Semua Bab Setelah Dua Belas Tahun Pernikahan: Bab 31 - Bab 40
67 Bab
31. Perpisahan Sesungguhnya
Dila menyusul Pak Ari keluar rumah. Sama seperti lelaki itu, iapun sangat terhenyak dengan kehadiran Wisnu.Tapi, tidak sama halnya dengan Ari dan Dila, Wisnu justru begitu cemburu mengetahui Ari bahkan sampai masuk ke rumah ibu mertuanya.Rasa itu seketika ingin menuntunnya untuk pergi, tapi karena mengingat tujuan utama adalah ingin bicara dengan Dila di depan ibu mertua, terpaksa lelaki itu menyimpan rasa cemburunya serapat mungkin.Di hadapan, Pak Ari memilih mengesampingkan diri hingga Wisnu bisa menatap mantan istrinya tanpa halangan. Tapi ternyata, anak-anak yang juga ikut keluar seketika berhamburan begitu melihat papanya ada di depan rumah.Dalam rangkulan papanya, mereka tampak bahagia, terlebih Hamid yang merasa begitu senang dengan kehadiran sang ayah sebelum akhirnya akan menetap di pesantren."Maaf ya, Papa baru bisa datang sekarang.""Nggak papa, Pa. Papa mau ikut ngantar Hamid 'kan?"Wisnu terdiam sejenak tapi detik berikutnya ia mengangguk dan mengusap kepala sulungny
Baca selengkapnya
32. Nasib Buruk Dita dan Wisnu
Satu bulan kemudian ...Aku menarik napas lega, hari ini palu ceraiku dari Mas Wisnu dijatuhkan pengadilan agama. Bahagia? Mungkin jika dilihat dari pandangan manusia, iya aku bahagia. Tapi di dalam sini, masih berusaha untuk menemukan kebahagiaan yang sempurna.Bagaimana tidak, membangun rumah tangga belasan tahun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi untuk melepas hanya dalam waktu satu bulan selesai. Rasanya tak adil, tapi inilah pilihan.Selama persidangan, dua kali pengadilan membuka jalur mediasi, kedua kalinya Mas Wisnu tidak hadir. Kupikir ini adalah salah satu keinginanku yang dipenuhi lelaki itu, yaitu mempermudah proses perceraian.Langkah ini kini menuruni tangga hingga sampai di halaman pengadilan agama. Dalam sidang ini aku tidak mengajak siapapun, kecuali Mama dan Fanya. Pak Raka pun tak tahu pasti, sebab aku hanya permisi dengan alasan kurang sehat.Meski kututup rapat, tapi ada beberapa yang sudah mendapatkan informasi perihal perceraian ini. Hingga menjadi s
Baca selengkapnya
33. Penolakan Anak-Anak
Setelah menimbang dengan sangat baik, akhirnya aku beranikan diri menemui Mas Raka dan menyampaikan keinginan diri ini."Jadi benaran kamu mau resign?"Suara Mas Raka terdengar berat. Kuanggukkan kepala menjawab pertanyaan tersebut."Tapi kenapa, Dil?""Aku ingin pindah ke Surabaya Mas, tinggal bersama Mama di sana. Untuk seterusnya mau buka usaha produksi hijab."Wajah Mas Raka menyiratkan kekecewaan. Dia tampak menarik napas berat."Aku tak mungkin menahan apa yang sudah menjadi keinginanmu, Dila.""Terima kasih Mas, atas pengertiannya. Kalau begitu saya langsung pamit.""Tunggu sebentar, Dila."Tubuhku yang sudah bangkit, kini kududukkan kembali."Aku minta waktumu sebentar saja."Aku mengangguk."Dila, mungkin ini terkesan begitu buru-buru, tapi sungguh aku takut kehilangan kesempatan untuk mengutarakannya. Seperti dahulu aku kehilangan kesempatan untuk meminangmu sebab kamu terlebih dahulu dipinang Wisnu."Wajahku seketika memandangnya."Dan saat ini, aku tak ingin lagi kecolonga
Baca selengkapnya
34. Ketakutan Wisnu
