Semua Bab Halo, Kisah Lama Belum Kelar!: Bab 101 - Bab 110
125 Bab
101. Girl From Nowhere
Kalau kalian berharap ada drama teriak-teriak atau menangis sesegukan yang dilakukan seorang fresh grad lulusan sekolah luar negeri ternama seperti Selena, tolong jangan terlalu kecewa. Pada kenyataannya, gadis itu bahkan terlalu malu untuk menunjukkan emosi ataupun sedikitpun pembelaan. Semua terlalu jelas dan dia tidak mau melakukan apapun yang nantinya hanya akan membuatnya semakin dibenci oleh Dipta Hadi. Selama dia masih bisa keluar dari sini hidup-hidup, maka itu sudah cukup. Tanpa banyak basa- basi, Selena segera mengemasi seluruh barang- barangnya dan harus mengubur hidup- hidup impiannya untuk menjadi Staf PR Senior The Royals. Apa boleh buat? Gadis bernetra hazel itu bahkan belum tiga bulan bekerja, tapi harus didepak tanpa rasa hormat begini. Apalagi masalah yang dia munculkan bukanlah hal sepele.Sebelum keluar ruangan, Selena sempat menatap Dinara sepersekian detik. Entah bagaimana cara membaca makna tatapan itu karena saat ini pikiran Dinara benar- benar kosong. Me
Baca selengkapnya
102.Pengacara
Pagi hari ini alam super segar terasa dalam nuansa yang berbeda. Sekarang baru pukul enam pagi, waktu yang sama seperti hari- hari biasanya Dinara bangun. Gadis yang baru saja membuka mata setelah berkelana dalam mimpi itu segera bangkit dari ranjangnya. Mengambil botol air diatas meja dan meneguknya perlahan sembari mengamati pemandangan diluar—sang surya naik perlahan malu-malu. Tak lama, mungkin hanya sekitar lima belas detik dan gadis itu tak mau terjebak suasana melankolis lebih dulu, maka ia bergegas masuk kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Hari ini dia resmi menyandang status sebagai seorang pengangguran. Yap, rasanya seperti ada yang hilang dari rutinitas Dinara. Tapi dia tahu, hidup akan terus berlanjut. Setelah ini dia juga harus bersiap menghadapi tantangan- tantangan baru dalam hidup. Maka dari itu Dinara memilih untuk sebisa mungkin tetap produktif. Pagi ini dia sudah punya agenda penting. Ia harus olahraga. Pilates bolong- bolong, jogging pagi jarang karena tidak
Baca selengkapnya
103. N*****x and….
Entah karena merasa tak punya kegiatan lain atau memang sebenarnya rindu tak terbendung, Dinara nyatanya sudah sampai apartment Sandi pukul 16.00. Dia sudah membeli beragam bahan makanan untuk nantinya dia masak.Janji yang disepakati sebenarnya pukul 16.30, tapi rupanya Dinara punya pikiran lain. Dia ingin memberi kejutan pada sang kekasih. Semuanya berjalan mulus, gadis itu bahkan sudah berhasil masuk ruangan Sandi berkat kata sandi yang sama sekali tak diganti itu. Setelah berkeliling sidak dadakan dengan memastikan kebersihan disana, Dinara mulai menyusun bahan makanannya di kulkas. Syukur Sandi ternyata cukup bisa menjaga kebersihan tempat tinggalnya. Dinara mulai menyiapkan bahan-bahan masakan lebih awal. Hanya sekedar memotong dan mencuci plus menyiapkan semuanya sesuai porsi sehingga nanti saat Sandi sampai, barulah dia akan memasaknya. Kenapa? Soalnya Sandi lebih suka makanan yang disajikan hangat-hangat. Karena tak punya kegiatan lain, Dinara pada akhirnya memilih untuk m
Baca selengkapnya
104. Nginep
Ada yang berbeda dari malam di apartmen Sandi Arsena malam ini. Ternyata benar, keberadaan satu orang saja bisa benar-benar merubah suasana secara keseluruhan. Dinara Jeandra sepertinya menarik syahdu untuk mengitari ruangan ini sekarang. Sandi akan selalu menggoda Dinara dengan meminta sang gadis untuk menginap atau sebaliknya. Tapi dia tak pernah tahu bahwa rasanya akan sekaget ini saat berbalik mendengar itu langsung dari mulut sang kekasih. “Kamu keberatan kalau aku nginep disini?” Sebuah pertanyaan sederhana yang biasanya justru dia pancing lebih dulu. Dia tentu senang, tapi dilain hal juga merasa khawatir. Bagaimana kalau dia dipengaruhi setan lain dan melakukan sesuatu yang nantinya akan dia sesali? Berada terlalu dekat dengan Dinara kadang-kadang membuatnya kehilangan akal sehat. Tapi dia juga tak suka ide tentang Dinara berkendara menembus jalan raya selama satu jam lebih sendirian malam-malam begini. Apalagi kabar dari Dikta yang mengatakan bahwa ada beberapa temannya ya
