Semua Bab Mengembalikan Senyum Bidadari : Bab 71 - Bab 80
119 Bab
Part 71
“Sini, main sama Tante, yuk,” ajak perawat wanita itu membawa Shanum ke dalam gendongan, kemudian memberikan sebuah boneka beruang untuk mengalihkan perhatian.Dokter Rahmat bersiap. Ia mengambil posisi di belakang Shanum, agar gadis itu tak melihat jarum yang ia pegang. “Om Dokter pinjam tangannya satu, ya,” bujuk dokter kepala empat itu. Shanum menurut. Ia memberikan tangan kanannya, sedangkan Pandu dan dua perawat mengalihkan perhatian Shanum.“Aw!” Shanum berteriak, ketika jarum menerobos pembuluh darahnya.“Halo, Shanum. Kamu digigit semut?” tanya seorang perawat dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar lucu.Gadis kecil itu terkekeh mendengar aksi perawat yang berhasil membuatnya tak fokus pada rasa nyeri di tangan. Dengan sigap, dokter menyelesaikan tugasnya. Ia tampak tenang dan ikut bermain sebentar agar Shanum melupakan apa yang terjadi. Shanum tampak tak nyaman. Ia menggerak-gerakkan tangannya yang terasa nyeri. “Sakit, Pa.”“Seperti apa sakitnya?” tanya dokter itu.“
Baca selengkapnya
Part 72
Himawan tak bisa lari dari kenyataan. Indra Megantara tak gentar melawan, hingga pria itu tak mampu berkutik. Apalagi netizen dan masyarakat mendukung Indra mengungkap kebenaran ini. Masalah yang dihadapi Himawan membawa keberuntungan tersendiri pada Indra. Dirinya tak perlu susah payah meraih simpati publik untuk merekrut suara di pilkada nanti.Dengan sangat menyesal, Himawan harus mengakui perbuatannya dan mundur dari pencalonan pemilihan kepala daerah. Tak hanya itu, ia juga dipecat dari partai politik yang membesarkan namanya. “Saya Himawan Kartadinata, dengan ini menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, keluarga, sahabat, partai politik, dan semua pendukung saya atas kekhilafan yang saya lakukan.” “Kejadian itu terjadi enam tahun lalu, dan saya enggak mengira jika dosa lama akan datang memberi ganjaran di waktu yang enggak terduga. Pihak berwajib telah menghapus video tersebut di internet. Saya harap pada masyarakat yang masih menyimpan video itu untuk
Baca selengkapnya
Part 73
Hari ujian masuk perguruan tinggi pun tiba. Pandu menepati janjinya. Ia mempersiapkan diri sejak pagi agar putrinya tak terlambat. Zea keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Kartu ujian dan alat tulis telah dipersiapkan tadi malam. Bahkan, beberapa hari belakangan ia belajar dengan giat untuk mengejar ketertinggalan. Keinginan Zea untuk bisa masuk fakultas kedokteran makin kuat, setelah menyadari begitu dibutuhkannya seorang dokter oleh pasien.Sebelum berangkat, Zea berpamitan pada Alina. “Doain, ya, Ma. Semoga ujiannya lancar,” pinta Zea seraya mencium punggung tangan wanita itu.“Iya, Sayang. Semoga hasilnya memuaskan dan Zea lulus.”Pandu tersenyum melihat interaksi dua bidadari yang sangat ia sayangi. Bak seorang putri, Pandu membuka pintu mobil dan mempersilakan Zea masuk. “Aku berangkat dulu, Lin,” pamitnya yang dibalas Alina dengan anggukan.Mobil melaju meninggalkan rumah mewah itu. Hari ini Zea berada dalam kondisi hati yang sangat baik. Walaupun orang tuanya berpisah, te
Baca selengkapnya
Part 74
