wajib untuk dinikahi.”Mendengar pendapat istri Miftah, seketika ada emosi dalam diri Rosa.“Kita diberi Allah akal supaya berpikir sebelum berbuat. Ketika wanita itu selingkuh dengan suami orang, tentu ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi ke depannya,” lanjut Melisa.“Jadi, Ibu menyalahkan wanita itu?”“Keduanya salah.”“Lalu, apa yang harus wanita itu lakukan?”“Menurut saya, sebaiknya ia memohon ampunan pada Allah, membesarkan anak itu, dan memulai hidup baru. Jika ia memaksakan diri untuk meminta pertanggungjawaban, belum tentu si pria mau, apalagi ia sudah berkeluarga.”“Berarti ini enggak adil, dong?” Rosa tak terima.“Bukannya enggak adil, ini adalah konsekuensi menjalin hubungan dengan pria beristri.”Melisa bena
Baca selengkapnya
Part 103
Melihat reaksi Zea yang tak biasa, canggung, dan malu membuat Regina paham bahwa gadis itu belum berpengalaman. Regina membawa Zea duduk di sofa yang ada di ruangan itu. “Mama ingin memberikan yang terbaik untuk kamu dan Bryan,” ucap Regina. Ia tak ingin Zea salah sangka dengan perhatiannya. “Setelah menikah, suami istri akan melewati malam-malam bersama. Tetapi ada satu malam bersejarah yang enggak akan pernah dilupakan sampai kapan pun. Walaupun ini bukan malam pertama kalian, tetapi setidaknya Mama ingin kalian mengingat kamar ini dengan menciptakan sebuah kenangan yang tak terlupakan sebagai suami istri.”Zea tak menyangka, impian Regina begitu mulia untuk mereka. Regina menatap menantunya yang terlihat tak nyaman dengan lingerie itu. “Mama dan Papa telah menikah puluhan tahun, tetapi Mama masih ingat malam pertama yang kami lalui bersama. Di usia yang enggak muda lagi, kenangan itu menjadi pengingat ketika perasaan cinta sedang surut. Perlu Zea ketahui, membuat seseorang jatuh c
Baca selengkapnya
Part 104
Bryan terpaku, ia seperti lupa cara berkedip menatap penampilan Zea yang dewasa dan memicu hasratnya sebagai seorang pria. Melihat tatapan Bryan yang seperti mengulitinya, Zea menjadi takut. Berkali-kali ia menggigit bibir bawah dan telapak tangan yang mendadak berkeringat. Rasanya ia ingin mundur dan pergi dari hadapan pria itu. Namun, kaki Zea seperti terpasung dan tak bisa melangkah.Sosok gadis yang berdiri dengan malu bercampur takut itu bagai magnet yang menarik Bryan untuk mendekat. Penampilan Zea sukses membangkitkan gejolak naluri pria dewasa. Zea yang berusia sembilan belas tahun, begitu menggoda dengan wajah cantik, kulit putih, dan lekuk tubuh indah yang berisi pada bagian tubuh tertentu. Berkali-kali Bryan menelan saliva. Memandang Zea dalam balutan baju kurang bahan itu membuat sesuatu yang ada di bawah perutnya minta dilayani. Perlahan, pria muda itu menyentuh kedua tangan Zea yang terasa dingin. Ia tahu, istrinya ini sedang ketakutan. Namun, apa yang sudah Zea pancing
Baca selengkapnya
Part 105
Rosa berlari ke kamar mandi, memuntahkan cairan pahit dari dalam mulutnya. Wanita itu menumpukan kedua tangan di wastafel seraya menatap cermin. Wajah cantik yang dulu begitu terawat dan bersih, kini tampak kusam dan mulai ditumbuhi jerawat. Rosa tak tahu, apakah ini efek kehamilan atau karena tak pernah lagi mengunjungi dokter kecantikan langganannya.Semenjak ekonominya susah, Rosa tak pernah lagi melakukan perawatan. Jangankan untuk memanjakan diri, memenuhi kebutuhan pokoknya saja ia kewalahan. Apalagi, usahanya yang tiap bulan harus mendapatkan suntikan dana untuk biaya operasional dan gaji karyawan.Rosa memijit kepalanya yang terasa berdenyut. Beberapa hari ini ia tak bisa tidur karena memikirkan nasib anak dalam perutnya. Janji Miftah untuk menghubunginya kembali tak pernah ada. Pria itu seperti tak peduli dengan nasib yang ia alami. Rosa menangis. Ia bingung, takut, dan kecewa. Tak ada tempat untuknya mengadu atau berkeluh kesah. “Arghhh!” Teriakan Rosa menggema dari kamar m
Baca selengkapnya
Part 106
“Saya enggak tahu, Bu. Tetapi selama saya menjadi asistennya, Bu Rosa enggak pernah berhubungan dengan pria lain.” Seketika, jantung Alina berdegup kencang dengan pernyataan Priska. Wanita itu kecewa dan sedih. Alina tak bisa bayangkan jika Pandu kembali mengkhianatinya untuk kedua kali dengan wanita yang sama. Tubuh Alina menjadi lemah, jantungnya berdetak kencang. Bahkan, berkali-kali wanita itu mengusap perutnya karena merasakan ada pergerakan di dalam sana.“Ibu tenang dulu. Rasanya enggak mungkin itu anak Bapak,” ujar Bi Mirna menenangkan Alina yang terisak. Alina mengelus perut, dadanya terasa sesak. Semenjak Priska pergi, hatinya makin tak tenang. Bahkan, kepalanya pun ikut pusing memikirkan Rosa. Jika bukan Pandu yang menghamili Rosa, lalu siapa lagi? Bukankah mereka baru bercerai dan Rosa belum menikah. Zyan yang baru pulang dari kampus mengurus persyaratan wisuda tampak kaget ketika melihat Alina bersedih di ruang tamu. Pria itu mendekati Alina dan menanyakan apa yang ter
