All Chapters of Bukan Istri Idaman: Chapter 11 - Chapter 20
38 Chapters
11. Alan Mengikutiku
Aku hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya. Lebih baik aku menghapusnya sekarang juga sebelum Mas Ardi tahu hal ini. [Aku kangen. Akhirnya, waktu telah mempertemukan kita.] Alan kembali mengirim pesan kepadaku."What?" Aku mengernyitkan dahi tak percaya. Lebih baik aku memblokir nomor teleponnya saja agar tak lagi menggangguku.[Kamu jangan blokir aku, Lily! Semakin kamu menjauh, semakin aku berusaha keras untuk mengejar kamu.] Aku terkejut membaca pesan darinya lagi. Bisa-bisanya dia tahu apa yang akan aku lakukan. Aku pun batal memblokir nomor teleponnya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal. Si Alan sedang mengemudikan mobil. Tak mungkin jika dia bermain ponsel. Segera aku menghubungi Vina untuk memastikan."Halo, Lily?""Halo, Vina? Kamu lagi di mana?""Ini lagi di jalan. Kita belum sampai.""Kamu masih sama Alan?""Iya, Li. Cuma kita lagi berhenti. Alan lagi terima telfon penting. Dia keluar dari mobil.""Oh, ya sudah, hati-hati, Vin!""Ada apa emangnya, Li?""Nggak ada apa-ap
Read more
12. Alan Kembali Mengikuti
"Kamu luar biasa," bisik Mas Ardi di telingaku. Aku menggeliat karena geli. Tangannya mulai meraba-raba tubuhku. Namun, aktivitasnya terhenti karena sebuah pesan yang masuk di ponselnya. Mas Ardi kembali menatap layar ponselnya dengan serius."Ada masalah apa, sih, Mas, teman kamu itu?""Biasa, Dek. Rumah tangga. Istrinya nggak mau tinggal serumah sama orang tuanya temanku.""Kenapa bisa gitu?""Katanya, sih, nggak cocok, Dek."Aku hanya manggut-manggut mendengar ucapannya. Sama sekali aku tidak merasa penasaran dengan isi pesan tersebut. Aku memberikan waktu kepada Mas Ardi untuk berbalas pesan dengan temannya."Aku merasa beruntung, Dek.""Beruntung kenapa, Mas?""Orang tua dan istriku bisa saling hidup rukun. Aku senang melihat kedekatan kalian. Mama bahkan lebih dekat denganmu daripada dengan anaknya sendiri.""Aku juga merasa beruntung memiliki mertua seperti mama dan papa. Mereka begitu baik dan peduli padaku. Mereka sangat sayang kepadaku, Mas."Mas Ardi kembali sibuk dengan po
Read more
13. Leo Meresahkan
"Kamu telah menikahi pria yang salah. Kamu telah mencintai pria yang salah," ujar Alan sambil menatapku."Alan, jangan pernah berkata seperti itu tentang suamiku!" Aku berdiri dari kursi dan ingin pergi.Alan kembali mencekal tanganku. "Suatu saat aku akan membuktikannya. Aku tidak akan membuatmu jatuh dalam pelukan pria sembarangan.""Alan, stop berkata seperti itu tentang suamiku!" Aku menarik tanganku dan pergi meninggalkan Alan. Suasana hatiku yang tadinya senang kini berubah menjadi sedih. Aku tak melanjutkan pencarian kado untuk mama. Aku akan membeli kado esok hari saja. Alan benar-benar membuat suasana hatiku menjadi tidak menentu.Aku keluar dari pusat perbelanjaan dan duduk di taman. Kutenangkan diri terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Aku tak mau mama tahu kalau hatiku sedang kacau.Ingatanku memutar kenangan masa lalu. Saat itu Alan pernah bertanya tentang pertunangan dan pernikahan impianku. Aku menceritakan secara gamblang kepada Alan karena dia adalah teman baikku
Read more
14. Aku Mendapatkan Pekerjaan
