All Chapters of Istriku Berubah Pelit: Chapter 31 - Chapter 40
46 Chapters
Bab 31 Mulai Frustasi
Aku akan menggugatmu dan mengurus perceraian kita. Jangan persulit prosesnya kecuali jika kau sudah bosan hidup!" teriak Firda sebelum mengangkat kaki dari rumah ini. Wanita itu pergi begitu saja meninggalkan seisi rumah yang berantakan. Mbak Rima sepertinya pingsan sedangkan Ibu meringkuk ketakutan di bawah jendela.Beberapa tetangga meringsek masuk setelah kedua orang bertubuh besar itu keluar, disusul oleh mama dan Firda yang memindai angkuh wajah Ibuku karena shock dan ketakutan."Astaghfirullah, Rima! Ayo tolong angkat dia ke sofa," pekik Bu Fitri terkejut melihat kondisi Mbak Rima. Ada beberapa helai rambut yang berserakan di lantai akibat tarik menarik antara mama dan Mbak Rima tadi. Ia masih belum sadar karena benturan keras tadi."Bunda ... Bunda .... bangun, Bun!" Rayen menangis sambil memeluk ibunya. Rupanya ia turut menyaksikan kegaduhan di rumah ini tadi, namun karena takut, ia hanya mengintip dari pintu dapur. Sementara Lila -- anak tiri Mbak Rima dari Mas Andi baru mun
Read more
Bab 32 Rahasia Rima
POV Author Sudah lebih dari tiga hari Rima terbaring di rumah sakit namun Dokter masih belum mengizinkannya pulang. Pasca terbentur, ia mengalami pendarahan hebat namun untungnya janin muda di dalam rahimnya masih bisa diselamatkan.Namun, ia harus kembali menerima kenyataan bahwa janin itu tak bisa diselamatkan. Bukan karena benturan keras atau pun pendarahan, melainkan saat masa pemulihan, wanita bermulut pedas itu mengalami stress berat hingga mempengaruhi kesehatan janin yang sangat diharapkan kehadirannya selama lima tahun belakangan.Bu Rahma menatap sendu pada perut sang anak yang telah kosong. Harapannya untuk kembali memiliki cucu telah pupus begitu saja. Hatinya semakin sakit kala membayangkan ini kali kedua ia gagal memiliki cucu.Wanita paruh baya itu sama stress-nya dengan Rima. Mereka bukan hanya memikirkan kesedihan atas kehilangan sang jabang bayi, tapi kehilangan harapan untuk kembali hidup layak.Rima dirawat sebagai pasien umum di rumah sakit, semua orang tahu hal
Read more
Bab 33 Akmal yang Malang
POV AuthorDi dalam rumah bertingkat dua yang sudah mereka tempati selama hampir setengah bulan. Pasangan pengantin baru yang masih hangat-hangatnya itu baru saja terlelap di atas ranjang king size yang dihiasi ukiran model klasik bernuansa emas.Keduanya tertidur dalam posisi yang manis. Zulham--sang suami merangkul mesra tubuh sang istri yang hanya dibalut lingerie tipis berwarna merah.Keduanya sengaja untuk tak melakukan aktivitas malam sebagai suami istri, karena lelah setelah seharian pergi ke rumah sanak saudara."Drrtt drrtt drrrtt." Suara berisik antara gesekan ponsel dan nakas menimbulkan getaran yang kuat. Sehingga Arum-- sang istri terpaksa membuka mata meski kantuk masih betah melanda mata.Dengan hati-hati, ia memindahkan tangan kekar sang suami yang melingkar di pinggang rampingnya. Ia tak mau gerakannya yang tiba-tiba malah mengganggu tidur lelaki yang telah memberinya banyak kebahagiaan itu."Siapa yang nelpon malam-malam begini?" batinnya sebelum meraih ponsel mahal
Read more
Bab 34 Perjalanan Cinta Arum dan Zulham
