Semua Bab Aku Istri yang Tidak Dianggap: Bab 41 - Bab 50
106 Bab
Bab 41 | Bertemu
“Bohong pasti, kan?” ucap Safeea, seraya mengurai pelukan mereka, dengan sabar Essa menghapus sisa – sisa air mata yang ada di wajah sendu Safeea, merapikan rambutnya yang kusut dengan penuh kelembuatan.Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada sepasang mata yang menyaksikan kemesraan mereka di balik pintu apartemen Tiara, sepasang mata yang merasakan cemburu, meski dirinya bukanlah siapa – siapa bagi seorang Safeea.==================================Yuda memilih meninggalkan apartemen milik sepupunya tersebut, membawa asa nya yang harus dia kubur, bahkan sebelum hatinya yakin tentang perasaanny sendiri. Sejak pertemuan mereka di café kala itu, sebenarnya Yuda sudah memilki rasa, namun ditahannya, karena belum mengetahui status Safeea seperti apa.Namun, peristiwa tiga hari lalu, saat dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan, bagaimana rapuhnya Safeea, hatinya bertekad untuk melindungi serta menjaganya, membalas segala air mata dan kepedihan yang dialaminya dengan kebahagiaan. Tapi
Baca selengkapnya
Bab 42 | Kehilangan
“Silakan selesaikan masalah kalian berdua, kami permisi duluan,” ucap Safeea, beranjak dari kursinya, namun kutahan hingga dia tidak bisa kemana – mana. Rupanya hal yang kulakukan memancing reaksi dari Adelya, dia marah dan mendorong Safeea hingga perutnya terbentur ujung meja.Safeea mengerang memegang perutnya yang terbentur, Adelya seakan tidak peduli dengan yang dia lakukan, menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya pergi meninggalkan Safeea bersama Adriyan dan Tiara. Aku berbalik arah, saat dengan jelas telingaku menangkap teriakan Tiara, yang mengatakan jika darah keluar dari dalam dress yang Safeea kenakan. Astaga, ada apa dengan Safeea?==================================POV Author Adriyan menggendong tubuh Safeea, yang masih mengerang merasakan sakit yang teramat di bagian perutnya, berlari menuju keluar mall, untuk mencari taksi yang sudah siap berangkat, sedangkan Tiara di mintanya mengambil mobilnya yang diparkir di basement mall dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Baca selengkapnya
Bab 43 | Menerima Kenyataan
Tidak mau harga diriku terus diinjak, aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan rawat Safeea, membiarkannya tenang terlebih dahulu, karena sungguh, akupun perlu menenangkan diriku dari kejadian ini, kehilangan anak yang bahkan belum lahir, cukup membuatku terpukul.Aku keluar ruangan, mencari keberadaan Adelya yang tadi kutinggalkan sendiri di sini, namun kemana dia? Apa sudah pulang duluan? Ah bisa kacau kalau dia sampai pulang ke rumah orang tuanya lagi dan mengadu kepada mereka. Bisa hancur karier dan perusahaan yang susah payah bapakku bangun. Aku harus mencarinya.==================================Aku bernafas lega saat melihat Adelya ada di lobby rumah sakit, menarik tangannya untuk mengikutiku masuk ke dalam mobil, sebelum dia pergi ke rumah orang tuanya. Adelya sempat berontak, membuat kami menjadi sumber perhatian karenanya. Namun aku tidak menyerah, berusaha meyakinkan untuk ikut kepadaku.“Buat apa aku ikut sama kamu, Mar? bukankah kamu tidak peduli sama aku?” “Aku bukan
Baca selengkapnya
Bab 44 | Mengharap Safeea
“Zah, kamu di dalam?” suara Mas Essa terdengar setelah ketukan kedua pada pintu kamar mandi.“I-iya, Mas, sebentar!”Setelah membersihkan bagian dalam diriku dan mencuci tangan, aku membuka pintu kamar mandi, melangkah keluar untuk mengadapi kenyataan, jika aku telah gagal menjadi calon ibu.==================================Di depan pintu sudah ada Mas Essa dan Tiara yang menungguku dengan wajah cemas, usahaku untuk berusaha baik – baik saja nyatanya gagal, aku menubruk Tiara, memeluknya dan menangis hingga sesak. Aku tidak baik – baik saja, hatiku sakit, fisik dan psikisku lelah, aku terlalu lemah mengahadapi semua ini.Tiara membawaku ke ranjang, mendudukanku dengan perlahan, memeluk tubuh ringkihku, sedangkan Mas Essa duduk di kursi depan ranjang, mengusap –usap lembut pergelangan tanganku. Aku bersyukur memiliki mereka berdua, karena tidak satupun yang menekanku dengan pertanyaan penyebabku kembali drop seperti ini.Mereka hanya mendengarkanku menangis, seraya terus memelukku, m
Baca selengkapnya
Bab 45 | Apa yang Ditutupi?
