Semua Bab Sebuah Kisah Usai Perceraian : Bab 11 - Bab 20

82 Bab

Pembalasan, lagi

Part 11 Pembalasan, lagi"A-ampun, Fir, ampun, " mohonnya. "Rasakan ini! " ujarku dengan menaikkan nada seraya perlahan demi perlahan ku arahkan mata gunting tersebut kearah wajahnya. Membuat mata Preti semakin membulat besar. "Aaaaaakkk!!" Preti berteriak sekencang-kencangnya seraya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Lepaskan dia!"Bruugh!"Aargh!" Aku terpelanting ke sisi dinding kamar karena mas Arga yang tiba-tiba muncul.Prank!Aku membuang gunting tersebut ke sisi lain. Lalu berdiri dan menatap tajam kearah mas Arga yang memeluk Preti."Nggak akan ku biarkan ini, nggak akan!" Ku tunjuk mereka dengan wajah penuh emosi. Lalu melangkah meninggalkan mereka."Memangnya kamu bisa? Kamu hanya mengandalkan jabatan di keluargamu, ya, kan?"Langkahku terhenti ketika sudah berada di dekat pintu karena mendengar perkataan mas Arga.Ku balikkan bandanku menghadap mereka. Ku sunggingkan sudut bibir kananku. "Kalau mereka bisa membantuku menjebloskan kalian ke penjara, kenapa
Baca selengkapnya

Mengajakku Pulang

Part 12 Mengajakku Pulang"Tunggu, Mas, " ku lepaskan tangan mas Sholeh ketika kami sampai di teras. "Apa lagi? " tanyanya kebingungan. "Sebentar, " tanpa menjawab pertanyaannya, aku bergegas kembali masuk ke dalam rumah. Hatiku masih terasa panas karena mereka mencoba mencelakaiku, merusak barang daganganku. Meninggalkan mereka begitu saja, oh, tidak bisa. Aku berjalan langsung masuk ke kamarku tanpa memperdulikan mas Arga yang masih berdiri di ruang tengah bersama Preti tak jauh darinya."Mau apalagi kamu, Fir?" tanya mas Arga ketika aku keluar dari kamar.Ku hentikan langkahku tak jauh dari mereka. "Bereskan semua!" titahku menunjuk lantai yang basah. "Kamu, bersihkan kamar mandi tanpa ada sisa minyak sedikit pun!" tambahku seraya menunjuk wajah Preti."Nggak!" bantah Preti.Ku majukan satu langkah kakiku. Menatap tajam mata Preti. "Aku rasa kamu nggak ingin hidup di penjara, kan?" kataku lirih penuh penekanan.Ia pasti tahu arah maksud perkataanku. Tampak Preti menahan kesal d
Baca selengkapnya

Menebak-nebak memang susah

Part 13 Menebak-nebak memang susah"Pergi dari sini! " usir abah dengan tegas menunjuk arah luar. "Abah, Arga mohon, Bah, izinkan Fira pulang bersama Arga, " mas Arga memohon, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya. Aku yang melihat pemandangan itu pun geli dibuatnya. Sungguh, beruntungnya aku sudah menggugatmu, mas. Kau tak punya malu meskipun sudah mengkhianatiku. "Saya bilang pergi, pergi! " abah mengulanginya lagi tanpa memperdulikan permohonan mas Arga. Mas Arga pun diam, terlihat raut pasrah di wajahnya, ia lalu mengalihkan pandangannya kearahku. "Fir, ingat calon anak kita, " katanya memelas. "Apa alasanmu mengajakku pulang? Sudah bosan dengan Preti? Atau ingin lebih menyakitiku, hah!? " "Akan ku jelaskan nanti .... ""Sekarang! " potongku dengan lantang. "Fira ...," mohonnya lagi. Sungguh, semakin melas sekali wajah mas Arga. Semakin risih pula aku melihatnya. "Aku akan pulang asal sudah ada sertifikat tanah milikku, " ucapku memberi syarat yang membuat ma
Baca selengkapnya

