Sebuah Kisah Usai Perceraian

Sebuah Kisah Usai Perceraian

By:  OptimisNa_12  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings
82Chapters
98.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aku mengenal pengantin lelaki itu, bahkan sangat mengenalnya. Dia suamiku. Dan perempuan yang bersanding di sebelahnya, aku tahu siapa dia. Mantan kekasih suamiku dulu.

View More
Sebuah Kisah Usai Perceraian Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Retno Handayani
bagus...saya suka
2023-08-03 14:03:42
0
user avatar
OptimisNa_12
Rekomen bangeeett
2023-01-04 04:37:11
0
user avatar
The Heaven
kalo bisa koin nya jangan mahal2 Thor , maklum ane masih nganggur ............
2022-11-26 22:40:12
2
user avatar
Pemanis Hidup
bagus banget!
2022-07-10 19:56:50
1
user avatar
Ummu Izza
Rekomendasi bangeeet..
2022-07-10 00:20:45
1
user avatar
Merryla Aisa Davina
novel yang bagus. ceritanya menarik untuk dibaca
2022-07-04 05:17:25
1
82 Chapters
Pernikahan Suamiku
Part 1 Pernikahan SuamikuAku terkejut setengah mati ketika satu persatu pesan foto di WA ku mulai terbuka. Entah siapa yang mengirimnya dan apa maksudnya tujuannya, yang jelas pesan ini membukakan mata hatiku bahwa suamiku telah mengkhianatiku. [Itu nyata, silakan angkat video call saya, dan kamu akan percaya] pesannya lagi membuatku semakin memanas batinku rasanya. Benar saja. Dia pun menghubungiku dengan panggilan video, sesuai instruksinya aku pun mengangkatnya. Kembali dibuat terkejutnya aku, bahwa sabungan panggilan video di seberang memperlihatkan sepasang pengantin yang terlihat bahagia sedang menyalami tamu undangan satu per satu. Pengantin lelaki itu, aku sangat mengenalnya. Suamiku. Dan pengantin perempuannya, meski tak begitu mengenalnya, tapi aku tahu dia. Mantan kekasih suamiku. Preti. Panggilan video terus berputar, terlihat ada juga ipar-iparku disana, mereka tampak bahagia. Dan ibu mertuaku, ia juga ikut berdiri di sebelah kursi pengantin di dampingi anak lelakin
Read more
Memalsukan Garis Dua
Part 2 Memalsukan garis duaAku bersiap, kurang dari setengah jam lagi mas Arga pulang. Sekitar sepuluh menint yang lalu, ia mengabariku kalau ia dan rombongan temannya sudah sampai di rumah Iwan yang hanya berbeda satu kelurahan dengan rumahku. Ia juga teman kerja mas Arga yang juga ikut mendaki. Katanya."Assalamualaikum." Terdengar salam dari luar pintu depan. Akhirnya yang ku tunggu-tunggu pulang juga. Saatnya beraksi. "Waalaikumussalam," balasku seraya membuka pintu. Aku mencium punggung tangan suamiku, berpura-pura seperti tak mengetahui apa-apa.Mas Arga melongos masuk dan meletakkan barang-barangnya di dekat meja ruang tamu. Ia menyandarkan badannya di kursi tamu. Berpura-pura kelelahan sepertinya. Hmm, pintar juga aktingmu,mas. "Ini, Mas, yang mau aku kasih lihat ke kamu," ucapku seraya meletakkan benda kecil di atas meja.Dengan malas mas Arga meraihnya. Ia tampak bingung melihatnya. "Ga-garis dua?" tanyanya gugup."Iya, Mas," balasku antusias.Sebenarnya aku tak benaran
Read more
Sindiran
Part 3 SindiranAku dan mas Arga pun sampai di rumah ibu. Setelah memarkirkan motor matic tepat di depan teras rumah, aku dan mas Arga pun masuk setelah mengucap salam.Sudah kebiasaan mas Arga kalau pulang ke rumah ibunya, mengucap salam lalu masuk melongos begitu saja. Kalau ditegur alasannya selalu bilang kalau ini rumah ibuku. Ya, memang benar, sih.Terlihat semua anggota keluarga sedang berkumpul di ruang tengah seraya menonton sinetron ikan terbang. Termasuk Tara, anak satu-satunya Tama dan Rumi. Kadang kasihan melihat Tara, anak yang baru menginjak usia enam tahun itu lebih sering menonton sinetron yang unfaedah menurutku, karena ibunya tak pernah menegur jika Tara ikut duduk bersamanya ketika di depan tv. "Bu, aku dan Fira punya kabar baik buat Ibu," ujar mas Arga mendudukan badannya di bawah sebelah ibunya. Sementara aku, duduk di atas sofa tak jauh dari mereka. "Kabar apa?" tanya ibu mertuaku yang tetap fokus ke layar tv."Fira hamil,Bu!" "Apa?!" kali ini ibu menoleh ke