Sudah selesai mandinya, Pak?" tanya Zulham setelah melihat Akmal keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Tetesan air dari ujung rambutnya membasahi lantai sehingga terasa lebih licin jika tak hati-hati melewatinya. Lelaki itu hanya mengangguk dengan tatapan dingin. Kemudian melengos begitu saja mengabaikan kehadiran orang yang telah berbaik hati mau menolongnya. Zulham mengekor di belakang, indra penciumannya tak lagi terganggu oleh bau keringat Akmal yang menyengat. Ia ingin berbincang sedikit lagi sebelum memutuskan untuk istirahat."Apa bapak sudah enakan?" celetuknya kembali berusaha menarik perhatian dari lelaki yang dulunya menyia-nyiakan istrinya demi wanita lain.Merasa tak mendapat respon yang pantas, Zulham pun menarik diri beberapa langkah dari posisinya yang hanya beberapa jengkal saja dari pandangan kosong Akmal. 'Mungkin ia lelah dan ingin istirahat!' batinnya sambil terus berpikir positif."Pak Akmal tidurlah di kamar ini, saya akan tidur di sofa saja
Read more
Bab 35 Menyembuhkan Akmal
"Kenapa, Rum?" tanya Bu Yanti saat menyadari Arum masih belum memejamkan mata. Mereka sedang berbaring bersisian di ranjang kamar tamu. Arum merasa kesepian tidur sendiri di kamarnya, sehingga ia turun dan memilih tidur bersama Bu Yanti."Perasaan Arum gak enak, Bu. Takut terjadi sesuatu dengan Mas Zulham."terang Arum lalu bangkit menuju jendela kamar ini, ia menyibak tirai tipis yang menjadi penghalang untuk melihat ke arah luar."Gak enak kenapa? Mereka pasti sudah tidur. Udahlah jangan dipikirin. Mana mungkin Akmal berbuat macam-macam dengan suamimu.""Tapi ... gimana kalau mas Akmal melakukan hal buruk pada mas Zulham?""Gak akan, percaya sama Ibu. Lagipula mana mungkin Akmal sanggup melawan tubuh kekar dan berotot suamimu. Kamu lihat 'kan tadi? Akmal sangat kurus, seperti orang yang gak pernah makan!" terang Bu Yanti untuk mengusir rasa takut yang bergelayut di pikiran Arum.Wanita berparas cantik itupun setuju. Ia memang menyadari perubahan drastis pada mantan suaminya. Selain
Read more
Bab 36 Nestapa Bu Rahma
"Di mana Akmal? Kenapa dia masih belum pulang juga?" ratap Bu Rahma dengan air mata yang terus mengucur dari sudut-sudut matanya.Sudah dua hari ini mereka di rumah, tapi tak pernah sekalipun melihat Akmal kembali. Bu Rahma dan Andi terpaksa memboyong Rima pulang ke rumah, karena mereka khawatir tak mampu membayar biaya rumah sakit yang kian hari kian bertambah. Lagipula, kesehatan Rima dirasa sudah membaik, sehingga ia hanya perlu beristirahat di rumah saja. Walaupun dokter melarang kepulangannya."Ibu mohon Andi, carilah dia. Ibu khawatir jika hal buruk menimpa Akmal," mohonnya pada sang menantu yang semakin hari kian menampakkan kebringasannya. Andi sering tiba-tiba marah tak jelas, lalu keluarlah berbagai jenis caci dan maki yang ditujukan pada keluarga Bu Rahma."Biarkan saja. Akmal sudah gil*. Jika pun dia kembali, hanya akan merusak barang-barang di rumah ini saja!" hardik Andi sengit, ia ingat betul bagaimana kondisi rumah ketika mereka kembali dari rumah sakit kemarin. Kurs
Read more
Bab 37 Ketahuan
Ingin rasanya ia akhiri hidupnya saat itu juga, agar segala penderitaan yang ia tanggung hilang bersamaan jasadnya yang terkubur berkalang tanah."Sudah, Bu jangan menangis terus. Aku capek dengar Ibu nangis," ucap Rima sambil menutupi kedua telinganya dengan telapak tangan. Baginya suara tangisan Bu Rahma seperti suara katak yang sedang berpesta ketika musim hujan. Sangat mengganggu."Gimana Ibu gak menangis, Rima? Jika adikmu belum pulang juga sampai hari ini!" balas Bu Rahma. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak air yang keluar dari matanya yang mulai rabun. Sebab sampai hari ini, Akmal sama sekali tak kelihatan batang hidungnya. Rima pun sudah mencari sebisanya, namun tak ada yang mengetahui keberadaan Akmal."Lupain dulu tentang Akmal, Bu. Masih ada hal yang lebih penting untuk dipikirkan. Ingat, Bu. Kita sudah dapat surat peringatan dari pihak Bank!" Rima memekik marah. Wanita yang tubuhnya tampak kurus itu menghempas sebuah amplop putih ke lantai. Dimana ia dan ibunya seda
