All Chapters of Terjebak Dua Hati: Chapter 11 - Chapter 20
122 Chapters
BAB 11 - Kebencian
Alana tahu Braden dan ibunya sedang membicarakan dirinya di kamar sebelah. Karena tidak ingin mendengar percakapan mereka, maka Alana masuk ke kamarnya sendiri. Dia tidak ingin tahu apa saja yang mereka katakan tentang dirinya.Sebelumnya dia sedang mengamati cuaca di luar yang begitu cerah. Hingga akhirnya dia setengah melamun dan pikirannya kembali ke saat-saat yang menyedihkan ketika dia harus meninggalkan rumah.Dia tidak tahu bahwa Braden datang. Pemuda itu berjalan tanpa suara dan tahu-tahu ada di sana. Dia hanya berharap pemuda itu tidak melihatnya menangis, karena bagi Alana hal itu sungguh memalukan.Dia bisa melihat betapa pemuda itu membencinya. Langsung terlihat dari sorot matanya begitu mereka diperkenalkan sebagai saudara tiri.Suara pintu dibuka dan ditutup terdengar dari kamar sebelah. Dan sesaat kemudian terdengar suara pintu dibuka dan ditutup lagi, kali ini dengan lebih keras. Braden pasti sedang kesal sampai harus membanting pintu.Hal itu hanya makin menambah ra
Read more
BAB 12 - Perdebatan
Semua perabot di ruangan itu bernuansa coklat gelap. Di satu sisi ruangan terdapat sebuah rak buku besar yang memenuhi dinding, dan di sisi seberangnya terdapat sebuah sofa kulit panjang berwarna hitam. Sedangkan bagian tengahnya didominasi oleh sebuah meja kerja besar dengan sebuah kursi di belakangnya.Steve duduk di ujung sofa dan mengisyaratkan pada putrinya yang masih berdiri untuk duduk di sebelahnya. Mereka sudah cukup lama tidak pernah duduk dan mengobrol bersama. Sehingga Alana merasa aneh berasa dalam situasi tersebut.Alana mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, dan pandangan matanya tertumbuk pada sebuah benda di atas meja. Sebuah foto berbingkai kayu yang menampilkan Steve muda dan Alana kecil.Alana merasa terharu, tidak menyangka Steve akan menyimpan foto itu. Foto di mana mereka berdua terlihat begitu bahagia dan saling mencintai, bukannya canggung layaknya orang asing seperti sekarang.“Apa rencana kamu sekarang, Lana?” Steve memulai pembicaraan. “Tadi kita tida
Read more
BAB 13 – Saudara yang Lain
Sebelumnya Alana hanya melihat sosok itu dalam foto. Juga cerita tentang dirinya yang dituturkan oleh semua orang di rumah. Adrian. Seorang pemuda yang baik dan menyenangkan, kata mereka. Sangat berbanding terbalik dengan Braden, adiknya.“Mbok ... Mbok pasti rindu aku, kan?” Tiba-tiba pemuda itu memeluk Mbok Ijah dari belakang yang datang dari dapur sambil membawa teko kaca berisi air putih.“Awas ini tumpah. Biar Mbok taruh ini dulu,” setelah Mbok Ijah menaruh teko di meja, pemuda itu langsung memeluk Mbok Ijah dengan bersemangat. Perempuan tua itu pun tidak kalah bersemangat dengan menjewer kedua pipi pemuda itu yang hanya tertawa-tawa diperlakukan demikian.“Lho, mas sudah pulang?” Mbak Murni, asisten rumah tangga satunya yang juga merupakan keponakan Mbok Ijah tidak mau ketinggalan.“Mbak, aku kangen sekali sama Mbak Murni,” jawab Adrian menggoda sambil memeluk wanita itu. Wanita itu hanya cengengesan.“Adrian,” Sherly datang setelah mendengar suara ribut-ribut di ruang makan.“M
Read more
BAB 14 – Diperlakukan Bagai Putri