“Mbak, kasihan Saf jika harus dikorbankan lagi di sini, biarlah, nanti kita cari jalan keluarnya, Farhan enggak setuju kalau Safeea mbak minta untuk merawat Damar. Mereka sudah mau cerai, proses sidang perdana mereka akan di gelar pekan depan,”Ucapan Farhan bagai sembilu yang menembus jantung hatinya, bagaimana tidak, dirinya tidak menyangka jika Safeea benar – benar serius menggugat cerai anaknya. Walaupun dirinya sadar, jika kelakuan Damar memang sudah keterlaluan, namun, kondisinya saat ini Damar membutuhkannya untuk merawat dirinya.“Baiklah kalau kamu tidak mau membantu mbak, Han, biar mbak cari sendiri di mana Safeea dan membawanya ke sini,” ==================================Farhan tidak dapat berkata apa – apa lagi, dirinya sadar, jika semua hal buruk yang menimpa diri Safeea atas perlakuan Damar dan keluarganya, ada andil dirinya juga di sana, yang tidak memberitaukan kebenaran yang terjadi, antara kakak iparnya, Aldian dan juga Safeea. Andai saja dirinya dapat membujuk Al
Baca selengkapnya
Bab 46 | Tugas
“Memangnya mau telpon siapa, sih? mas Iyan? Nih pake hp gue aja,” sahutnya, seraya memberikan ponsel miliknya kepadaku.“Ra, gue minta handphone gue, bukan handphone lu, ini ada apa, sih? ada yang lu tutupi dari gue, ya?”“Hah? Eng – gak, kok, Saf! Beneran,” ucapnya ragu, aku dapat melihat jika Tiara tengah menutupi sesuatu dariku, tapi apa? =================================“Ra, kalau ada yang mau lu infoin ke gue, kasih tau aja! Gue oke, kok, fisik gue sudah baikan sekarang,” aku mencoba memancing Tiara, karena aku yakin ada yang sedang dirinya tutupi.“Benar, Saf, gue enggak nyembunyiin apapun dari lu, gue nahan handphone lu, cuma biar lu bisa fokus recovery sama kondisi lu dulu, enggak lebih. Lagi pula urusan lu di RS baik – baik aja, enggak ada masalah berarti, om Fadly ngasih lu waktu buat lu nenangin diri, bahkan kalau lu mau nambah libur lagi dia ijinin,” aku semakin curiga, Tiara memang seorang pengacara, selalu bersikap tenang menghadapi tekanan lawannya, namun jika dengank
Baca selengkapnya
Bab 47 | Penolakan
Sekalian tolong dokter pantau keadaan pasien Damar, dokter bisa mengeceknya tiap satu atau dua jam sekali untuk memastikan keadaannya tetap stabil,” Safeea tersentak dengan penuturan Dokter Fadly, bathinnya mengatakan, dari sekian banyak dokter di rumah sakit ini, mengapa bisa Dokter Fadly yang kedapatan untuk merawat mereka berdua? Hal tersebut tentunya, menyeret dirinya untuk ikut mendapat tugas merawat mereka, karena Dokter Fadly berstatus sebagai konselennya. ‘Semangat Safeea! Kamu pasti bisa, bersikaplah biasa saja! Hargai dirimu dan jangan biarkan orang lain menyakiti dan merendahkanmu lagi! Safeea terus mengulang – ulang kalimat afirmasi tersebut, mengingat segala pesan Tiara yang dia ucapkan sebelum mengantarnya dinas. Hal tersebut dirinya lakukan agar menancap di alam bawah sadarnya.=================================Selesai memberikan briefing kepada Safeea, Dokter Fadly pamit pulang ke rumahnya, sebenarnya masih ada yang ingin dia konfirmasi, terutama mengenai hubungan k
Baca selengkapnya
Bab 48 | Kejutan Untuk Tiara
