Aneh. Pesan yang ku kirimkan lewat nomor WA umi langsung centang dua, meskipun belum dibaca. Ku bandingkan dengan pesan yang ku kirim lewat nomor WA ku sendiri. Ternyata .... Ternyata memang dia sudah kembali on, terlihat dari pesanku yang sudah centang dua juga namun masih berwarna abu-abu. Alias belum dibaca. Sementara pesan yang ku kirim lewat ponsel umi, hanya ia abaikan begitu saja. Karena jelas-jelas ia telah membaca pesanku. Huh. Jadi makin penasaran, kan.***Dua hari berlalu ...[Kamu siap-siap, aku jemput kamu sore ini, Dek] Mataku sekejap membulat besar tak kala membaca pesan dari mas Arga pagi ini. Sampai-sampai aku membacanya berulang kali, berharap aku salah baca, namun nyatanya tidak.Ku letakkan kembali ponselku di atas nakas, ku abaikan pesan dari lelaki yang menggoreskan luka dihatiku ini. Bergegas keluar kamar menyusul sarapan abah dan umi."Sore nanti, kan? Yasudah, buruan hubungi mas mu," titah umi setelah ku sampaikan pesan dari mas Arga. Seperti rencana kem
#MPSPart 15 Surat Perjanjian ke DuaAh, tidak mungkin Rosi pemilik nomor itu. Ku tepis pikiranku itu jauh-jauh dan fokus kembali ke selembar kertas di atas meja ini."Aku akan tanda tangan, tapi katakan padaku sejujurnya, bagaimana kalian mendapatkan uang untuk menebus sertifikat itu?"Ya, aku sangat penasaran dengan itu. Jika benar tujuan awal mas Arga dan keluarganya menebus sertifikat itu yang senilai 50 juta, hanya untuk aku supaya tanda tangan dua surat perjanjian yang bagiku itu unfaedah.Jelas unfaedah. Surat pertama sudah selesai ku tanda tangani, dan yang kedua ini, bisa ku manfaatkan dulu agar aku tahu alasan dibalik upaya mas Arga dari membuatnya. Walaupun pada akhirnya, aku sudah tahu bahwa kedua surat tersebut tidak akan ada gunanya bagiku. Dan pastinya akan membuat mereka menyesal di kemudian hari. "Kami meminjam uang di bank," jawab mas Arga. Sontak membuatku terperanjat mendengarnya. Demi sebuah tanda tanganku mereka melakukan gali lubang tutup lubang. Astagaaa ...
#MPSPart 16 Pernyataan Kehamilan Palsu"Ada satu hal lagi yang ingin ku beritahukan ke kalian, Mas, " kataku membuat yang semua orang yang ada menoleh kearahku. "Apa itu? " tanya mas Arga. Sebuah perihal yang ku yakini akan membuat mereka terkejut setengah mati setelah mengetahuinya. "Sebenarnya aku ..., " sengaja ku gantungkan perkataanku. Ini adalah momen yang tepat untuk aku memberitahukan kepada mereka, apa yang sebenarnya yang terjadi tentangku dan perutku. Aku pun tak takut jika tiba-tiba mereka mengamuk atau berbuat yang membahayakan, karena ada kakakku juga abah di sini. "Apa, Fir? " tanya mas Arga. Ia terlihat begitu penasaran. "Sebenarnya ... Aku nggak hamil, Mas, " akhirnya ku buka juga kehamilan palsu ini. "APA?!! " ucap ibu mertuaku yang sekejap membuatnya langsung berdiri dan matanya membelalak setelah mendengar penuturanku. "Jangan main-main kamu, Fir? Jangan bercanda, nggak lucu! " kata mas Arga. Ia tak kalah syoknya dengan ibunya."Nggak, nggak mungkin!! " p
#MPSPart 17 Talak TigaTokk!! Tokk!! Tokk!! "Fira! buka pintunya Fira! " Teriakan seseorang yang terus memanggil namaku membuatku juga abah dan umi yang sedang bersantai di teras belakang menjadi terkejut. Pasalnya, suara itu sangat tidak asing bagi kami. Siapa lagi kalau bukan mas Arga. Untuk apa dia datang sore-sore seperti ini? Mengganggu suasana saja. "Mau apa lagi dia?" abah beranjak dari tempatnya, berjalan kearah depan. Aku dan umi mengikutinya dari belakang. "Abah sabar, " kataku saat mengikuti langkah abah. Tapi sayang, beliau menghiraukannya, dan terus berjalan. Abah membuka pintu. "Mau apa kamu?! " tanya abah tak sabaran karena emosi. Mas Arga kini berdiri berhadapan dengan abah. Wajahnya tampak menahan emosi. Ditangan kanannya membawa sesuatu yang membuatku tahu maksud dari kedatangannya kali ini. "Fir, maksud kamu apa ini? " tanya mas Arga menunjukkan sebuah amplop putih bertuliskan pengadilan agama di depannya. "Oh, kamu sudah terima suratnya? Syukurlah, jadi a