Belum sempat aku berbicara, panggilan itu terputus. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk memeriksa ponsel Mas Ardi. Suamiku tertidur dengan pulas. Dia tidak menyadari ponselnya bergetar. "Ha? Dikunci?" Aku sedikit kesal karena layar ponsel Mas Ardi terkunci. Tak biasanya Mas Ardi melakukan ini. Sebelumnya juga tidak pernah terkunci. Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan. Sudah aku coba beberapa kata kunci, tak ada yang berhasil. Aku penasaran dengan si Leo ini. Pantas saja jika sedang berbalas pesan dengan si Leo, Mas Ardi tampak serius. Ternyata Leo adalah seorang wanita.Rupanya, Mas Ardi mau main-main denganku. Aku teringat dengan ucapan Alan kalau cinta Mas Ardi untukku adalah palsu. Mungkinkah Alan telah mengetahui sesuatu? Dia begitu kekeh dengan pernyataannya itu. Aku meraih ponsel dan ingin menghubungi Alan, tetapi aku sadar akan misiku. Ya. Aku ingin membuat Alan agar melupakanku. Untuk saat ini, aku tidak ingin menghubunginya. Biar saja dia terbiasa tanpaku. Kubiarkan M
Read more
15. Mama Mertua Marah
"Duduk!" pinta mama sambil melotot menatapku.Jujur saja, aku sangat takut dengan sikap mama yang seperti ini. Sangat berbeda dengan sikap mama yang sebelumnya. Baru kali ini aku melihat mama dengan tatapan tajamnya."Selama ini mama selalu menganggap kamu yang terbaik untuk Ardi. Mama percaya bahwa kamu adalah perempuan baik-baik. Ternyata, mama telah salah menilai," ucap mama yang membuatku tak mengerti."Apa maksud Mama?""Jangan pura-pura tidak tahu! Selama ini mama telah tertipu dengan wajah polos kamu, Lily.""Lily nggak ngerti kenapa Mama begini? Ada apa sebenarnya, Ma? Apa Lily membuat kesalahan?""Ya," jawab mama dengan suara yang lantang."Apa, Ma? Kesalahan apa yang telah Lily perbuat?""Kamu yang berbuat salah, masih saja kamu tanya mama.""Lily benar-benar nggak tahu, Ma." Aku mulai berkaca-kaca karena sangat takut melihat amarah mama."Kamu dan Leni sama saja. Tidak ada bedanya. Memang susah, ya, mencari perempuan yang benar-benar baik hatinya.""Apa maksud Mama? Kenapa m
Read more
16. Ternyata
"Jawab, Lily!" bentak mama yang membuatku terkejut. Tangisku semakin deras."I–iya, Ma." Aku masih berusaha untuk menutupi pertemuanku dengan Alan. "Mama mau ngucapin terima kasih karena kamu telah berusaha mencarikan kado untuk mama, tapi mama kali ini kecewa sama kamu."Aku masih tersedu-sedu. Tak mampu lagi mengatakan apapun. Aku melihat Mas Ardi yang hanya terdiam menatapku. Ingin rasanya aku membongkar kelakuannya, tetapi aku tak memiliki bukti. Jika aku meminta ponselnya, pasti dia akan menolak dengan berbagai alasan. "Ma–maafin, Lily, Ma. Lily ...." Aku tak sanggup lagi berbicara. Jika sudah menangis begini, aku tak mampu mengatakan apapun lagi. "Mama kecewa dan sedih, tetapi mama juga senang," ucap mama yang membuatku bingung. Aku menatap mama sambil mengusap air mata."Sudah, Ma! Kasihan Lily!" kata papa sambil tersenyum."Kejutan!" seru Mas Ardi sambil mengambil sesuatu dari belakang sofa. Beberapa bungkusan yang aku tak mengerti apa isinya. Aku masih menatap mama dan pa
Read more
17. Aku Terjebak
Hari demi hari aku lalui seperti biasa. Beban pikiran tentang Mas Ardi tak begitu mempengaruhi pikiranku. Aku sudah memiliki kesibukan sendiri sekarang. Sikapnya masih sama seperti sebelumnya. Hangat dan manis seperti suami setia pada umumnya. Sayangnya hingga hari ini aku tak kunjung mendapatkan bukti tentang perselingkuhannya. Aku belum mengetahui kata sandi untuk membuka layar ponselnya. Sebuah pesan masuk mengejutkanku yang sedang melamun.[Tolong besok ke sini, ya, Li!] [Siapa ini?][Vina.][Nomor kamu baru?][Iya. Ponselku diambil sama Alan.][Kamu dapat nomorku dari siapa?][Aku sempat menyalin nomormu di buku catatan kecilku. Besok tolong ke sini, ya, Li! Aku sangat membutuhkan bantuanmu. Alan benar-benar membuatku terpuruk.][Iya, Vin. Tunggu aku pulang kerja, ya!][Iya, Lily.]Ada apa dengan Vina? Penasaran, aku menekan tombol telepon ke nomor Vina yang baru. Namun, Vina ta