Alana membuka lemari bajunya dan memilah deretan baju di gantungan. Kini lemarinya penuh, berkat Sherly yang membelikannya banyak sekali pakaian. Setelah menimbang beberapa saat, gadis itu mengeluarkan satu potong pakaian dan meletakkannya di atas tempat tidur.Akhir-akhir ini cuaca cerah cenderung panas. Jadi sebaiknya aku memilih pakaian yang nyaman.Alana memilih sebuah gaun merah sederhana tanpa lengan dengan bagian pinggul mengembang selutut. Sebagai padanannya dia memilih sepasang flatshoes berwarna putih dan tas kecil dengan warna senada.Adrian hanya akan mengajaknya makan dan jalan-jalan, tetapi entah mengapa Alana merasa senang sekali. Alana mematut dirinya di cermin lama, mencoba mengoreksi penampilannya yang sudah nyaris sempurna.Tok tok tok“Alana ... ”Rupanya Adrian sudah siap dan Alana bergegas membuka pintu.“Sudah siap untuk pergi?” Pemuda itu bersandar di ambang pintu dengan senyum menawannya. “Wow, kamu cantik sekali hari ini.”Pipi Alana merona mendengar pujian i
Read more
BAB 15 - Adik Perempuan
Adrian menarik tangan Alana untuk memasuki sebuah toko jam tangan dengan brand ternama. “Kakak mau membeli jam tangan?” tanya Alana. “Sudah ku bilang aku ingin membelikanmu sesuatu sebagai hadiah. Dan aku rasa semua orang membutuhkan jam tangan,” jawab Adrian. “Ada yang bisa saya bantu?” seorang pramuniaga cantik mendatangi mereka. “Kami mau melihat jam tangan wanita,” Jawab Adrian. “Mari, silakan. Di sebelah sini.” Mereka melihat-lihat berbagai model jam tangan wanita dengan sesekali si pramuniaga memberitahukan detail dan kelebihan dari masing-masing produk. “Apa ada yang kau suka?” tanya Adrian. “Ehm, entahlah. Aku bingung.” Banyaknya model dan pilihan membuat Alana sedikit bingung. “Apakah ada yang untuk pasangan?” tanya Adrian pada penjaga toko. “Kakak mau beli untuk siapa?” tanya Alana penasaran. “Tentu saja untukmu dan untukku.” “A-apa?” tanya Alana salah tingkah. “Sebagai tanda bahwa sekarang kita bersaudara.” Jawab Adrian dengan tersenyum bahagia. “Ya, saudara,”
Read more
BAB 16 – Bayangan yang Memenuhi Benak
Sesaat setelah kepergian Alana dan kakaknya, Braden melempar lap dengan kesal. Dia tidak tahu apa yang membuatnya kesal pagi itu. Beberapa hari terakhir moodnya benar-benar kacau. Itu pula alasan mengapa dia ada di rumah sekarang.Braden menjadi sangat menyebalkan jika sedang berada dalam suasana hati yang buruk. Dan kalau sudah seperti itu, biasanya teman-temannya akan menghindar sampai suasana hati pemuda itu kembali membaik.Dengan jengkel diambilnya lagi lap yang dia lempar sebelumnya. Lalu digosokkannya dengan keras pada body motor yang sebenarnya sudah mengkilap. Sebenarnya Braden masih butuh pelampiasan, tetapi kini setiap jengkal motor itu sudah sangat bersih. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.“Tumben kamu di rumah?” tanya Sherly pada putranya ketika melihat pemuda itu memasuki rumah.“Mama tidak suka aku di rumah?”“Bukan begitu. Kamu kan nyaris tidak pernah ada di rumah akhir-akhir ini. Sebenarnya kamu ke mana saja, sih? Mama kan jadi khawatir kalau kamu tidak pulang.” T
Read more
BAB 17 – Racun dan Kebencian
Pagi setelah sarapan Steve memanggil Alana ke ruang kerja. Dia sangat bahagia karena akhirnya bisa bersatu dengan putrinya setelah bertahun-tahun menunggu. Sangat berat bagi Steve harus berpisah dengan putri tunggalnya itu bertahun-tahun silam.Terlebih ketika mantan istrinya mempersulit komunikasi dan pertemuannya dengan Alana. Dia selalu mencoba bersabar dan mencari jalan keluar, tetapi tidak pernah berhasil. Dia juga tidak tahu apa saja yang Claudia cekokkan pada pikiran gadis itu.Karena makin lama hubungan Steve dan putrinya menjadi makin renggang. Dan Steve ingin memperbaiki hal itu. Dia tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Claudia, yang pasti itu sangat buruk jika Alana sampai kabur dan menemui dirinya.“Papa memanggilku?” tanpa dia sadari Alana sudah berdiri di ambang pintu.“Ya, masuklah. Ada yang ingin Papa bicarakan.”Alana duduk di sofa panjang, seperti biasa. Dan Steve berdiri dari meja kerjanya lalu duduk di samping Alana.“Mamamu menghubungi Papa. Sebenarnya dari se
