Lahat ng Kabanata ng ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!: Kabanata 11 - Kabanata 20
82 Kabanata
Damar dan Aruo
***Aku pergi ke kantor dengan perasaan yang tak dapat digambarkan."Pak!" Aku tersentak saat Sarah memanggil namaku."Ada apa?" tanyaku padanya."Katanya kau tidak hadir hari ini," ujarnya."Mau aku hadir atau tidak itu bukan urusanmu. Sekarang yang penting, kau kerjakan saja pekerjaan milikmu secepatnya!" tegasku."Baiklah, Pak. E+em kita ada pertemuan lagi hari ini," jawab Sarah pelan."Batalkan saja!" ucapku dingin."T-tapi, Pak!" Aku langsung menatapnya tajam sebelum saran berbicara terlalu panjang."Kamu tidak dengar apa yang saya perintahkan, hah!" bentakku padanya."B-baik, Pak. Akan saya lakukan," ujar Sarah lagi.Kegiatanku hanya melamun, melamun dan melamun.Tok! Tok! Tok!Pintu diketuk dari luar."Apalagi sih, Sarah! Sudah saya bilang kan tadi!!" bentakku.Pintu ruangan lalu terbuka dan menampilkan Aryo di sana dengan wajah menyebalkannya."Marah lu sama gue? Kayak anak kecil aje," ledeknya sambil berjalan mendekatiku.Aku lalu memgembuskan napas kasar, kupikir tadi adala
Magbasa pa
Ada Apa dengan Sarah?
"Astaga!! Kalian ngapain!" Sarah tiba-tiba muncul dari balik pintu dan berteriak dengan keras.Brugh!Aryo mendorongko hingga tubuhku mengenai dinding ruangan."Gue kayak gini bukan karena nggak care sama lo! Justru gue kayak gini biar rumah tangga lu baik-baik aja. Lu nggak tau kan, gimana jadi anak broken home. Hidup tanpa seorang Ayah! Dan gue nggak mau itu terjadi pada anak lu! Ngerti lu!" Jari telunjuk Aryo mengarah ke arahku.Dia merapikan bajunya yang sempat berantakan.Aku hanya terdiam sambil membersihkan darah yang mengalir dari sudut bibirku."Lu nggak tau rasanya kehilangan orang yang disayang! Nita itu anak yatim, dia cuma punya lu buat ngelindungin dia! Lu sendiri yang cerita ke gue kalo Ibu Nita udah berumur dan Nita nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini! Harusnya lu sebagai suami bisa membimbing dia, memberikan perlindungan terbaik buat dia! Lu nggak bakal ngerti rasanya jadi Nita dan gue, Mar, karena hidup lu penuh dengan kebahagiaan!" Aryo menepuk dadanya. Aku me
Magbasa pa
Perdebatan!
***Tok! Tok! Tok!Baru saja kupikirkan orang itu kembali lagi masuk ke dalam ruanganku."Ada apa lagi, Sarah?" tanyaku. Begitu pun Aryo pandangannya langsung beralih pada Sarah."Bu Nita ke mana, Pak?" Sarah mendekat dan tiba-tiba langsung bertanya seperti itu Aryo menyenggol lenganku. Mengisyaratkan agar aku cepat menyuruhnya pergi dari sini "Ada," jawabku singkat."Nita pergi dari rumah 'kan, Aku tadi sudah mendengar pembicaraan kaliaan. Benar, 'kan, pasti Nita pergi dari rumah?" tanyanya lagi yang membuatku ingin memasukkan tisu ke dalam mulutnya."Bukan urusanmu." Aku lalu memijat kepala yang mulai berdenyut."Saya bisa menemani Bapak malam ini, jika Bapak merasa kesepian," jawabnya yang membuat mataku membulat sempurna.Aryo tertawa. Aku menatapnya yang sedang menatap Sarah dari atas hingga bawah. "Kamu masih punya harga diri?" Pertanyaan Aryo seperti pedang yang menusuk.Sarah menatap Aryo tajam, lalu tersenyum miring."Kenapa? Toh saya dan Damar pernah menjalin hubungan. Bah
Magbasa pa
Pergi ke Kampung Halaman!