Setelah hampir dua minggu menunggu, panggilan Dokter Rahmat menggema di ponsel Pandu. Pria itu menyampaikan bahwa hasil tes DNA dirinya dan Shanum telah keluar. Dengan langkah cepat dan dada berdebar, Pandu berjalan memasuki ruangan Dokter Rahmat. Sebuah surat berlogo rumah sakit tempat pemeriksaan dilakukan ia berikan pada Pandu. Dengan saksama, Pandu membaca tiap kata yang ada di sana. Matanya berembun dan hatinya hancur setelah membaca kesimpulan terakhir yang mengungkap sebuah fakta. 'Probabilitas Pandu Dirgantara sebagai ayah biologis dari Shanum Roselia Dirgantara adalah 0%. Oleh karena itu, Pandu Dirgantara sebagai ayah dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai ayah biologis dari Shanum Roselia Dirgantara.'Tangan Pandu bergetar membaca hasil tes yang menunjukkan ketidakcocokan DNA Shanum dengan dirinya. Pandu sakit, kecewa, dan marah. Ia telah dibohongi Rosa. Karena iman yang lemah dan akal yang mudah dikendalikan nafsu, Pandu terperangkap jebakan Rosa. Ia seperti pria bodo
Baca selengkapnya
Part 75
Pandu menghela napas berat, setelah keluar dari mobil. Ia mengayunkan langkah menuju rumah dua lantai yang ia hadiahi untuk Rosa. Kehadiran pria itu disambut ramah oleh Meri. Wanita itu bergegas menuju kamar majikannya yang beberapa hari lalu mengurung diri semenjak pulang dari kantor polisi.“Mas,” lirih Rosa. Wanita itu berlari menuruni anak tangga menemui, Pandu yang memandangnya datar “Aku bersyukur kamu datang, Mas. Aku butuh bantuanmu.”“Aku ingin bicara,” ucap Pandu tanpa terusik dengan air mata Rosa. Pria itu berjalan menuju lantai dua diikuti Rosa. Mereka duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. Keduanya saling berhadapan dihalangi sebuah meja kaca.Meri datang menyuguhkan dua cangkir teh dan beberapa makanan ringan. Wanita itu beringsut mundur, setelah meletakkan minuman di atas meja.“Aku juga ingin bicara denganmu, Mas,” lirih Rosa.Pandu menatap wanita yang tampak lusuh dan lemah itu. “Silakan kamu bicara duluan.”Rosa menghela napas lemah, ia bingung harus mulai dari ma
Baca selengkapnya
Part 76
“Kebanyakan dari mereka mudah untuk kutaklukkan, apalagi diajak ke ranjang. Tetapi … kamu berbeda, Mas. Satu bulan kita berkenalan, kamu selalu menjaga diri dan enggak mudah kudekati.” Rosa mengusap bibirnya yang belum berhenti mengeluarkan darah. “Ketika aku telat datang bulan, aku mencoba mencari pria yang pernah tidur denganku? Tetapi mereka enggak peduli, malah mengencani wanita lain. Bahkan, ada yang menghilang begitu saja. Untuk memastikan keadaanku, aku mencoba membeli alat tes kehamilan dan ternyata hasilnya dua garis merah, tetapi yang satunya masih samar. Saat itu aku mulai berpikir, bagaimana cara menemukan pria yang baik untuk anak yang aku kandung. Hingga keputusanku tertuju padamu.”Kedua tangan Pandu mengepal kuat mendengar pengakuan Rosa. kemarahan dalam dada meminta Pandu untuk segera melampiaskan pada makhluk lemah yang liciknya minta ampun.Rosa menatap lantai yang dipenuhi serpihan kaca. “Aku tahu, enggak mudah untuk mendekatimu dan mengajakmu tidur bersama hingga
Baca selengkapnya
Part 77
Rosa duduk di lantai kamarnya sambil bersandar di sisi ranjang. Sejak berita memalukan itu disiarkan televisi dan media online, sebagian jiwanya seperti telah mati. Ia tak keluar kamar, tak lagi mengurus diri, bahkan sudah beberapa hari ia tak mandi. Belum hilang derita Rosa, kini ia kembali dihadapkan kenyataan pahit, Pandu mengetahui bahwa Shanum bukan anaknya. Wanita itu menangis, wajahnya yang terluka karena tamparan pria itu masih bisa ia rasakan perihnya. Jangankan Pandu, bahkan Rosa sendiri tak tahu benih siapa yang tumbuh di rahimnya. Tatapan Rosa menerawang tak tentu arah, ia menyesali keputusan masa lalu yang memilih terjun ke lembah hitam demi onggokan rupiah. Rosa larut mencari kekayaan dengan cara yang mudah, meskipun merendahkan harga diri. Wanita itu tersenyum kecut. Harga diri? Masihkah ia punya dua kata itu dalam diri? Ia bukan lagi wanita berharga, ketika begitu mudahnya menerima ajakan pria untuk memuaskan nafsu sesaat. Demi uang yang tak seberapa, menumpuk dosa t