Read more
Ke Rumah Ibu Mertua, Lagi
Part 4 Ke Rumah Ibu Mertua, lagi"Iya, kan, aku cuma denger kemarin pas belanja sayur, " aku mencoba mengeles. "Lagian, kalau hal seperti itu terjadi di rumah tanggaku, yasudah aku pasrah aja. ""Hah? Serius, Mbak? " tanya Rosi sedikit terkejut. "Iya, Ros, buat apa mempertahankan laki-laki yang sudah mengkhianati istrinya. Laki-laki seperti dia itu pantasnya di buang, nih seperti ini, " aku melempar kulit pisang ke tempat sampah di sebelahku. "Nggak guna, Ros, apalagi kalau laki-lakinya kere, nggak pakai pikir panjang, ku usir dia dari rumah! ""Kamu kenapa, sih, Fir? " mas Arga terlihat jengkel dengan penuturanku. "Apa sih, Mas? Orang cuma seumapanya doang, kok. Ya, kan, Ros? " Entah kenapa, Rosi bersemangat sekali membahas hal seperti ini. Tapi apapun alasannya, ia sudah seperti mendukungku. "Betul, Mbak. ""Rosi sudah, dibilang jangan ngomporin tetep aja ngomong, " ujar ibu menengahi. Rosi tampak bete dengan ucapan ibunya. Ia kembali melihat layar ponselnya dengan wajah cember
Read more
Surat Perjanjian
Part 5 Surat Perjanjian Rumi datang menghampiriku, ia duduk di kursi sampingku, juga dengan ibu yang ikut membersamai kami. "Kenapa, Mbak? "Aku mengeluarkan selembar kertas dari saku gamisku, meletakkannya di atas meja. "Tanpa basa-basi ya Rum, aku mau kamu tanda tangan ini, sekalian nanti suamimu, ibu dan mas Arga juga."Rumi mengambil kertas tersebut. Matanya membelalak ketika ia mulai membacanya. Karena rasa penasaran, ibu pun ikut membacanya. Selembar surat perjanjian yang dibubuhi materai di dalamnya. Ini ku gunakan sebagai pengikat agar, jika terjadi sesuatu diluar dugaanku kedepannya, mereka tetap membayar angsuran bank, dimana sertifikat tanah tempatku tinggal yang dijaminkan. "Loh, maksudnya apa ini, Mbak?" Rumi tampak bingung. "Iya, Nduk, kenapa tiba-tiba pakai surat perjanjian segala?""Buat kesepakatan aja, biar Tama atau Rumi nggak telat bayar angsurannya. Kan, masalahnya pakai sertifikatku, jadi buat jaga-jaga. "Raut wajah Rumi mulai berubah. Ia seperti kesal mend
Read more
Perintah Abah
Part 6 Perintah AbahPokoknya aku harus berhasil, karena, sementara, ini adalah satu-satunya cara agar mereka tersiksa secara perlahan dengan angsuran bank yang harus mereka penuhi. Aku mengantur nafasku, bersiap untuk keluar dari kamar mandi. Tapi sebelum itu, ku kirimkan pesan pada abah. [Bagaimana, Bah?] Ya, setelah aku mendapatkan kiriman foto dan video panggilan kala itu, tak lama setelah itu, aku menceritakan semuanya pada keluargaku. "Astagfirullahaladzim, " ucap abah lirih mana kala setelah melihat foto-foto pernikahan mas Arga. "Kurang aj*r Arga! Dasar laki-laki tak bermoral! " umpat mas Sholeh, kakakku satu-satunya. "Ini nggak bisa dibiarkan, Mas nggak rela adik perempuan satu-satunya, Mas, di permainan seperti ini. Apa mereka lupa kalau empa bulan yang lalu, merekalah yang mendatangi kami untuk melamarmu, hah! ""Tenangkan dirimu, Sholeh, " ujar umi yang mencoba menenangkan anak sulungnya. Meskipun tampak diam sejak tadi, tapi aku bisa merasakan bahwa umi juga merasa
Read more
Dimana Istri Barumu ?
