All Chapters of Saat Istri Pertama Datang ke Acara Pesta Bayi Suaminya: Chapter 21 - Chapter 30
30 Chapters
Karma untuk Erika
Seminggu telah berlalu saat Saras memilih untuk sedikit menghindar dari Bima, karena Sintia pernah memberinya peringatan untuk tidak mendekati Bima. Jujur, Saras sendiri merasa tidak yakin dengan perasaan yang pernah Bima utarakan. Beruntung Saras tidak terburu-buru untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. "Ada apa lagi sih." Saras sedikit kesal saat melihat jika Sinta kembali menelpon, padahal baru saja mereka berbicara lewat sambungan telepon, dan sekarang sudah menelponnya lagi. [Assalamu'alaikum, halo ada apa][Wa'alaikumsalam, Saras apa kita bisa bertemu hari ini juga][Sintia maaf ya, tapi hari ini aku sibuk. Aku fi kantor banyak banget kerjaan][Jadi kamu tidak ada waktu sebentar untuk kita bertemu][Iya, maaf. Ya sudah aku masih banyak kerja, assalamu'alaikum]Tanpa menunggu jawaban dari Sintia, Saras langsung menutup sambungan teleponnya, perlahan Saras memijit pelipisnya yang sedikit pusing. Bukan hanya urusan kantor saja yang harus ia pikirkan tetapi juga dengan ur
Read more
Menjadi Buronan
Kini Erika sudah dibawa ke rumah sakit, Rayyan yang mendengar kabar tersebut dengan segera menyusulnya. Kondisi Erika cukup parah, bahkan dokter mengatakan jika Erika mengalami lumpuh permanen, karena hampir semua saraf mati. Jujur, Rayyan sempat terkejut mendengar kenyataan itu. "Yang sabar ya, kamu harus kuat, ini ujian yang harus kamu dan tante Erika hadapi," ucap Roby seraya menepuk pundak Rayyan. Walaupun Roby tahu seperti apa kelakuan mereka, tetapi ia masih punya rasa kasihan. Terlebih mereka adalah saudara. "Terima kasih, maaf jika sering merepotkan kamu," sahut Rayyan. Ia benar-benar bingung, apa yang harus Rayyan lakukan untuk ke depannya. Untuk biaya rumah sakit saja Rayyan tidak tahu harus membayarnya dengan apa. "Bagaimana ini, aku sama sekali tidak ada uang untuk biaya rumah sakit mama." Rayyan membatin, otaknya berusaha untuk mencari solusi, tetapi justru bayang-bayang saat menodai Sintia yang terlintas. "Roby, aku mau keluar sebentar. Aku titip mama ya," ucap Rayya
Read more
Sintia Mati Kutu
"Saras bangun, Saras." Dengan raut wajah panik, Rayyan terus berusaha untuk membangunkan mantan istrinya itu. Namun Saras sama sekali tidak meresponnya. Selang berapa menit, Dila datang. Wanita itu cukup terkejut saat melihat Rayyan, tetapi pandangan matanya beralih pada Saras yang tak sadarkan diri. Melihat itu, Dila menjadi panik, terlebih saat melihat hidung Saras yang kembali mengeluarkan darah. "Astagfirullah, Saras. Saras bangun, Rayyan Saras kenapa?" tanya Dila dengan panik, ia juga berusaha untuk membangunkan Saras, tetapi sahabatnya itu tetap tidak meresponnya. "Aku tidak tahu, tadi katanya kepalanya pusing," jawab Rayyan. Seketika Dila terdiam, ini bukan untuk yang pertama kali Saras mengeluh kepala pusing. Dila pernah menyarankan untuk ke dokter tetapi Saras menolaknya. "Rayyan kita bawa ke rumah sakit, ayo." Dila menyarankan untuk membawa Saras ke rumah sakit, dengan segera Rayyan mengangkat tubuh mantan istrinya itu dan membawanya ke mobil. Rayyan membaringkan tubuh
Read more
Terancam Masuk Penjara