Baca selengkapnya
Part 78
Semenjak berhenti bekerja dan hidup berkecukupan, Alina menghabiskan banyak waktu dengan memasak, membuat kue, dan aneka camilan. Setiap hari, ia menyuguhkan makanan lezat dan bergizi untuk kedua buah hatinya. Dulu, ia harus berpikir berkali-kali untuk mengelola keuangan dalam belanja kebutuhan pokok. Sekarang berbeda, Zyan memiliki penghasilan sendiri dan rutin memberi Alina uang. Bahkan, uang pemberian Pandu yang dipegang Bi Mirna masih banyak tersisa.Setiap hari, mereka akan makan malam berempat. Alina sudah menganggap Bi Mirna sebagai keluarga, hingga ia tak memberi jarak pada asisten rumah tangganya itu, sama seperti Regina yang memperlakukannya dengan baik. Kebaikan Alina inilah yang membuat Bi Mirna menyayangi semua anggota keluarga di rumah tersebut. Saat makan malam berlangsung, Zea seperti tak berselera. Ia hanya mengaduk-aduk makanan tanpa berniat untuk memasukkannya ke dalam mulut.“Kenapa, Sayang?” tanya Alina yang melihat sikap putrinya berbeda.“Zea ingin Papa kembali
Baca selengkapnya
Part 79
Selesai makan, mereka menyusuri mall, memasuki satu per satu toko pakaian, sepatu, dan tas branded khas anak remaja. Pandu juga menemani Zea membeli kebutuhan pribadi. Tak lupa, sebuah boneka beruang berwarna cokelat muda ikut ia beli. Pandu tak menolak ataupun protes dengan belanjaan putrinya. Ia senang bisa membuat Zea bahagia dan membutuhkannya sebagai seorang ayah.Pulang dari mall, mereka pergi ke apartemen tempat Pandu tinggal. Semenjak Zea menceritakan keinginannya untuk berkunjung dan menginap, pria itu segera membeli sebuah apartemen dan pindah dari rumah sederhana itu. “Papa tinggal di sini?” tanya Zea heran, ketika mereka memasuki apartemen tempat tinggal Pandu.“Kenapa?”“Bryan juga punya apartemen di sini. Cuma beda lantai saja,” jawab Zea.“Zea pernah ke apartemen Bryan?” tanya Pandu yang seketika merasa tak nyaman dengan penuturan putrinya.“Iya, pernah menginap semalam,” jawab Zea polos seraya mengeluarkan barang-barang yang ia beli. Sementara itu Pandu menatap putrin
Baca selengkapnya
Part 80
“Aku ingin mengucapkan selamat padamu. Dulu, aku pernah mengucapkannya atas keberhasilanmu. Sekarang, aku kembali mengucapkannya atas kehancuranmu.”Dada Rosa naik turun menahan kemarahan. Ia berjalan mendekati Daniel, kemudian melayangkan pukulan ke dada pria itu. “Brengsek kamu, Daniel! Kurang ajar!”Pukulan demi pukulan yang Rosa layangkan pada Daniel tak membuat pria itu terusik. Daniel meraih tangan Rosa, kemudian menatap mata wanita itu tajam. “Aku brengsek karena mengikuti caramu!”“Sampai kapan kamu akan menggangguku?” Daniel terkekeh. Ia berjalan menuju jendela kaca untuk melihat keadaan di luar. Beberapa pria memakai jaket kulit tampak berkeliaran di luar sana. Daniel yakin, itu adalah wartawan yang telah mengendus keberadaan Rosa.“Aku tahu sebrengsek apa dirimu, Ros. Entah kenapa, aku enggak rela melihatmu hijrah demi sebuah popularitas. Aku benci, ketika kamu mendapat suami idaman dengan cara murahan.”Kemarahan Rosa bangkit mendengar penghinaan Daniel. “Kamu enggak pan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status