Pikiranku benar-benar tak karuan. Masalah datang silih berganti.Kubuku laci meja kerjaku. Di sana ada foto pernikahanku dan Nita.Nita nampak cantik dengan senyuman di raut wajahnya.Aku merasa aneh dengan diriku sendiri, kadang merasa sedih dengan kepergiannya. Namun kadang juga merasa marah, saat merasa ia menyebabkan masalah yang terjadi dalam kehidupanku."Apa gue ke rumah ibunya Nita aja, ya," ucapku berpikir keras sambil mengetuk daguku."Tapi dari rumahku ke kampung halaman Nita itu jauh banget, perlu waktu berjam-jam untuk sampai ke sana," gumamku lagi."Ya udah deh nggak papa, yang penting gue bisa nemuin Nita." Lagi, aku bergumam sendiri.Setelah itu aku bergegas untuk pulang terlebih dahulu. Dan bersiap-siap untuk pergi ke kampung halaman Nita.****Aku membunyikan bel rumah.Klek!Pintu terbuka, menampilkan Mpok Wati dengan raut wajahnya yang tak lagi menampakkan senyum kebahagiaan."Assalamualaikum, Mpok!" salamku.Mpok Wati sempat tertegun saat aku mengucap salam.Aku a
Magbasa pa
Gombalan Buaya!
****"Jauh nggak dari rumah lu?" tanya Aryo saat kami sedang dalam perjalanan."Lumayan, butuh waktu sekitar sepuluh jam-an buat sampai ke kampung Nita," jawabku masih fokus dengan jalan di depan."Lumayan juga ya," sahutnya pelan."Lu tau darimana gue mau ke kampung halaman Nita." Aku meliriknya sebentar lalu kembali fokus terhadap jalanan yang lenggang.Aryo sempat terdiam menikmati musik yang kumainkan."Nggak sengaja dengar waktu gue mau pergi dari kantor lu," jawab Aryo. Ia lalu bersenandung kecil, sambil memejamkan matanya."Oh begitu, berarti tadi lu nggak langsung pulang gitu?" tanyaku padanya."Semarah apapun gue sama lu yang namanya sahabat bakalan selalu ada di dalam suka maupun duka, paham lu," tuturnya tanpa menatapku.Aku terdiam mendengarnya. Kami berdua lalu fokus dengan pikiran masing-masing. Aku memikirkan Nita, sedangkan Aryo tertidur.Setelah empat jam perjalanan, aku menghentikan mobil di pinggir jalan dekat warung soto."Kenapa berhenti?" tanya Aryo padaku. Ia ce
Magbasa pa
Bingung!
Gadis itu hanya menanggapi dengan senyuman, lalu gegas pergi ke belakang lagi."Tapi kalo bisa dicepatin ya, itu kayaknya juga udah jadi," ucap Aryo lagi yang membuatku semakin malu.Kami sekarang menjadi perhatian di warung ini. Bisik-bisik mereka pun terdengar di telinga."Nggak pernah makan di warung kecil kali ya.""Kayaknya sih orang kaya.""Banyak duitnya, pantes aja kayak orang bingung beli makan di sini. Pantes aja sih kalo kelihatan kayak orang baru ya mukanya.""Tapi cakep tau, bolehlah satu buat aku."Aku membenarkan baju yang terasa semakin sesak di badan. Argh! Aryo ini benar-benar!Dan masih banyak lagi pembicaraan lainnya yang terdengar di telinga."Aryo, plis! Jangan malu-maluin oke," ucapku penuh penekanan."Apaan sih, gue kan cuma menyarankan buat dia, gue udah lapar ini. Emang salah?" tanya Aryo.Aku hanya bisa mengembuskan napas kasar.Tak berapa lama akhirnya makanan pun sudah jadi dan langsung diantarkan ke meja kami berdua, aku dan Aryo makan dengan lahap karena
Magbasa pa
Merindukanmu!
"Nita ke mana, nggak ikut kamu kah?"Deg!Pertanyaan Ibu membuatku diam membeku. Jika Nita tidak ada di sini, lalu ke mana perginya dia, batinku. Perasaan khawatir tiba-tiba menyeruak begitu saja.Aryo menyenggol lenganku pelan. Sedangkan Ibu menatapku dengan raut wajah bingung."Nita nggak ikut Nak Damar?" tanya Ibu sekali lagi.Bibirku terasa terkunci oleh pertanyaan Ibu."Damar!" sentak Aryo."Nita nggak ikut, Bu. Dia kan lagi hamil, jadi nggak bisa ikut jauh-jauh," ucapku mencoba setenang mungkin. Raut wajah Ibu langsung berubah. "Oh begitu, bener juga sih, Nak. Apalagi Nita kan lagi hamil besar, jadi nggak boleh ke sana kemari dulu." Aku bernapas lega, karena Ibu tak curiga denganku. Ibu tersenyum. Senyumannya sangat mirip dengan Nita.Ah, lagi-lagi wajah Nita melintas di pikiranku."Ayo masuk ke dalam rumah dulu, sudah tengah malam. Takut dikira maling." Ibu lalu membukakan pintu lebar, dan mempersilakan kami untuk masuk lebih dulu ke dalam rumah. "Oh iya, Bu, terima kasih ya
Magbasa pa
Ternyata Ibu Sudah tau!