Perjanjian Unfaedah

Aneh. Pesan yang ku kirimkan lewat nomor WA umi langsung centang dua, meskipun belum dibaca. Ku bandingkan dengan pesan yang ku kirim lewat nomor WA ku sendiri. Ternyata .... Ternyata memang dia sudah kembali on, terlihat dari pesanku yang sudah centang dua juga namun masih berwarna abu-abu. Alias belum dibaca. Sementara pesan yang ku kirim lewat ponsel umi, hanya ia abaikan begitu saja. Karena jelas-jelas ia telah membaca pesanku. Huh. Jadi makin penasaran, kan.***Dua hari berlalu ...[Kamu siap-siap, aku jemput kamu sore ini, Dek] Mataku sekejap membulat besar tak kala membaca pesan dari mas Arga pagi ini. Sampai-sampai aku membacanya berulang kali, berharap aku salah baca, namun nyatanya tidak.Ku letakkan kembali ponselku di atas nakas, ku abaikan pesan dari lelaki yang menggoreskan luka dihatiku ini. Bergegas keluar kamar menyusul sarapan abah dan umi."Sore nanti, kan? Yasudah, buruan hubungi mas mu," titah umi setelah ku sampaikan pesan dari mas Arga. Seperti rencana kem
Baca selengkapnya

Perjanjian Surat ke Dua

#MPSPart 15 Surat Perjanjian ke DuaAh, tidak mungkin Rosi pemilik nomor itu. Ku tepis pikiranku itu jauh-jauh dan fokus kembali ke selembar kertas di atas meja ini."Aku akan tanda tangan, tapi katakan padaku sejujurnya, bagaimana kalian mendapatkan uang untuk menebus sertifikat itu?"Ya, aku sangat penasaran dengan itu. Jika benar tujuan awal mas Arga dan keluarganya menebus sertifikat itu yang senilai 50 juta, hanya untuk aku supaya tanda tangan dua surat perjanjian yang bagiku itu unfaedah.Jelas unfaedah. Surat pertama sudah selesai ku tanda tangani, dan yang kedua ini, bisa ku manfaatkan dulu agar aku tahu alasan dibalik upaya mas Arga dari membuatnya. Walaupun pada akhirnya, aku sudah tahu bahwa kedua surat tersebut tidak akan ada gunanya bagiku. Dan pastinya akan membuat mereka menyesal di kemudian hari. "Kami meminjam uang di bank," jawab mas Arga. Sontak membuatku terperanjat mendengarnya. Demi sebuah tanda tanganku mereka melakukan gali lubang tutup lubang. Astagaaa ...
Baca selengkapnya

Pernyataan Kehamilan Palsunya Fira

#MPSPart 16 Pernyataan Kehamilan Palsu"Ada satu hal lagi yang ingin ku beritahukan ke kalian, Mas, " kataku membuat yang semua orang yang ada menoleh kearahku. "Apa itu? " tanya mas Arga. Sebuah perihal yang ku yakini akan membuat mereka terkejut setengah mati setelah mengetahuinya. "Sebenarnya aku ..., " sengaja ku gantungkan perkataanku. Ini adalah momen yang tepat untuk aku memberitahukan kepada mereka, apa yang sebenarnya yang terjadi tentangku dan perutku. Aku pun tak takut jika tiba-tiba mereka mengamuk atau berbuat yang membahayakan, karena ada kakakku juga abah di sini. "Apa, Fir? " tanya mas Arga. Ia terlihat begitu penasaran. "Sebenarnya ... Aku nggak hamil, Mas, " akhirnya ku buka juga kehamilan palsu ini. "APA?!! " ucap ibu mertuaku yang sekejap membuatnya langsung berdiri dan matanya membelalak setelah mendengar penuturanku. "Jangan main-main kamu, Fir? Jangan bercanda, nggak lucu! " kata mas Arga. Ia tak kalah syoknya dengan ibunya."Nggak, nggak mungkin!! " p
Baca selengkapnya

Talak Tiga

#MPSPart 17 Talak TigaTokk!! Tokk!! Tokk!! "Fira! buka pintunya Fira! " Teriakan seseorang yang terus memanggil namaku membuatku juga abah dan umi yang sedang bersantai di teras belakang menjadi terkejut. Pasalnya, suara itu sangat tidak asing bagi kami. Siapa lagi kalau bukan mas Arga. Untuk apa dia datang sore-sore seperti ini? Mengganggu suasana saja. "Mau apa lagi dia?" abah beranjak dari tempatnya, berjalan kearah depan. Aku dan umi mengikutinya dari belakang. "Abah sabar, " kataku saat mengikuti langkah abah. Tapi sayang, beliau menghiraukannya, dan terus berjalan. Abah membuka pintu. "Mau apa kamu?! " tanya abah tak sabaran karena emosi. Mas Arga kini berdiri berhadapan dengan abah. Wajahnya tampak menahan emosi. Ditangan kanannya membawa sesuatu yang membuatku tahu maksud dari kedatangannya kali ini. "Fir, maksud kamu apa ini? " tanya mas Arga menunjukkan sebuah amplop putih bertuliskan pengadilan agama di depannya. "Oh, kamu sudah terima suratnya? Syukurlah, jadi a
Baca selengkapnya

