Share

Bab 11

Pov Adam

Tak pernah terbayangkan olehku akan menjalani takdir seperti ini. Terpaksa menikahi wanita yang tak kucinta, bahkan baru bertemu saat ijab qobul. Aku menyetujui pernikahan ini karena paksaan abi dan Umi. Sungguh aku tak ingin menjadi anak durhaka karena melawan permintaan kedua orang tuaku. 

Ijab qobul berlangsung di ruang rawat inap di salah satu rumah sakit di kotaku. Tiara Aisyah Kurniawan wanita yang kini menjadi istriku. Ku akui dia memang cantik tapi tak akan menggantikan sosok Jesica di hatiku. 

Selesai ijab qobul,ayah Aisyah meninggal dunia. Tangis histeris dari wanita yang kini sah menjadi istriku memenuhi penjuru ruangan. Aku tau pasti sakit kehilangan seseorang yang kita cintai. Mungkin ini yang dia dan aku rasakan. Dia kehilangan sosok cinta pertamanya, dan aku kehilangan impian menikahi wanita yang ku cinta. 

*

Hampir sepuluh hari usia pernikahan kami, tapi sampai detik ini aku belum pernah memberikan nafkah batin untuk Aisyah. Bukan karena aku tak tertarik dengan Aisyah. Mana ada lelaki normal menolak wanita secantik Aisyah. Hanya saja aku tak ingin membagi cinta dan tubuhku untuk wanita lain. Karena nama Jesica terpatri di sana. 

Aku memboyong Aisyah ke rumahku, dan meminta wanita berbulu mata lentik itu untuk tidur di kamar tamu. Semenjak itu Aisyah tak pernah melepas hijabnya walau hanya ada kami berdua di dalam rumah. 

Apa aku salah memperlakukannya? 

Aku tak ingin cinta hadir di antara aku dan Aisyah. Aku tak sanggup melihat Jesica menangis karena tahu aku telah menikah. Walau aku tahu, sampai kapanpun cinta kami tak akan bisa bersatu. Ada tembok pembatas yang sangat besar di antara kami, meski kami saling mencintai tapi perbedaan keyakinan membuat pembatas itu sulit untuk di hancurkan.

Aku memang tak terlalu paham ilmu agama, tapi sedikit banyak aku mengerti jika menikahi wanita non muslim, haram hukumnya. 

*****

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas, sebentar lagi waktunya makan siang. Entah kenapa sedari tadi pikiranku hanya tertuju pada Aisyah. Bukan, bukan karena aku mulai menyukainya. Tapi karena rasa bersalah yang merasuk kalbu. Aku tahu dia sakit hati melihat kedekatanku dengan Jesica semalam. Wanita mana yang rela melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain tepat di hadapannya. 

Saat keluar dari kamar, tak kutemui Aisyah di dapur atau di halaman belakang. Dia mengurung diri di dalam kamar, tak menemaniku sarapan seperti biasanya. Aku memang bersalah, pantas saja Aisyah marah padaku. Tapi walau dalam keadaan marah, Aisyah tetap menyelesaikan tugas-tugasnya. Sarapan telah tersaji di atas meja makan, rumah telah bersih dan rapi. Dia memang istri sholehah tapi tetap saja aku sama sekali tak menyukainya. 

"Bapak mau makan siang di luar atau mau saya pesankan?" tanya Lulu menyadarkanku dari lamunan. 

"Saya makan di luar saja.Kalau ada yang mencari saya tolong katakan saya sedang keluar sebentar." berjalan melewati sekertarisku itu. 

"Baik, Pak."

Kulajukan mobil dengan kecepatan tinggi, aku hanya ingin segera sampai rumah. Memastikan Aisyah telah makan dan baik-baik saja. 

Kuparkiran mobil di carport, berjalan menuju pintu depan. Ku putar knop pintu, terkunci. Jangan-jangan Aisyah pergi. Ah, tapi tak mungkin dia pergi tanpa meminta izin padaku. 