Part 7 Dimana istri barumu? [Malam ini aku nginep di rumah abah dulu, mas nggak usah jemput] Ku kirim pesan WA untuk mas Arga, sesuai perintah abah. [Iya, Dek] ***Waktu menunjukkan 19.30, sembari makan malam, aku, abah, umi dan keluarga kecil mas Sholeh menunggu kedatangan pakde Rudi. Ya, malam ini kami akan melakukan rencana yang sudah disusun abah. Derrt ... Pesan WA ku terima dari Lela. Ia ku minta untuk mengawasi mas Arga sejak pesan WA ku kirimkan padanya sore tadi. Lela memberitahukan bahwa mas Arga pergi sejak usai mahgrib tadi. Entah kemana, yang jelas tidak memakai helm, jaket atau perlengkapan jika akan pergi jauh. Hanya berpakaian biasa. Sudah dapat ku simpulkan, bahwa mas Arga pasti pergi ke rumah ibunya. Tentu ini bagus. Penggrebekan malam ini akan disaksikan juga oleh keluarga mas Arga. "Assalamualaikum. "Terdengar salam dari luar, itu pasti pakde. Mas sholeh pun tanpa diminta ia bergegas meninggalkan makanannya dan membukakan pintu. Kami pun menyusul langkah
Read more
Kemunculan Sang Pelakor
Part 8 Kemunculan Sang Pelakor"Kami sudah mengetahuinya, nggak perlu lagi kamu sembunyikan," kata abah.Mas Arga sekilas melempar pandangannya pada ibunya. Dan, setelah itu muncullah wanita muda, berambut panjang lurus hampir sepinggang, dengan stelan kimono dress berwarna marun. Preti."Saya istri barunya, kenapa?" tanya Preti seraya memasang wajah angkuh.Huh, tetiba dadaku sesak kembali. Amarah ingin rasanya ku ledakkan saat ini juga, apalagi melihat tingkah Preti yang tak ada sopan santunnya.Dengan cepat aku menghampiri Preti yang berdiri di samping mas Arga. "Kenapa kamu bilang? Rasakan ini karena sudah merusak rumah tanggaku!" Aku menarik dengan kerasa rambut panjangnya."Aaaaw! Lepaskan! Dasar perawan tua!" Preti berusaha melepaskan tanganku.Suasana mendadak jadi gaduh. Ibu mertuaku dan mas Arga pun berusaha menghentikan ulahku. Sementara yang lainnya hanya diam menonton."Ya ampun Fira, lepaskan, Nduk, kasihan Preti.""Fir, sudah, Fir, maafkan Mas."Mendengar kata maaf dari
Read more
Pisah Ranjang
Part 9 Pisah Ranjang!"Ingat Fir, pernikahan mereka memang sah dimata agama, tapi tidak secara hukum, karena kamu sebagai istri pertama tidak mengetahuinya. Dan lagi, meskipun ada surat pengantar dari kelurahan, tapi itu tanpa sepengetahuan saya selaku kepala desa. Kapanpun kamu mau, kita bisa langsung proses secara hukum, karena pernikahan mereka itu bisa dibilang ilegal, bisa di pidanakan. Ingat itu," tutur pakde menasihatiku ketika kami sampai di rumah abah.Awalnya aku memang tak mengetahui jika pernikahan mas Arga bisa dipidanakan. Karena pernikahan mereka begitu meriah, ditambah pak Agus yang membantu mereka membuat surat pengantar dari kelurahan, jadi menurutku pernikahannya sah secara hukum.Namun, berkat postingan FB dari seseorang yang lewat di berandaku beberapa hari yang lalu, aku jadi mengetahuinya. Meskipun awalnya aku sedikit ragu dengan informasi tersebut, hingga akhirnya aku go*gling dan ternyata benar.Selain itu, aku juga bertanya pada pakde Rudi tentang hukum terse
Read more
Pembalasan
Part 10 Pembalasan"Mas berangkat kerja dulu, ingat, jangan cari gara-gara, " ucap mas Arga pada Preti yang berdiri di teras depan. "Iya, iya, " balas Preti dengan nada malas. Sebelum meninggalkan Preti, mas Arga mencium keningnya. Aku yang melihatnya dari dalam entah kenapa jadi kesal sendiri. Ah, nggak mungkin kalau aku masih cemburu pada Preti. Waktu memang terbilang masih sangat pagi. Jam 06.00 mas Arga sudah harus berangkat bekerja karena shif pagi. Dan biasanya akan sampai di rumah sekitar jam 15.00.Aku menghampiri Preti yang masih berdiri di teras melihat kepergian mas Arga. "Kemasi barang-barang dan segera angkat kaki dari sini! " ujarku berdiri tepat di sampingnya. "Apa hak mu mengusirku? Aku juga istri mas Arga di sini, " balasnya seraya melipatkan kedua tangannya di dadanya. "Ini rumahku. Pergi atau ku teriaki maling?! ""Teriak aja, orang juga nggak akan berpikir ada maling secantik dan sexy aku, " balas Preti menyombongkan fisiknya. Padahal, kalaupun aku memakai pa
Read more
DMCA.com Protection Status