Read more
Bab 38 Berpisah Juga
"Ampun, Mas, ampun. Aku bisa jelasin ini, Mas. Dengarkan aku dulu!" pekik Rima kesakitan sebab sang suami terus memberondongnya dengan tamparan dan pukulan keras."Kurang aj*r kamu, dasar istri durhaka. Aku tidak akan memaafkanmu Rima!" Murka Andi. Ia lantas berjongkok di hadapan sang istri lalu menjambak kuat rambut Rima hingga wanita itu merasa kulit kepalanya hendak lepas. Bukan hanya itu, satu tangan Andi kini menekan kuat rahang istrinya hingga bibirnya mengerucut ke depan dan Rima mulai kesulitan bernapas. Rima menangis, air matanya mengalir deras mengenai telapak tangan Andi. Tangannya mencoba mendorong tubuh sang suami, namun tenaganya kalah kuat. "Aduh sakit! Kamu kejam, Mas. Seharusnya kau dengarkan penjelasan ku dulu," mohon Rima dengan napas yang tersengal-sengal. Kini Andi sudah melepaskan cengkeramannya karena masih tersisa setitik rasa iba melihat istrinya itu tersiksa.Rima meringis, ia melihat beberapa helai rambutnya tertinggal di sela jemari sang suami. Tubuhnya p
Read more
Bab 39 Apa Tujuan Rima?
Andi pergi detik itu juga. Meninggalkan rumah yang sudah ia tinggali selama tujuh tahun lamanya. Bukan hanya Rima, ia sendiri tak menyangka jika rumah tangganya kandas untuk kedua kalinya. Istri pertama telah mengkhianati dan kedua telah berbuat curang.Kepalanya kembali mengorek tentang kenangan masa silam. Dimana ia merasakan patah hati akibat pengkhianatan dari wanita yang dicintainya. Risma-- ibu Lila telah tega bermain serong dengan pria lain yang merupakan tetangga mereka. Bodohnya ia tak pernah tahu jika hubungan keduanya telah berjalan lama.Hatinya hancur berkeping-keping, ia telah kehilangan separuh jiwanya. Rasa putus asa telah mengunci hatinya untuk wanita lain. Ia bertekad untuk tak lagi membina rumah tangga dengan wanita manapun. Lelaki malang itu tak kenal cinta, bahkan setia hanya seperti omong kosong baginya.Akan tetapi, kehadiran Rima telah mendobrak benteng pertahanannya. Tekadnya kalah dengan kecantikan dan ketulusan gadis itu. Ia menyerah, lalu dengan rendah hati
Read more
Bab 40 Hutang yang Tak Masuk Akal
Wanita yang tak diundang itu mulai berjalan mengitari ruangan berukuran 10 x 10 meter tersebut. Tangannya mulai celamitan menyentuh pernak-pernik mahal yang terpajang di meja. Ia berlagak lebih angkuh dari pemilik rumah itu sendiri.Rima kemudian berjalan menuju ruangan lain yang biasa digunakan Arum dan Zulham untuk bersantai. Ruangan itu dilengkapi dengan televisi digital berukuran besar dan sebuah bangku refleksi yang biasa digunakan Zulham untuk bersantai. Adapula sebuah lemari yang berisi koleksi Poto dan pajangan berbahan kristal."Gak perlu basa-basi, Mbak! Apa tujuanmu datang ke rumahku?" ujar Arum datar setelah hanya mereka berdua di ruangan itu. Sepertinya Rima memang tidak ingin pembicaraan mereka didengar orang lain.Arum berusaha tenang meskipun amarah mulai merangkak di dadanya, ia tak mau lagi bersikap baik pada wanita seperti Rima. Sudah terlalu dalam luka yang ia torehkan selama ini."Santai ... dong! Jangan marah-marah gitu," ledek Rima dengan senyum yang menjengkelk
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status