Pintu kuketuk berulang kali tapi tetap saja tak ada jawaban. Ingin membuka pintu, tapi aku tak membawa kunci duplikatnya. Aisyah, kamu menyebalkan sekali!

Merogohlsaku celanaku, mengambil benda pipih di dalamnya. Segera ku pencet dua belas digit,tersambung.

"Assalamu'alaikum..."ucap Aisyah di seberang sana. 

"Waalaikumsalam, kamu di mana Tiara Aisyah Kurniawan." 

"Em, ini di butik kakaknya Mas Daniel, kemarin aku ditawari pekerjaan di butik kakaknya.Kamu lupa Mas?"

"Siapa yang memberi izin kamu bekerja?"ucapku ketus. 

Bagaimana bisa dia bekerja tanpa meminta izin dariku. Seperti inikah sikap aslinya? Benar-benar membuatku naik darah. 

"Bukankah tempo hari Mas bilang, gak akan ikut campur masalah privasiku? Mas lupa?"ku telan saliva yang menempel di tenggorokan

"Aku tak mengizinkanmu bekerja, aku bisa memenuhi semua kebutuhanmu!" ucapku lantang. 

Bagaimana kalau abi dan umi tahu Aisyah bekerja, bisa disidang aku! 

Tidak, Aisyah tak boleh bekerja, apalagi bekerja di tempat Daniel. 

"Kalau aku tak boleh bekerja, maka akui aku sebagai istrimu!"ucapnya bagai cambuk. 

Aku memang tak mengakuinya sebagai istriku, tapi tetap saja tak seharusnya dia bekerja tanpa izin dariku. Harusnya dia bisa memposisikan dirinya sebagai seorang istri. Toh semalam dia biasa-biasa saja saat melihatku bermesraan dengan Jesica. Kenapa sekarang minta diakui sebagai istri? Tak mungkin aku melakukan itu, aku tak mau kehilangan Jesica. 

"Tidak bi..."belum sempat ku lanjutkan kata-kataku Aisyah sudah mematikan telepon sepihak. 

Argghhh... Menyebalkan! 

*****

"Kenapa kamu tak meminta izin padaku, Ais?" tanyaku saat kami lama terdiam. 

Dia hanya melirik sekilas lalu asyik dengan ponselnya lagi. Apa dia marah? Bukankah aku yang seharusnya marah karena dia tak meminta izin padaku, padahal aku suaminya. Keluar rumah saja seorang istri harus meminta izin pada suami apalagi untuk bekerja, jelas wajib hukumnya meminta izin dan ridho dari suami. 

"Aisyah.." Kunaikan nada bicaraku satu oktaf. Aisyah masih saja tak memperdulikanku. Lama-lama stres juga menghadapi istri macam dia! 

Kurampas ponselnya, seketika Aisyah marah. Menatapku dengan tatapan tajam. Salah sendiri tak mau menjawab petanyaanku. Dianggap apa aku ini? 

"Kamu apa-apaan sih Mas? tinggal sedikit selesai." tangannya berusaha mengambil ponsel. 

Kutepikan mobil, tak ingin hal buruk terjadi akibat perebutan ponsel ini.

"Jelaskan kenapa kamu tak meminta izin padaku?" kutatap tajam netranya. 

Aisyah menghembuskan nafas kasar, matanya menatapku tak suka. 

"Bukankah Mas sendiri yang bilang, tak akan mencampuri urusanku."

"Tapi bukan begitu caranya!"

"Oh, jadi Mas menginginkan,aku tetap menganggap  Mas layaknya seorang suami? Sedangkan Mas sendiri tak pernah menganggap aku seorang istri?" ucapannya sungguh bagaikan cambuk untukku. 

Begitu egoiskah diriku ini?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Muhammad Dahrul
menderita rasanya baca sdg menarik²nya tiba² koin hbis. alangkah genapnya penderitaan yg kuresapi perasaannya Aisyah ini Luuur lur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status