Jadi Bahan Gosip

#MPSPart 18 Bahan Gosip"Ih, nggak nyangka ya ternyata .... ""Sstt! Orangnya datang. "Entah kenapa yang tadinya ramai, tiba-tiba hening sekejap ketika aku baru tiba di pangkalan tukang sayur langganan ibu-ibu kampung. Tak ku hiraukan ibu-ibu yang ada, beberapa dari mereka adalah tetangga yang berjejeran rumahnya dengan rumah orang tuaku. Aku sibuk memilih sayur-sayuran yang akan ku beli sesuai dengan pesanan umi. Begitu juga dengan ibu-ibu yang ada. Meskipun terdengar beberapa dari mereka yang masih berbisik-bisik. Entahlah apa yang mereka bisikan, namun samar-samar aku mendengar mereka menyebut-nyebut namaku dan nama mas Arga. "Kamu beneran pura-pura hamil supaya Arga nggak nyerain kamu, ya, Fir? " tanya bu Siti ramah, salah satu tetanggaku. Ia berdiri tepat di sampingku. Bu Siti yang biasanya ku panggil bulik itu, rumahnya bersebelahan dengan rumah orang tuaku, meskipun ada jarak sekitar lima meter diantaranya. Beliau juga keluarganya pun termasuk orang baik dimata para teta
Baca selengkapnya

Perihal Utang

#MSPPart 19 Perihal HutangDengan nafas mengebu-gebu, perjalanan 50 meter rasanya sangat lama. Tak sabaran ingin segera sampai di pangkalan tukang sayur milik pak Tarjo langganan ibu-ibu kampung. Bahkan, saking buru-burunya panggilan umi yang beberapa kali ku dengar ku hiraukan begitu saja. Jarak beberapa langkah sebelum ke tempat tukang sayur, terlihat ibu-ibu yang tadi masih sibuk bergosip ternyata masih berada di tempatnya. "Belanja, Fir? " tanya bulik Siti ketika aku melewatinya, namun tak ku jawab pertanyaannya dan terus melanjutkan langkahku dengan cepat. "Fira, " kata bu Joko terkejut ketika aku sampai di pangkalan tukang sayur. Aku dan bu Joko kini posisi kami saling berhadapan, hanya terpisahkan oleh sebuah gerobak sayur. "Ka-kamu kenapa, Fir? " tanya bu Joko tergagap, ia tampak ketakutan ketika aku memberinya tatapan tajam.Sementara ibu-ibu yang lain terdiam mulutnya seperti terkunci rapat. Berpura-pura memilih sayur-sayuran yang berada di hadapannya. Suasana jadi heni
Baca selengkapnya

Pov Bu Darmi - Ibunya Arga

#MPSPart 20 POV Bu Darmi - Ibunya Arga"Bu, denger-denger Fira dicerai Arga, ya?" tanya seseibu yang sedang berbelanja di warungnya Rumi.Beginilah aktivitasku, hampir setiap pagi aku menunggu toko menggantikan Rumi, karena dia harus memasak membuatkan sarapan untuk keluarga. Terkadang juga dibantu Tama jika dia sedang libur atau masuk siang. Tapi kali ini berbeda, Arga-lah yang membantuku, karena sebagai salah satu ganti karena dia sudah merugikanku dengan menjaminkan sertifikat rumahku hanya untuk si Fira, mantan menantuku yang belum sah secara negara.Toko sendiri kerap buka kurang dari jam 6 pagi, seperti sekarang ini. Keadaannya pun lumayan ramai, karena di depannya adalah jalan raya. Ibu-ibu tetangga juga sering pagi-pagi sekali membeli bumbu-bumbu instan atau hal lainnya di sini. Bahkan ada juga yang hanya ikut nimbrung ketika terdengar adanya kabar terkini tentang suatu hal."Iya, abisnya jadi mantu pelit banget," balasku seraya memberikan sekantong plastok hitam berisi bela
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status