All Chapters of Aku Mundur, Mas! : Chapter 11 - Chapter 20
84 Chapters
Bab 11
Pov AdamTak pernah terbayangkan olehku akan menjalani takdir seperti ini. Terpaksa menikahi wanita yang tak kucinta, bahkan baru bertemu saat ijab qobul. Aku menyetujui pernikahan ini karena paksaan abi dan Umi. Sungguh aku tak ingin menjadi anak durhaka karena melawan permintaan kedua orang tuaku. Ijab qobul berlangsung di ruang rawat inap di salah satu rumah sakit di kotaku. Tiara Aisyah Kurniawan wanita yang kini menjadi istriku. Ku akui dia memang cantik tapi tak akan menggantikan sosok Jesica di hatiku. Selesai ijab qobul,ayah Aisyah meninggal dunia. Tangis histeris dari wanita yang kini sah menjadi istriku memenuhi penjuru ruangan. Aku tau pasti sakit kehilangan seseorang yang kita cintai. Mungkin ini yang dia dan aku rasakan. Dia kehilangan sosok cinta pertamanya, dan aku kehilangan impian menikahi wanita yang ku cinta. *Hampir sepuluh hari usia pernikahan kami, tapi sampai detik ini aku belum pernah memberikan nafkah batin untuk Aisyah. Bukan karena aku tak tertarik denga
Read more
Kedatangan Umi dan Abi
Lagi-lagi keheningan menyelimuti perjalanan kami. Jarak yang tinggal beberapa kilo meter terasa sangat lama. Ponsel belum juga di kembalikan padaku. Tulisanku belum sempat ku simpan, awas saja kalau sampai hilang atau terhapus. Kebayangkan susah-susah merangkai kata, menjadikan tulisan itu hidup dan tinggal sedikit lagi selesai,tapi tiba-tiba hilang begitu saja. Sungguh aku akan membuat perhitungan padamu Mas Adam, jika tulisanku sampai hilang. Mobil berhenti di carport,segera aku keluar meninggalkan Mas Adam yang asih diam membisu. Memasuki rumah, segera aku mandi karena badan sudah lengket. Krucuuk ... krucuuk....Cacing di perut sudah meronta-ronta meminta haknya.Aku ingat, seharian baru memasukkan makanan satu kali saja, pantas saja aku sudah kelaparan begini. Tak butuh lama untuk memasak nasi goreng kesukaanku. Dua piring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya siap di santap. Tanpa menunggu Mas Adam, kumasukan nasi goreng ke dalam mulut. Tak perduli dia sudah makan atau
Read more
Terbongkar Atau Tidak
[MAS PULANG, SEKARANG!]Send... Pesan itu centang dua, tapi belum di baca juga. Mas Adam, kamu dimana? Satu menit, lima menit, hingga sepuluh menit Mas Adam masih tak membalas pesanku padahal sudah centang biru. Ah, beginilah nasibnya istri tak dianggap. Nah, kalau di pikir kenapa jadi aku yang takut? Bukankah Mas Adam yang harus takut. Kebohongan ini bermula darinya, maka dialah yang harus mengakhirinya. Entah bagaimana akhirnya hanya Allah yang tahu. ****"Diminum Abi, Umi." Kuletakkan dua cangkir teh hangat di atas meja. "Makasih ya Aisyah." Umi dan Abi mulai menyeruput teh hangat yang kubuatkan. "Adam di mana, kok gak keliatan?"Kutelan saliva,dan tangan ini memainkan ujung hijab yang kukenakan. Aku sendiri bingung mau menjawab apa. Jujur takut salah, diam lebih salah lagi. "Aisyah tidak tahu umi, tadi bilangnya cuman keluar sebentar."dustaku."Padahal hari libur, tapi justru pergi sendiri. Harusnya kamu diajak. pengantin baru kok di tinggal-tinggal, iya kan,Bi?" Umi menyen
Read more
Satu Kamar