****Aku terbangun karena sinar matahari yang masuk dari celah jendela kamar Nita.Kukucek mata serta meregangkan seluruh otot tubuh, lalu setelah itu berjalan ke luar kamar."Ibu mau ke mana?" tanyaku padanya yang sudah bersiap ingin berangkat. Padahal menurutku ini masih sangat pagi "Mau ke sawah, Nak. Lihat tanaman Ibu," jawab Ibu lembut."Lho, Ibu masih kerja. Damar kan udah bilang, nggak usah kerja. Biar Damar aja yang kirimkan uang buat Ibu." Aku mencoba melarangnya untuk pergi."Nggak papa, Nak. Ibu kalo di rumah suka cape, tapi kalo berkebun rasanya tubuh Ibu lebih sehat. Sekalian nanti mau nyari tukang buat perbaiki dapur Ibu, ada yang bocor soalnya," ujar Ibu."Biar Damar aja yang panggilin, Ibu kasih tau aja alamatnya di mana atau mau langsung di renovasi aja rumah Ibu?" tanyaku padanya yang langsung mendapatkan gelengan."Jangan! Ini rumah peninggalan bapaknya Nita, Ibu nggak mau ada yang berubah. Soalnya cuma rumah ini satu-satunya kenangan dari Bapak." Aku melihat raut
Magbasa pa
Frustasi!
"Video itu ... video itu tersebar dan Ibu sudah melihatnya," ucap Ibu. Ibu memejamkan mata, tapi air mata menetes membasahi wajah keriputnya.Video apa? Pikirku.Astaga!Aku baru ingat video saat Nita terjatuh dan aku tak menolongnya."I-itu ...." Ibu mendongak dapat kulihat sorot matanya yang kecewa.Aku benar-benar terdiam tanpa bicara sekarang. Rasanya tubuhku tak ada lagi pondasi yang bisa membantunya tetap berdiri."Maaf, Bu," jawabku singkat."Selamat pagi!" Suara Aryo memecah ketegangan yang sempat terjadi di antara aku dan Ibu."Pagi, Nak." Kulihat Ibu mengusap air matanya. Ia lalu tersenyum ramah menatap Aryo."Ibu masuk dulu, ya. Oh, ya terima kasih ya Nak Damar," ucap Ibu padaku.Aku lalu mengangguk sambil tersenyum canggung."Ngomong apa kalian tadi barusan?" tanya Aryo padaku."Video itu," ucapku."Video apa?"Aku lalu cepat menggelengkan kepala.Belum selesai masalah satu, hadir lagi masalah lainnya."Ayo bantu aku buat benerin genteng rumah Ibu," ucapku pada Aryo."Bene
Magbasa pa
Hampir Celaka!
Aku memukul stir mobil berkali-kali."Woy, woy! Sadar woy, kita lagi di jalan. Gua masih pengen hidup, gila!" bentak Aryo padaku."Gue pusing, bang***!!! Argh, Nita ke mana sih! Bisa gila gua lama-lama!" teriakku penuh emosi."Belum lagi gue harus berhadapan sama bokap nyokap!!! Pengen mati rasanya gua!" teriakku lagi di dalam mobil.Aku menambah kecepatan mobil."Stop, Mar. Lu nggak bisa kayak gini, sama aja lu lari dalam masalah! Bunuh diri nggak bakalan nyelesain masalah, Mar! Istighfar lu, Anj**!" teriak Aryo yang berpegangan erat pada pengamannya."Jangan ngelakuin hal konyol yang bisa membahayakan nyawa lu sendiri! Ini bukan cara yang bener okey!" Aryo mencoba menenangkanku.Aku yang sudah terlanjur emosi tak peduli dengan ucapannya.Ciiiitttttt!!!Aku mengerem mobil secara mendadak. Hampir saja mobil ini menabrak pembatas jalan.Hening terjadi beberapa saat di antara kami berdua, aku mengusap wajah dengan kasar. Ke kampung ini berniat menemukan Nita, tapi apa yang kudapat. Koso
Magbasa pa
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status