Baca selengkapnya
105. Surprise!
“Kok kamu tidur di sofa?” Bangun pagi dan menemukan dirinya berbaring sendirian di ranjang. Setelah dicari, Sandi Arsena ternyata tidur di sofa ruang tamu. Dinara mengerutkan kening, kemarin Sandi Arsena adalah orang yang menawarkan solusi untuk keduanya tidur di ranjang yang sama. Tapi mengapa pada akhirnya dia justru tidur di sofa?“Kamu marah sama aku?” Cecar Dinara lagi saat akhirnya Sandi mengucek pelan matanya. Lelaki itu masih menyesuaikan cahaya yang masuk dan juga berupaya mengumpulkan nyawa. Tak paham dengan konteks Dinara, Sandi hanya bisa diam sembari menatap gadis yang masih mengenakan kaos miliknya itu. Sandi perlu sekitar dua puluh detik untuk mengumpulkan kembali serpihan memori, tentang mengapa dia berakhir di sofa pada akhirnya. Menilik tubuhnya yang shirtless, Sandi ingat perdebatan terakhir mereka kemarin adalah karena Dinara tak nyaman dengan keadaan Sandi tidur secara shirtless disebelahnya. “Kan kamu sendiri yang bilang gak mau tidur sama aku kalau aku masih
Baca selengkapnya
106. Postingan Story I*
“Kalau gue jadi lo sih udah pasti gue gampar duluan! Ngapain tuh cewek ganjen pagi-pagi nyamperin pacar orang di apartemen?!” Kiran nampak jadi yang paling tersulut emosi. Bukan hanya dia sebenarnya, hampir semua orang di meja pun mengangguki perkataan bar-bar tersebut kali ini. “Jangan terlalu naif, Nar! Lo harusnya sadar kalau si nenek lampir itu jelas punya maksud tersendiri! Ngapain cobak dateng pagi-pagi bawain makanan dan ngajakin ngobrol cuma berdua gitu? Ngajakinnya di depan pacar si cowo pula! Udah geser sih itu otaknya kalau kata gue!” Julie membubuhi. Dinara hanya bisa menghela nafas pelan. Respon teman- temannya seolah menjadi semacam cambukan baru buat dirinya yang sudah diterpa kegalauan tiga hari belakangan. Pagi itu usai dia menyiapkan sarapan, pagi indahnya bersama Sandi harus terganggu dan justru tiba- tiba saja berubah drastis. Dinara masih ingat bagaimana manisnya mereka berdua saat tinggal semalaman, tapi semuanya tiba- tiba saja menjadi super aneh baginya. Ke
Baca selengkapnya
107. Aku Minta Maaf
Lelah mengitari mall dari ujung ke ujung, gerombolan gadis yang memutuskan hedon di hari yang cerah ini serempak beristirahat di salah satu food court. Belanja sepertinya memang sebuah solusi untuk meredam stres sebentar, meskipun pada akhirnya kening jadi sedikit berdenyut kala diam-diam memeriksa saldo via m-banking.Tidak semua tentunya, jelas tidak berlaku untuk Vivianne si sultan sejak dalam kandungan. Tapi biarlah sesekali begini. Toh kedok self reward plus belanja bersama seperti ini tak bisa sering- sering dilakukan.Lama keheningan mengisi mereka sebelum akhirnya celetukan Kanaya membuat empat pasang mata disana membelalak kaget. “Gue pingin bikin tattoo deh!” Serempak semuanya melebarkan telinganya lalu mengusap kembali seakan habis mendengar bisikan gaib.“W-wait, gue gak salah denger, kan?” celetuk Kiran yang bangkit lebih dulu dan menempeli Kanaya dengan dramatis. Kanaya berdecak malas, “gue pengen bikin tatto!” tegasnya lagi. Yang benar saja? Si polos Kanaya ingin m
Baca selengkapnya