"Ada apa ini?"Mataku segera tertuju pada Mas Wisnu. Dan betapa terkejutnya diri ini ketika menatap Dita pun ada di sini?Kenapa Mas Wisnu tak memberitahu jika dia datang tak sendirian?Aku mencoba menarik napas panjang."Faro kenapa nangis, Nak?""Tadi Tante itu mau ngasih mainan ke kita, Ma. Terus aku nggak mau nerima. Jadi mainan sama Faro pun aku kembalikan."Wajahku kembali menatap Dita yang tampak bergeming."Kenapa kamu nggak mau menerima pemberian Tante ini, Nak?""Tante ini jahat, Ma. Dia yang udah membuat Papa pergi dari rumah kita."Jantung ini menyentak mendengar ucapan Safia. Bagaimana mungkin kata-kata itu bisa keluar dari mulut bocah yang baru duduk di kelas tiga SD?""Tante tidak pernah merebut Papa kamu, Nak. Kamu salah paham."Dita mencoba membela diri. Sedang Mas Wisnu terlihat begitu menyesal. Aku tak akan membela Dita, sebab jelas kebenarannya dialah yang sudah membuat suamiku pergi."Aku minta kamu pergi, Dit.""Apa?"Dia tercengang, tak ingin perduli. Wajah kual
Baca selengkapnya
35. Perubahan Wisnu
"Oke selesai, Mbak."Kania sang fotografer memberitahu padaku bahwa pemotretan hari ini selesai."Alhamdulillah, bagaimana Mbak hasilnya?""Bagus, padahal Mbak Dila bukan model ya, tapi hanya butuh waktu sebentar, hasilnya langsung keren. Mbak Laras pasti seneng ini.""Masya Allah, benar Mbak? makasih banyak, ya.""Sama-sama. Oya, pemotretan selanjutnya In Syaa Allah akan kita laksanakan lusa. Mbak ada kendala nggak?""In Syaa Allah bisa Mbak. Tapi tempatnya dimana?""Kata Mbak Laras di kawasan Jakarta aja, biar gampang.""Oke saya siap, Mbak.""Oke, yaudah aku pamit duluan ya.""Hati-hati, Mbak."Selepas kepergian Mbak Kania, aku segera menuju ruang ganti pakaian. Tas yang kutitip pada Lusi segera kuambil balik."Oya Mbak, tadi ada yang nelpon tanyain Mbak namanya Wisnu."Diri terhenyak mendengar apa yang dikatakan Lusi, kenapa lagi Mas Wisnu menelpon?"Mbak bilang saya lagi pemotretan?""Iya, Mbak.""Oh yaudah, makasih ya Mbak."Aku segera berpamitan padanya, sampai di parkiran sebe
Baca selengkapnya
36. Bicara Empat Mata
Sudah lima hari aku berada di Kalimantan, menemani Dita mengurus dua muka ruko yang sudah dipindahkan hak kepemilikan oleh saudara iparnya. Semua karena Dita tak hati-hati, ia menscan tanda tangan lalu mengirim kepada asisten kepercayaannya untuk proses pembelian barang dalam jumlah besar. Tapi ternyata lelaki yang sangat dipercayai Dita itu telah berkhianat. Ia lah yang sudah membantu keluarga ipar dengan menyalahgunakan tanda tangan Dita.Kini satu-satunya harta yang dimiliki Dita hanyalah rumah yang diwasiatkan kepada sang anak. Tapi nahas, Zacky terkena tipu rayu sang nenek hingga mau ikut tinggal bersama mereka. Dita kehilangan dua hal sekaligus dalam hidupnya, harta dan anak terkasih.Kutarik selimut menutupi tubuh istri keduaku itu, sudah dua harga dia dirawat di rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang begitu lemah. Ia kelelahan mengurus kesana kemari demi bisa mengembalikan harta milik.Juga mengalami stress hebat karena merasa sangat kehilangan sesuatu yang paling ia cintai,
Baca selengkapnya
37. Sepenggal Kisah Usai Enam Tahun Berpisah
Terima kasih atas keinginan baik Bapak ini, tapi maaf Pak. Untuk saat ini, saya hanya ingin fokus merawat tiga buah hati. Tidak terlintas sedikitpun keinginan untuk menikah kembali. Maaf ...."Pak Ari masih bergeming, hal itu menuntut Dila untuk kembali membuka suara."Saya juga tidak ingin memberi tangguhkan waktu pada Bapak, karena sangat paham kondisi Pak Ari seperti apa. Jadi sekali lagi saya minta maaf, Pak."Pak Ari terdengar menghela napas berat,jika menilik dari raut wajah, dia sungguh sangat kecewa. Dengan mengumpulkan segenap keridhaan, lelaki itu akhirnya menjawab."Saya menghargai keputusan Ibu Dila. Siapaun dan kapanpun, semoga Ibu selalu mendapat yang terbaik.""Aamiinn, makasih Pak Ari doanya.""Kalau begitu saya pamit pulang, Bu."Dila mengangguk dan bangkit mengantar Pak Ari hingga di ujung teras. Lelaki itu terus berjalan tanpa menoleh dan akhirnya menaiki mobil serta menghilang dari pandangan. Entah kenapa ada rasa lega yang menyeruak dalam hati Dila, bahwa ia sud