“Cukup, Bu! Lupain aja masalah ini! Saf akan merawat mas Damar, tapi hanya saat di rumah sakit ini aja, karena itu tugas Saf sebagai dokter, tapi untuk selebihnya, Saf mohon maaf, karena tidak mau ikut campur dengan urusan mas Damar lagi. Safeea permisi dulu, Bu, masih banyak tugas yang harus Saf kerjakan,” tandasku mengakhiri percakapan yang melelahkan ini bersama mertuaku, ah maksudnya calon mantan ibu mertuaku.Bergegas aku beranjak dari kursiku, menatap sekilas pada Om Farhan, kemudian pergi meninggalkan mereka, meninggalkan masa lalu yang harus ku kubur bersama segala kenangan buruknya. Aku pasti bisa, tak akan kubiarkan lagi orang lain mengambil keuntungan dengan cara mencurangiku, memanfaatkan kelemahanku yang selalu tidak enakan pada orang lain.=================================Aku kembali menemui teman – temanku yang sudah menunggu di lorong depan kamar rawat, berjalan santai belagak tidak terjadi apapun, demi menghindari tatapan – tatapan penasaran dan menyeledik dari mata
Baca selengkapnya
Bab 49 | Hanya Tinggal Sisa
“Kamu senang?” tanya Dhanis, sesaat setelah melepas pelukan erat Tiara.“Senang banget!! Aku kangen ih!” lucu sekali, hanya dengan Dhanis, Tiara bisa bersikap manja seperti ini. Biasanya Tiara akan bersikap garang dan menyebalkan.“Sudah – sudah, ada anak kecil, mesra – mesraannya nanti lagi!” tegur Pak Yuda, membuatku ikut tertawa mendengarnya. Ah, andaikan ada mas Essa di sini, pasti akan lebih seru. Eh kok aku malah keingetan mas Esaa?=================================Ting[Lagi di mana, Zah? Aku lihat story WA nya Tiara kalian lagi makan di luar?] sebuah pesan dari Mas Essa masuk ke dalam ponselku, aku yang sedang di toilet restoran memilih langsung menelponnya.“Ya, Zah, kamu di mana?”“Di Mall, sama Tiara, Mas Dhanis, Pak Yuda dan Ameera,”“SepupunyA Tiara yang kamu ceritain tempo hari?”“Hu’um,”“Kok enggak ngabarin aku, sih? aku kan mau juga ikutan hang out bareng kalian,” “Tadi dadakan, Mas, tau – tau Tiara jemput aku di RS, eh taunya mau diajakin nonton sama mereka, sekali
Baca selengkapnya
Bab 50 | Bangun
Aku tidak main – main dengan yang barusan ku katakan, jika hubunganku dengan Mas Damar memang benar – benar sudah selesai, walaupun rasaku belum usai, namun kupastikan ini hanyalah tinggal sisa – sisa saja. Karena bagian besarmya, sudah pergi bersama janinku yang keluar.“Mau apa kamu, Saf? Saya tidak rela kamu menangani Damar di dalam!” tanganku di cekal Adelya, tepat di saat aku akan memasuki ruangan Damar.=================================Aku terkejut dengan yang Adelya lakukan, bingung mengapa dirinya ada di sini? Bukankah seharusnya dia berada di kamar rawatnya untuk mempulihkan keadaannya setelah operasi pemasangan pen kemarin siang?Jika ingin mengikuti ego, tentu aku dengan senang hati mengikuti ucapan Adelya, untuk tidak ikut menangani mas Damar. Namun aku tidak bisa egis, aku sudah disumpah untuk menjalankan tugas apapun kondisinya dan siapapun yang membutuhkan pertolongan dariku. Tidak bisa pilih – pilih, lakukan apa yang ada didepan mata.“Maaf, Mbak, saya hanya menjalanka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status