108. (Mantan) Calon Adik Ipar
“Nar, lo baik-baik aja?” Kiran tak heran kalau Dinara tak banyak bicara, hanya saja diamnya Dinara kali ini juga disertai raut dingin yang mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Sebagai teman sejak lama, bagaimana bisa Kiran abai begitu saja dengan perubahan mood yang siginifikan itu? Makan malam mereka tentunya penuh keriuhan. Pukul sepuluh malam, baru semua manusia itu beranjak pergi. Makan hanya satu jam, sisanya jelas dihabiskan untuk lebih banyak ghibah sampai resto hampir tutup. Kiran yang sejak di resto sudah curiga dengan perubahan Dinara langsung menawarkan untuk mengantar sahabatnya itu pulang. Kebetulan memang rumah mereka masih yang paling searah kalau dibandingkan dengan ciwi lainnya. Sembari menyetir, dia melirik Dinara yang benar-benar memandang lurus jalanan dihadapannya. Sepertinya gadis itu tak punya niatan untuk menjawab pertanyaannya. “Masalah Sandi?” Dinara mengerjap sebentar seolah baru sadar dari lamunannya. Kepalanya menoleh ke kanan—menyadari ba
Baca selengkapnya
109. Healing
“Kak! Yuk turun! Mama bawa makanan banyak banget!” Dinara tak sadar ini pukul berapa. Netranya menyipit saat Dikta membuka paksa gorden warna abu-abu di kamarnya sehingga cahaya matahari seakan merangsak masuk secara tiba-tiba. Terlihat sangat sulit untuk menyesuaikan, kelopak matanya rasanya seperti lebih tebal dan pedih daripada biasanya. Dikta yang bayangannya belum seratus persen full HD terlihat mendekatinya. Baru setelah sepersekian detik Dinara sadar bahwa sang adik tengah menatapnya heran dari jarak yang cukup dekat. “Sebelum turun kompres mata dulu deh kayaknya! Takut mama sama papa khawatir!” ujar Dikta sebelum lagi-lagi menarik seimut Dinara sehingga gadis yang sama sekali tak punya pembelaan itu kembali terkesiap. “Ini jam berapa sih? Tumben mama udah sampai rumah,” keluh Dinara. Seingatnya, kedua orang tuanya itu masih belum sampai rumah semalam. Dikta memutar matanya, “udah siang, mbak! Jam sebelas lho ini! Mama sama papa baru aja pulang.”Dikucek sebentar matanya y
Baca selengkapnya
110. Livin my Life
Senyuman sok ramah menyebalkan itu jelas tengah berusaha untuk memancing keluar jiwa bar- bar Dinara. Saking seringnya bertemu dengan senyuman Selena, Dinara jadi begitu muak sekarang. "Aku pergi sesekali, nggak ada salahnya, kan?" balas Dinara tenang. Padahal dalam hati dia sudah mencak- mencak ingin mengeluarkan sapaan penuh kebun binatang yang diajarkan Julie dan Kiran sebelumnya. Tapi Dinara ingat, dia tidak perlu melakukan atau menanggapi dengan hal- hal yang semacam itu. Semakin dia menunjukkan emosinya, semakin puas juga si lawan yang memang selalu ingin membuatnya lepas kendali. Mengapa dia harus menurunkan value hanya karena kadal satu ini?"Kamu sudah benar- benar selesai, kan?" Selena bicara lagi lalu setelah itu dengan sok asik menambahkan kalimatnya, "ups, maksudku sudah benar- benar selesai perawatan atau apapun itu, kan?" Dinara masih mempertahankan rautnya, nyaris tersenyum remeh untuk membalas provokasi kurang menyenangkan yang dilakukan Selena. "Tentu, aku sedan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status