Bohong itu seperti candu,sekali melakukan kebohongan seterusnya akan melakukan lagi dan lagi. Hingga suatu saat kebohongan itu terbongkar dengan sendirinya. Mungkin saat ini Mas Adam bernafas lega, tapi suatu saat bom itu akan meletus dan membakar sekelilingnya. Bila saat itu terjadi aku harus siap dengan segala hal buruknya. Mas Adam asyik bercengkrama bersama umi dan abi di ruang keluarga. Ada rasa sedih saat aku melihat pemandangan itu. Teringat kebersamaan aku dan ayah dulu. Semoga Ayah tenang di sana. Maafkan Aisyah belum sempat membahagiakan Ayah. Tak terasa bulir bening mengalir dari sudut netra.Berjalan perlahan menuju dapur, piring kotor bekas makan malam tadi sudah menumpuk di wastafel. Segera aku bereskan,karena aku ingin segera merebahkan badan di kasur empuk. "Umi, Abi, Aisyah ke kamar dulu ya.""Iya Aisyah..." jawab umi dan abi serempak. Perlahan kulangkahkan kaki menuju kamar tamu yang sekarang menjadi kamar pribadiku. Rasa lelah membuatku ingin segera masuk ke dal
Read more
Pov Adam
"Mas, Mas Adam, tolong..."Samar-samar terdengar suara Aisyah meminta tolong.Mata ini masih saja terpejam. Malas membuka mata dan melihat Aisyah tertawa puas karena bisa mengalahkanku.Aku masih kesal karena dengan curang Aisyah merebut kasur empukku. Harusnya aku yang tidur di ranjang, ini kan kamarku tapi kenapa dia yang berkuasa. Menyebalkan!"Mas, Mas Adam, aku gak bisa nafas!" panggil Aisyah lagi. Tapi kini suaranya melemah.Sudahlah tidak usah acting, aku tahu kamu cuman bersandiwara. Tapi saja masih segar bugar kok. Tapi kalau beneran gimana ya?"Bahaya kalau Aisyah kenapa-kenapa. Bisa habis di marahi Abi dan Umi," batinku.Segera kubuka mata. Lho, kenapa gelap? jangan-jangan mati lampu lagi. Kenapa juga mati lampu malam-malam begini pak PLN."Kamu di mana,Ais?" Aku berjalan perlahan sambil meraba kanan kiri, jangan sampai aku tersandung dan jatuh."Di si-ni Mas," jawabnya tersengal.Ada apa sebenarnya dengan Aisyah?Kenapa nafasnya tersengal seperti itu?Jangan-jangan dia saki
Read more
Bab 16
Kami duduk di kursi masing-masing. Sarapan kali ini Umi yang memasak. Sebenarnya sempat kularang, tapi beliau kekeh ingin memasak. Katanya rindu membuat sarapan untuk Mas Adam."Kok rapi banget Ais, mau ke mana?" Umi menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Maaf Umi, sebenarnya Aisyah sudah bekerja di butik satu bulan ini. Bosan di rumah sendirian,Mi,"dustaku. Sebenarnya alasan utama karena aku tak ingin terlalu bergantung dengan Mas Adam. Aku sendiri tak tahu sampai kapan aku bisa mengandalkan nafkah dari suamiku itu. Sedang rumah tangga ini belum jelas kemana arahnya. "Kenapa tidak bekerja di perusahaan Adam saja,Nak?" tanya Abi heran. "Aisyah tidak berbakat bekerja di perusahaan Mas Adam bisa, takutnya malah menyusahkan Mas Adam." Mas Adam terlihat tegang. Takut ya Mas, kalau aku keceplosan? "O, ya sudah, yang terpenting kamu nyaman dan tidak kelelahan. Umi dan abi ingin segera menimang cucu." ucap Umi. Uhuk... Uhuk... Aku dan Mas Adam tersedak secara bersamaan. Tengg
Read more
pengakuan Daniel
[Oke...]Akhirnya ku balas pesan dari Daniel. Entah apa yang terjadi selanjutnya aku tak ambil pusing. Jarum jam sudah menunjukkan angka dua belas. Sudah saatnya untuk makan siang. Segera ku sambar tas di atas meja. Berjalan perlahan meninggalkan ruang kerjaku. "Aisyah...!" suara yang satu bulan ini bersamaku di kantor ini. "Iya Bu, ada perlu dengan saya?""Bisa bicara sebentar?""Bisa Bu," aku berjalan memasuki ruang pemilik butik ini. "Ada perlu apa Bu?" tanyaku sambil menjatuhkan bobot tepat di kursi yang berhadapan dengannya. "Jangan panggil ibu, mbak saja.""Tapi Bu, itu tidak sopan.""Ini jam istirahat, aku bukan ibu kamu Aisyah.Kalau berdua panggil mbak saja. Mengerti Ais?""Iya Bu, eh mbak..."Mulut ini terasa kelu, bingung mau panggil apa? Bu atau mbak. Susah juga membiasakan memanggil mbak, karena terbiasa memanggil Bu. "Apa kamu ingin makan di luar bersama Daniel?" Ku naikkan sebelah alisku.Bingung, kenapa Bu Bella bisa tahu kalau aku akan makan siang bersama Daniel.