Baca selengkapnya
38. Curhat Wisnu
Enam tahun tak terasa terlalui begitu cepat. Aku dan anak-anak kini sudah menetap di Surabaya, Alhamdulillah diri sudah punya usaha mandiri yang bergerak dalam produksi hijab dan gamis syar'i bermerek, yang bahkan sudah mempunyai reseller hampir di setiap provinsi seluruh Indonesia.Hari ini adalah hari wisuda Hamid yang artinya putra sulungku akan kembali menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, sebelum melepas para santrinya, ponpes Gontor terlebih dahulu akan menempatkan lulusan mereka di berbagai PMDG untuk menempuh masa pengabdian selama satu tahun. Alhamdulillah, Hamid ditempatkan di PMDG Ponorogo.Harusnya hari ini adalah hari penuh bahagia, tapi semua berubah menjadi menegangkan ketika tahu Mas Wisnu mengalami kecelakaan. Tak menunggu lama setelah wisuda selesai, Hamid langsung mengajakku menjenguk Papanya.Kami bertanya pada bagian resepsionis tentang keberadaan Mas Wisnu. Setelah tahu ruangannya, langkah kembali terangkat. Hamid membuka pintu ruangan, lalu s
Baca selengkapnya
39. Gugatan Cerai dari Dita
Dita menyapu air mata yang mengalir di kedua pipi. Hari ini dia beranikan diri untuk mengunjungi seorang pengacara guna meminta didampingi dalam mengajukan gugatan cerainya pada Wisnu. Dengan perasaan hancur ia menceritakan semua keluhan dan alasan dia ingin menggugat cerai suaminya."Apa Ibu punya bukti bahwa suami Ibu berselingkuh dan berniat untuk berpoligami?"Dita menyerahkan ponselnya, screenshot bukti transfer yang dilakukan Wisnu kepada seorang wanita atas nama Hayya kini ia perlihatkan pada sang pengacara."Ini wanita yang Ibu curigai ingin merebut suami Ibu?"Wanita itu mengangguk pelan, sebenarnya melangkah sejauh ini tanpa sepengetahuan Wisnu adalah sebuah pukulan berat untuknya. Tapi sungguh, setelah kehilangan harta dan anak, dia tak kuat jika harus menanggung sakitnya berbagi cinta dengan wanita lain. Apalagi kondisinya saat ini, dialah penyebab Wisnu ingin menikah lagi. Karena ketidakmampuannya untuk hamil dan memberi keturunan.Dita menarik napas berat. Ada sekelumi
Baca selengkapnya
40. Penyesalan Dita
Memilih meninggalkan Wisnu, Dila duduk di sebuah kursi yang menghadap ke taman. Tak lama azan dhuhur berkumandang, wanita itu memutuskan menelpon Hamid dan mengabarkan jika dirinya sudah pergi ke mushalla untuk menunaikan shalat dhuhur.Sedang di ruangannya, Wisnu menanti Dila kembali. Tiba-tiba pintu terketuk, wajahnya sedikit bmemancarkan kebahagiaan berharap yang datang itu adalah mantan istri ternyata ..."Assalamualaikum Pak Wisnu."Dokter yang menanganinya tadi pagi memberi salam."Waalaikum salam. Mari masuk Pak Dokter."Lelaki dengan name tag Farhan itu tersenyum dan melangkah lebih dalam. Hanya berselang menit Hamid, Faro dan Safia juga tampak memasuki kamar."Assalamualaikum, Papa.""Waalaikum salam."Mereka segera berlahan ke sisi kiri, sebab perawat dan dokter berdiri di sisi kanan. "Bagaimana keadaan Pak Wisnu sekarang, bekas jahitan di pelipis masih terasa perih, Pak?"Dokter Farhan bertanya pada Wisnu. Hamid, Safia dan Faro menyimak."Alhamdulillah sudah enakan Dok, pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status