"Sekarang aku tanya pada kalian, kalian lebih percaya dia atau saya?" tanya Saras pada semua karyawan yang berkumpul. Mendadak suasana menjadi hening, para karyawan saling lirik dan berbisik. Sedetik kemudian mereka bersuara, jika mereka lebih percaya dengan Saras. "Kami lebih percaya dengan, Ibu Saras. Karena kami tahu betul pribadi, Ibu Saras seperti apa," ucap salah satu karyawan yang mungkin sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan milik Saras. "Benar, Ibu Saras tidak mungkin melakukan hal di luar batas," timpal seorang karyawan satunya. Mendengar itu, Sintia bertambah geram, usahanya benar-benar gagal. Malu itu yang kini Sintia rasakan, karena rencana untuk menjatuhkan Saras, justru berbalik pada dirinya. "Kamu dengar sendiri bukan, masih mau lanjut atau mundur pelan-pelan?" tanya Saras dengan senyum mengejek. Terlihat jelas jika Sintia bukan hanya menahan rasa malu, tapi juga rasa kesal serta amarah. "Baik, kali ini kamu boleh menang, tapi ingat satu hal. Mantan suamimu it
Read more
Pengorbanan Rayyan
"Bima, kenapa kamu diam saja." Dyah berjalan menghampiri Bima, ia cukup kesal saat melihat calon tunangan putrinya yang seperti tidak peduli terhadap Sintia. "Kalau Sintia memang tidak bersalah, pasti nanti akan dibebaskan. Jadi, Tante tidak perlu khawatir seperti itu, dan satu lagi. Sintia tidak akan berurusan dengan polisi kalau memang dia tidak bersalah," ungkap Bima. "Apa yang dikatakan Bima itu benar, lebih baik sekarang kita ke kantor polisi saja untuk mengetahui lebih lanjut." Rahma, ibunda Bima menimpali. Tanpa banyak bicara, kini mereka memutuskan untuk ke kantor polisi. "Sintia, apa yang kamu lakukan. Kamu tidak akan pernah berurusan dengan polisi kalau memang tidak membuat ulah." Bima membatin, kini mereka sudah dalam perjalanan menuju ke kantor polisi. Entah kenapa perasaan Bima biasa saja saat melihat Sintia ditangkap polisi. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, kini mereka tiba di kantor polisi. Bahkan kini mereka sudah berada di dalam, polisi sedang
Read more
Kepergian Rayyan
Satu jam kemudian, kini Saras sudah berada di ruang rawat, saat ini Irma dan Dila yang sedang menemaninya. Sementara Bima dan Roby tengah bersama dengan Rayyan, beruntung kondisi Rayyan sudah stabil, hanya butuh istirahat yang cukup agar segera pulih. "Rayyan terima kasih, aku tidak tahu harus ngomong apa lagi. Kamu sudah menyelamatkan hidup Saras," ucap Bima. Sementara Rayyan hanya mengangguk, ia merasa berguna, walaupun apa yang Rayyan lakukan tidak akan sebanding dengan luka yang pernah ditorehkan kepada Saras. "Tolong jaga Saras," ucap Rayyan dengan suara lemah. Sejujurnya ia ingin melihat Saras untuk yang terakhir kalinya, tapi Rayyan sudah bersumpah. Bahwa ia hanya akan melihat mantan istrinya itu saat menikah dengan Bima nanti. "Mas, apa kamu tidak ingin melihat Saras?" tanya Roby. Walaupun Rayyan pernah berbuat jahat, tapi Roby kini sudah memaafkannya. Begitu juga dengan yang lain, mereka telah memaafkan kesalahan Rayyan. Rayyan menggeleng. "Aku akan melihat Saras saat dia
Read more
Dalang dibalik Fitnah
"Siapa perempuan ini, kenapa tiba-tiba datang ke sini," batin Bima. Ia sama sekali tidak mengenal perempuan yang kini sudah berdiri di hadapannya itu. Apa mungkin itu kerabat istrinya, Saras. Tapi rasanya tidak mungkin, karena karena Saras tidak pernah bercerita apapun. "Siapa kamu, dan ada urusan apa kamu datang ke sini?" tanya Rahma. Ia merasa jika wanita hamil itu tidak beres, karena setahu Rahma, putranya itu tidak pernah melakukan hal di luar batas. "Saya datang ke sini untuk meminta pertanggung jawaban dari anak, Tante." Wanita hamil itu berucap seraya menunjuk ke arah Bima. Seketika pandangan mereka tertuju pada Bima, begitu juga dengan Saras. Bima tetap diam dan bersikap tenang, karena memang apa yang dituduhkan padanya itu tidak benar. Kenal saja tidak, apa lagi sampai berbuat hal di luar batas, itu rasanya tidak mungkin. Bima melirik wanita yang baru saja sah menjadi istrinya, ada rasa khawatir jika sampai Saras termakan omongan yang tidak nyata itu. "Maaf, tapi saya tid