Baca selengkapnya
Part 107
Melihat Alina yang kesakitan, mereka memutuskan untuk membawa wanita itu ke dokter. Zyan mengangkat tubuh Alina. Dengan hati-hati ia menuruni anak tangga membopong Alina, sementara itu Bryan dengan sigap membuka pintu mobil kemudian mengendarai kendaraan membelah jalanan. “Cepat, Bryan,” pinta Zea yang duduk di sebelah suaminya. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat Alina yang berada dalam pangkuan Zyan.Alina dibawa ke rumah sakit tak jauh dari tempat mereka tinggal. Ketiganya menunggu dengan cemas, ketika dokter melakukan pemeriksaan. “Jika terjadi apa-apa sama Mama, ini karena perbuatan Papa. Zea enggak akan maafin Papa,” kata Zea terisak yang diliputi kecemasan. Bryan menggenggam tangan istrinya yang sudah berkeringat dingin. “Tenanglah, semua akan baik-baik saja.”Setelah sekian lama menunggu, pintu terbuka, seorang dokter keluar dari ruangan itu.“Bagaimana keadaan mama saya, Dokter?” tanya Zyan cemas.“Sekarang sudah mulai membaik. Ibu Alina mengalami kontraksi yang diseb
Baca selengkapnya
Part 108
Zyan dan Zea yang melihat reaksi Pandu menjadi bingung. “Papa enggak mengakuinya sebagai anak?” Zea bertanya.Pria itu menghela napas kasar. Sepertinya ia harus membuka kenyataan pahit yang membuatnya terjebak dalam kesengsaraan selama enam tahun. “Kemarilah,” pinta Pandu pada anak-anaknya untuk mendekat. “Kalian paham, kan, mengapa Allah melarang kita bertindak di luar batas dan hidup berdasarkan tuntunan agama? Papa salah satu dari makhluk Allah yang pernah tersesat. Dosa yang Papa perbuat menjerat Papa untuk menikahi Rosa, karena ia mengaku sedang hamil anak Papa. Papa masih ingat bagaimana rayuan, tangisan, dan hasutannya agar Papa masuk dalam kehidupannya, kemudian melepaskan kalian.”“Ia berhasil. Papa yang lemah iman begitu mudah percaya dan terlena hingga melakukan kesalahan yang enggak akan pernah Papa lupakan seumur hidup, yaitu menceraikan mamamu dan kalian memilih pergi. Enggak ada kebahagiaan yang kita dapatkan dengan cara menghancurkan kebahagiaan orang lain, apalagi me
Baca selengkapnya
Part 109
“Kapan kejadiannya?” tanya Alina.“Ketika masih sekolah, Ma. Sudah lama, kok,” jawab Zea sambil tersenyum ayu.“Bryan tahu?” Alina menatap menantunya.Pria muda itu mengangguk.Mata Alina tertuju pada Pandu. “Kamu juga tahu, Mas?”Pandu tersenyum mengiakan.“Zyan? Pasti kamu yang minta untuk disembunyikan dari Mama, ya?”Pandu kembali mendekati istrinya itu. “Lin, ingat kata dokter, jangan stres. Kejadian itu sudah lama. Sudah diselesaikan dengan baik oleh Bryan yang kala itu naksir berat sama putri kita. Zyan sebagai kakak sangat bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu. Mereka enggak memberitahumu, karena enggak ingin kamu bersedih. Saat itu saja kamu telah bersedih memikirkan aku.”Alina mengusap perutnya seraya menghela napas. Pandu yang melihat wajah Alina cemberut kembali mendekapnya, kemudian mencium kening sang istri sebelum berlalu bersama Zyan. ***Pandu mendatangi rumah sakit tempat Rosa dirawat. Sebelum menemui wanita itu, ia terlebih dahulu menemui dokter. Pria itu
Baca selengkapnya
Part 110
Zea masuk kamar Alina sambil membawa segelas air putih dan dua butir obat, kemudian memberikan pada wanita itu. Setelah memastikan Alina meminum obat tersebut, Zea naik ke atas tempat tidur kemudian berbaring di sana. “Semenjak Mama dan Papa kembali bersama, kita enggak pernah lagi tidur seranjang seperti dulu. Padahal selama enam tahun, Zea selalu dalam dekapan Mama, dibelai, dan diselimuti.” Alina yang duduk bersandar di kepala ranjang berbaring di sebelah putrinya, kemudian memiringkan badan hingga mereka saling tatap. “Sini Mama belai.”Zea mendekatkan kepalanya pada Alina. Matanya terpejam, menikmati sentuhan yang telah lama tidak ia rasakan. “Ma.”“Hm?”Zea membuka mata, kemudian menatap Alina. “Zea udah enggak perawan.”Sontak, ucapan Zea membuat Alina kaget. Bukan karena putrinya tak perawan yang membuat wanita itu terkejut, melainkan keterbukaan Zea menceritakan apa yang sudah ia lalui. “Wajar. Kan, sudah menikah.” Alina tak menyangka putrinya yang hidup dan tumbuh bersaman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status