Read more
BAB 18 – Awal Mula Masalah
Sudah dua minggu Alana tinggal bersama keluarga Papanya. Dan itu berarti sudah selama itu pula sejak dia meninggalkan rumah. Selama itu dia berusaha menyesuaikan diri dan beradaptasi. Alana bahkan sudah hafal dengan rutinitas masing-masing orang di rumah itu.Semua orang turun untuk sarapan pada pukul tujuh pagi, kecuali Braden yang terkadang bangun siang. Pukul setengah delapan Adrian dan Steve akan berangkat bekerja, karena kantor buka pada pukul delapan. Kadang mereka berangkat bersama, kadang juga sendiri-sendiri.Mereka menjalankan sebuah perusahaan pengolahan kayu, usaha yang Steve rintis bersama salah seorang rekan kerjanya, Anthony, yang merupakan mendiang suami Sherly.Setelah sarapan, kalau kebetulan bangun pagi, Braden juga biasanya akan langsung pergi entah ke mana. Sedangkan Sherly biasanya akan memeriksa keadaan dapur dan seluruh rumah. Membuat catatan resep, catatan belanja dan keuangan.Dia akan memastikan semua keadaan di rumah berjalan dengan baik. Dia juga sering se
Read more
BAB 19 – Mimpi Buruk
Alana berbalik dan mendapati mimpi buruknya menjelma di hadapannya. “A-aku ... ““Siapa yang mengizinkanmu masuk kemari?!” Braden menatapnya dengan penuh amarah.Alana tidak tahu mengapa pemuda itu selalu saja berjalan tanpa suara. Hal itu selalu saja membuatnya terkejut. Apalagi memang sebelumnya Alana dengan sengaja membiarkan pintu kamar tetap terbuka, sehingga Braden bisa masuk tanpa dia ketahui sebelumnya.“Dan siapa yang memperbolehkanmu menyentuh barang-barangku?” Braden menyambar bingkai foto yang masih dipegang oleh gadis itu. “Keluar dari kamarku!”“Maafkan aku.” Alana mencari-cari keranjang baju yang tadi dibawanya.“Ku bilang keluar! Keluar sekarang juga!” Kali ini Braden menarik lengan Alana dan mendorongnya keluar untuk kemudian membanting pintu menutup tepat di depan wajah gadis itu. Alana terbelalak ngeri dengan apa yang terjadi.Dia tidak menyangka Braden akan kembali secepat itu. Dan dia menyalahkan dirinya sendiri yang mempunyai rasa ingin tahu sehingga berada di k
Read more
BAB 20 – Keangkuhan Saudara Tiri
Braden mengancingkan resleting jaketnya dan menuruni tangga menuju lantai satu. Liburan telah berakhir dan dia harus kembali pada rutinitasnya sebagai mahasiswa. Braden mlirik jam tangannya. Pukul setengah sembilan pagi, masih satu jam sebelum kuliah dimulai.“Braden, tolong bawa Lana sekalian, ya. Pak Darmo sedang antar Om Steve ke bandara, jadi Lana tidak ada yang antar.” Kata Sherly yang tiba-tiba muncul.Pak Darmo adalah sopir di rumah itu, yang juga merangkap sebagai tukang kebun.“Dia kan bisa berangkat sendiri, Ma. Atau Mama saja yang antar,” jawab Braden.“Ya kan sekalian. Jadwal kuliah kalian kan sama hari ini. Tempat tujuan kalian juga sama. Jadi kenapa harus berangkat sendiri-sendiri? Lagi pula Lana kan masih baru di kota ini. Dia masih belum familier dengan jalanan di sini.”“Tidak bisa. Aku harus jemput teman.”“Teman yang mana? Jangan bohong kamu. Kamu kan tidak pernah jemput teman,” kata Sherly dengan tatapan menyelidik.“Aku tidak bohong, Ma. Untuk apa aku bohong?” Bra
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status