Read more
18. Vina Mengetahui Kebenarannya
"Vina?" Aku melihat Alan yang tersenyum sinis dan melepaskan pelukannya.Ketika aku ingin lari menghampiri Vina, Alan menahan tanganku. "Alan, ada Vina. Jangan seperti ini!" Vina berlari menghampiriku dan menangis di hadapanku. Dia menutup mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang telah dilihatnya."Lily, kamu ...," ucap Vina seraya menggelengkan kepala."Tidak, Vina. Kamu salah paham. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dijebak, Vina. Aku dijebak sama Alan," terangku."Alan, tolong lepas tanganku!" Aku merasa tak enak hati karena ada Vina di sini, tetapi Alan tak kunjung melepaskan tanganku."Vina, biar aku jelaskan sesuatu kepadamu," kata Alan sambil menggenggam erat tanganku. Aku tak sanggup melihat air mata Vina yang terus menetes."Tidak, tidak. Kamu mau menjelaskan apa, Alan?" tanyaku. Jangan sampai Vina tahu kalau Alan mencintaiku. "Perempuan yang aku cintai selama bertahun-tahun adalah Lily. Dia adalah perempuan yang menarik perhatianku. Dialah yang mampu merebut hat
Read more
19. Aku Menemukan Bukti
"Kamu marah sama aku karena aku ketemu sama Alan, begitu?""Iyalah.""Itu pun aku nggak tahu kalau Alan yang mengirim pesan. Andai saja aku tahu itu Alan, pasti aku tidak akan menemuinya, Mas.""Halah, bohong.""Lebih parah mana ketimbang selingkuh?" tanyaku yang mulai tersulut emosi."Dek, aku sudah tidak selingkuh lagi. Kamu jangan pernah mengungkit tentang itu!" ucap Mas Ardi geram."Oh, sudah tidak selingkuh lagi?""Ya. Kenapa? Aku sudah berusaha buat berubah, tetapi kamu malah berusaha untuk dekat lagi sama Alan," ucapnya yang membuatku begitu muak.Kali ini Mas Ardi memarahiku panjang lebar. Aku mendengarkannya sampai berhenti berbicara. Mas Ardi memang pandai sekali menutupi kelakuannya. "Sudah bicaranya?" tanyaku ketika Mas Ardi berhenti berbicara. Dia menyalahkan aku. Mas Ardi tidak bercermin bagaimana dirinya. "Mas, kamu memarahi aku seperti itu apa tidak berkaca kamu seperti apa?" tanyaku lagi."Apa maksudmu, ha?""Leo itu siapa?""Kenapa kamu tanya tentang dia? Leo itu t
Read more
20. Hati Telah Mati
"Tolong tetaplah bersamaku apapun yang terjadi!""Ha?" Aku terkejut. Padahal, aku akan merencanakan sebuah perpisahan dengannya karena sudah mengumpulkan bukti. "Kenapa kamu bilang gitu, Mas?""Ya ... aku cuma ingin ditemani sama kamu, Dek.""Kamu ada masalah apa? Jawab jujur!""Kamu sudah tahu kebenaran soal Leo?" tanya Mas Ardi menatapku sendu."Aku tahu, Mas.""Kamu tahu siapa Leo sebenarnya?""Aku tahu.""Itu—""Nggak perlu sebut namanya, aku sudah tahu, Mas.""Kamu nggak marah?" tanyanya. Kali ini Mas Ardi yang menggenggam erat tanganku."Ya, marah, Mas.""Terus kalau marah, kenapa kamu bersikap seolah-olah nggak tahu apa-apa?""Gini, loh, Mas. Aku sudah pernah kecewa dan sakit hati sama kamu sebelumnya. Kamu berjanji akan mencintai aku, 'kan? Kamu berjanji nggak akan selingkuh lagi, 'kan? Tapi kamu mengulangi hal itu lagi. Kamu buat aku kecewa lagi. Ha
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status