Read more
Jesica?
Uhuk ... uhuk...Apa-apaan ini? Kuminum jus jeruk yang ada di hadapanku.Perlahan ku atur nafas, berharap apa yang aku dengar barusan hanya salah saja. "Maksud kamu apa Dan?" "Aku mencintai kamu Ais, sejak pertama bertemu di rumah adam aku jatuh hati padamu. Apa aku salah mencintai kamu?"Kuatur lagi rasa yang tak menentu. Kenapa Daniel mencintai wanita yang sudah bersuami. Aku juga sih yang salah tak berkata jujur. Nah sekarang bingung kan mau ngomong apa! "Aku masih gak mengerti dengan ucapanmu tentang mengorbankan Tuhanmu, apa kamu...?" tak kulanjutkan ucapanku. Entah mengapa mulut ini terasa terkunci. "Iya, aku seorang nasrani Ais, dan aku mencintai wanita muslim. Dan itu kamu."DEG...! Jadi selama ini Daniel yang aku kenal berbeda keyakinan denganku. Ku pikir saat mbak Bella menjadi mualaf, Daniel pun juga sama. Ternyata tidak.Ya Robb, Kenapa jadi serumit ini? Apa ini maksud Mbak Bella untuk membantu Daniel. Ah, aku semakin tak mengerti! "Ais..."kutatap wajahnya tampann
Read more
Kejutan Dari Adam
Hari ini tepat empat bulan usia pernikahan kami. Hari demi hari Mas Adam mulai berubah menjadi sosok suami yang perhatian. Tapi entah kenapa aku belum bisa mempercayainya, mungkin karena kejadian tempo hari saat dia menyebut nama Jesica setelah kami selesai memadu kasih. Sakit rasanya suami menyebut nama wanita lain. Tapi ku coba berfikir positif, membuang segala prasangka buruk yang ada. Mungkin orang bilang aku wanita bodoh, menerima suami yang masih mencintai kekasihnya. Tapi bukankah semua orang punya masa lalu.Dan kini Mas Adam berjanji melupakannya dan merajut asa bersamaku. Tak ada salahnya kan memberi kesempatan? Selagi keduanya mau sama-sama berjuang mempertahankan mahligai pernikahan, maka tak ada alasan untuk berpisah bukan? **** Tumpukan berkas laporan kupelajari satu persatu. Banyak yang harus ku laporkan segera. Tok... Tok ... Tok.... "Masuk!" Aku masih asyik menatap layar komputer dan memasukan satu persatu data ke dalamnya. "Aisyah...." Suara yang dulu selalu
Read more
Bab20
Aku bersandar di tembok, menikmati sentuhan air dingin yang jatuh membasahi tubuh. Menangisi nasib yang terasa pahit. Biarlah kamar mandi menjadi saksi sakitnya sanubari. Kenapa Engkau begitu tak adil padaku? Apa salah diri ini? Hingga Engkau murka, dan memberikan ujian bertubi-tubi. Astaghfirullah... Aku beristighfar berkali-kali di dalam hati. Ampuni hamba karena telah berburuk sangka kepadaMu. Bukankah Allah tak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambanya. Mungkin bagi Engkau, aku masih mampu menjalani segala cobaan ini. Bukankah di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Terlalu lama di kamar mandi membuat tubuh ini menggigil kedinginan. Tak seharusnya aku menangisi bahkan menyiksa diriku sendiri. Kupakai baju tidur panjang dan segera merebahkan tubuh di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi tubuh. Belum sempat mata ini terpejam, suara ketukan pintu membuatku membuka mata kembali. dengan langkah gontai kubuka pintu kamar. Sepasang pengantin baru ber
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status