#MPSPart 18 Bahan Gosip"Ih, nggak nyangka ya ternyata .... ""Sstt! Orangnya datang. "Entah kenapa yang tadinya ramai, tiba-tiba hening sekejap ketika aku baru tiba di pangkalan tukang sayur langganan ibu-ibu kampung. Tak ku hiraukan ibu-ibu yang ada, beberapa dari mereka adalah tetangga yang berjejeran rumahnya dengan rumah orang tuaku. Aku sibuk memilih sayur-sayuran yang akan ku beli sesuai dengan pesanan umi. Begitu juga dengan ibu-ibu yang ada. Meskipun terdengar beberapa dari mereka yang masih berbisik-bisik. Entahlah apa yang mereka bisikan, namun samar-samar aku mendengar mereka menyebut-nyebut namaku dan nama mas Arga. "Kamu beneran pura-pura hamil supaya Arga nggak nyerain kamu, ya, Fir? " tanya bu Siti ramah, salah satu tetanggaku. Ia berdiri tepat di sampingku. Bu Siti yang biasanya ku panggil bulik itu, rumahnya bersebelahan dengan rumah orang tuaku, meskipun ada jarak sekitar lima meter diantaranya. Beliau juga keluarganya pun termasuk orang baik dimata para teta
#MSPPart 19 Perihal HutangDengan nafas mengebu-gebu, perjalanan 50 meter rasanya sangat lama. Tak sabaran ingin segera sampai di pangkalan tukang sayur milik pak Tarjo langganan ibu-ibu kampung. Bahkan, saking buru-burunya panggilan umi yang beberapa kali ku dengar ku hiraukan begitu saja. Jarak beberapa langkah sebelum ke tempat tukang sayur, terlihat ibu-ibu yang tadi masih sibuk bergosip ternyata masih berada di tempatnya. "Belanja, Fir? " tanya bulik Siti ketika aku melewatinya, namun tak ku jawab pertanyaannya dan terus melanjutkan langkahku dengan cepat. "Fira, " kata bu Joko terkejut ketika aku sampai di pangkalan tukang sayur. Aku dan bu Joko kini posisi kami saling berhadapan, hanya terpisahkan oleh sebuah gerobak sayur. "Ka-kamu kenapa, Fir? " tanya bu Joko tergagap, ia tampak ketakutan ketika aku memberinya tatapan tajam.Sementara ibu-ibu yang lain terdiam mulutnya seperti terkunci rapat. Berpura-pura memilih sayur-sayuran yang berada di hadapannya. Suasana jadi heni
#MPSPart 20 POV Bu Darmi - Ibunya Arga"Bu, denger-denger Fira dicerai Arga, ya?" tanya seseibu yang sedang berbelanja di warungnya Rumi.Beginilah aktivitasku, hampir setiap pagi aku menunggu toko menggantikan Rumi, karena dia harus memasak membuatkan sarapan untuk keluarga. Terkadang juga dibantu Tama jika dia sedang libur atau masuk siang. Tapi kali ini berbeda, Arga-lah yang membantuku, karena sebagai salah satu ganti karena dia sudah merugikanku dengan menjaminkan sertifikat rumahku hanya untuk si Fira, mantan menantuku yang belum sah secara negara.Toko sendiri kerap buka kurang dari jam 6 pagi, seperti sekarang ini. Keadaannya pun lumayan ramai, karena di depannya adalah jalan raya. Ibu-ibu tetangga juga sering pagi-pagi sekali membeli bumbu-bumbu instan atau hal lainnya di sini. Bahkan ada juga yang hanya ikut nimbrung ketika terdengar adanya kabar terkini tentang suatu hal."Iya, abisnya jadi mantu pelit banget," balasku seraya memberikan sekantong plastok hitam berisi bela
#MPSPart 21 Kembali ke POV Fira"Aku mau ngambil kunci rumahku," kataku pada bu Darmi.Bu Darmi membuang nafasnya. "Haduh, kirain mau ngapain. Mana Ga?""I-iya sebentar," mas Arga berlari ke dalam rumah.Hari ini aku memang sengaja berpenampilan beda dari biasanya. Selain untuk membuktikan diri pada orang-orang bahwa aku bisa lebih memperhatikan penampilanku, aku juga akan pergi ke pengadilan agama bersama mas Sholeh guna mengambil surat keputusan perceraianku."Mobil siapa, nih? Kayak pernah lihat, mulus amat," terdengar suara dari arah belakangku. Aku dan yang lainnya seketika mengalihkan pandangan ke seseorang tersebut. Bu Joko."Budhe duitnya udah a-da be-lum ? bu Joko tergagap dan melemah diakhir katanya. Ia terkejut melihatku yang berada di depannya."Fi-Fira?" kata bu Joko seraya melongo kearahku.Aku tersenyum padanya. "Pagi bu Joko," sapaku.Bu Joko membalas senyumanku dengan senyunam lebar yang dipaksakan. Lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah kakak sepupunya, b