Read more
Dua Garis Merah
"Ok, kalau begitu kita langsung datangi Dian dan juga tante Dyah, kita ajak mereka untuk ketemu lalu tunjukkan video ini," ungkap Bima. Ia ingin masalah itu cepat selesai, dengan begitu tidak ada lagi yang menggangu ketentraman mereka nantinya. "Sayang kamu ikut kan?" tanya Bima seraya menoleh ke arah istrinya, sementara itu Saras hanya mengangguk. "Ya sudah langsung sekarang saja atau kapan?" tanya Dody. Ia khawatir akan mengganggu pengantin baru. "Sekarang saja, lebih cepat jauh lebih baik," jawab Bima. Jika dibiarkan terlalu lama nanti mereka keburu membuat rencana lagi. Karena orang seperti Sintia tidak akan tinggal diam jika usahanya belum ada yang berhasil. "Ya sudah, kasihan kalian. Seharusnya lagi asyik mikirin mau honeymoon ke mana, eh ini malah ngurusin masalah," ujar Dody, mendengar itu Bima hanya tersenyum. Jujur, apa yang dikatakan Dody memang ada benarnya juga, itu sebabnya Bima ingin secepatnya masalah yang kini menimpanya segera selesai. Setelah itu mereka bergega
Read more
Ngidam Atau Menyiksa
"Itu suara mama," batin Bima."Kami di ruang makan, Ma." Bima berteriak, setelah itu ia melanjutkan niatnya untuk melihat hasil tes yang baru saja istrinya itu lakukan. Dengan hati berdebar, Bima membuka benda pipih yang di tangannya. "Dua garis, itu artinya Saras hamil. Sayang kamu hamil." Bima menatap wajah ayu istrinya itu. Saras hanya mengangguk, seketika Bima menarik tubuh istrinya dan memeluknya dengan erat. Bahkan Bima juga menghujani Saras dengan kecupan, tak lupa juga ucapan terima kasih. "Terima kasih ya, Sayang. Sebentar lagi kita akan jadi orang tua." Bima mencium kening Saras dengan lembut, setelah itu ia membingkai wajah istrinya, saat hendak mendekatkan bibirnya, tiba-tiba suara ibunya mengagetkan mereka. "Ehem, ehem, mentang-mentang udah sah." Rahma berdehem, mendengar itu reflek Bima melepaskan tangannya lalu menoleh. Sementara Saras menunduk karena malu. "Ish, Mama. Oya, Ma kami punya kejutan." Bima menyerahkan test peck tersebut kepada ibunya. Seketika Rahma men
Read more
Hadirnya Malaikat Kecil
Waktu terus bergulir, kini usia kandungan Saras sudah memasuki bulan sembilan, mereka tinggal menunggu hari saja. Kini Bima tengah menikmati perannya sebagai seorang suami dan calon ayah, butuh ekstra kesabaran dalam menghadapi sikap istrinya yang berubah-ubah. Tak jarang, Bima harus mempunyai stok kesabaran yang cukup banyak. Seperti malam ini, saat Bima tengah sibuk dengan pekerjaannya. Saras terus saja mengganggunya, entah itu meminta di pijit kakinya, dan masih banyak lagi. Beruntung, Bima termasuk orang yang penyabar, tetapi orang juga mempunyai batas kesabaran. "Sudah ya, aku selesein kerjaan dulu, biar nanti tinggal nemenin kamu tidur," ujar Bima seraya bangkit dari duduknya. Jika terus berada di samping istrinya pekerjaan yang menumpuk tidak akan pernah selesai. "Tapi jangan lama-lama," sahut Saras. "Iya, nggak lama kok." Bima mencolek hidung istrinya. Setelah itu ia beranjak menuju meja kerjanya. Baru saja Bima menjatuhkan bobotnya di kursi, tiba-tiba Saras sudah memangg
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status