All Chapters of ANAKKU MENJADI SAKSI MATA PERSELINGKUHAN SUAMIKU: Chapter 71 - Chapter 80
92 Chapters
Bab 71 Tentang Vano
##BAB 71 Tentang VanoSetelah tertidur beberapa waktu, aku pun terbangun saat suara ring tone di ponselku terdengar. Rupanya Hendra yang menelepon.“Halo ....”“Halo, Nay ... Assalamualaikum. Maaf, aku ganggu nggak?” tanya Hendra seperti tak enak. Mungkin suara serakku khas bangun tidur bisa dia tangkap dari sana.“Waalaikumsalam. Ehm ... nggak juga. Kenapa?” “Lusa jadi ikut nggak, nih? Tawaranku masih berlaku loh, acara pertunangan Gladys dengan Reno dipercepat jadi lusa. Entah bagaimana ceritanya, Gladys tiba-tiba berubah pikiran. Kamu mau ikut?” tawar Hendra dengan suara khasnya.“Iya, nanti aku kabarin. Karena besok aku masih harus ke tempat Rosa, sih. Khawatir waktunya mepet. Lagian aku mah siapa, bukan keluarga inti juga. Aku malu,” sergahku dengan wajah yang entahlah.“Kenapa harus malu? Aku yang mengajakmu. Kamu teman dekatku. Bukan sebagai tamu di sana nanti, santai aja. Anggap saja kamu nggak pernah merasa kenal dengan mereka. Bukan begitu?” tanya Hendra seraya terkekeh.“I
Read more
Bab 72 Dilamar Hendra
##BAB 72 Dilamar HendraPagi sekali aku sudah bersiap untuk pergi ke Kantor Polisi, Hendra yang akan menjemputku, aku juga sudah menyuruh Gilang untuk datang, guna memberikan keterangan tambahan di depan petugas kepolisian nanti.Mobil yang kami tumpangi berhenti di pelataran. Aku bergegas turun dan masuk ke dalam. Sedangkan Hendra hanya mengekor di belakangku.Setelah menyampaikan maksud kedatanganku ke sini, seorang petugas yang bertugas mengatasi perihal maksudku langsung menyuruhku duduk, dia sudah siap dengan beberapa file dan laptop. Aku pun menerangkan semuanya, tak lupa juga menyerahkan semua bukti yang sudah berhasil aku temukan. Juga kedua ponsel milik Mas Frengky dan Rosa. Gilang rupanya menyusul dan langsung masuk, dia juga dimintai beberapa keterangan oleh petugas, tampak dari banyaknya pertanyaan yang diulang-ulang, dengan sigap Gilang mampu menjawab dengan tenang. Sebenarnya aku sempat curiga dengan Gilang, entah kenapa aku punya sedikit insting yang tidak beres padanya
Read more
Bab 73 Pesta Pertunangan
##BAB 73 Pesta PertunanganSelepas pergi dengan Hendra hampir seharian, akhirnya aku sampai juga di rumah dan bertemu dengan kasur empuk milikku. Aku merebahkan tubuhku di sana, jantungku semakin tak terkendali sejak tadi. Entahlah, apa yang aku rasakan?Besok Hendra mengajakku bertemu dengan keluarga besarnya. Tentu saja dalam rangka acara pertunangan Gladys dengan Reno. Mengingat Gladys, tiba-tiba saja membuatku teringat sesuatu. Aku bergegas berselancar di ponsel yang ada dalam genggaman, mencari kontak Gladys dan mengirimkan sesuatu padanya.[Hai, Dys. Apa kabar? Semoga besok lancar, ya, acaranya. Aku hanya ingin memberimu satu bukti, seperti yang sudah aku ceritakan waktu lalu. Benar dugaan ku, jika memang Mas Frengky turut andil besar dalam kasus percobaan pembunuhan putri kandungnya sendiri. Aku harap kamu bisa menentukan keputusan, mana yang benar menurutmu. Selamat beristirahat, semoga harimu menyenangkan!]Kukirim beberapa rekaman suara Mas Frengky bersama Rosa yang sudah ak
Read more
Bab 74 Keanehan Gladys
##BAB 74 Gladys AnehSesampainya di kediaman Hendra, alias orang tuanya. Aku mendecak kagum, rumah itu begitu megah bak istana dengan aksen bangunan Eropa. Pilar begitu tinggi dan kokoh menampilkan kesan kuat. Hendra menggandengku masuk ke dalam, tak begitu banyak yang hadir. Hanya ada beberapa orang berlalu lalang. Mungkin masih bagian keluarga Hendra, dari pihak Mami tirinya. Aku pun diperkenalkan sebagai teman dekat oleh Hendra, Papa Hendra orang yang ramah, begitu juga dengan Mami tirinya alias Ibu kandung Gladys. Wanita dengan tatanan glamor dan berkelas itu tampak cantik di usianya yang tak lagi muda. Dia juga ramah, tak seperti kebanyakan cerita tentang Ibu tiri yang selama ini terngiang.“Nayla ... Saya sering dengar Hendra beberapa kali bercerita tentang kamu. Apa kamu orang yang spesial untuk Hendra?” tanya Papa Hendra tiba-tiba.Wajahku merona, aku tak sanggup memalingkan wajah. Akhirnya aku hanya tersenyum sambil sesekali menunduk.“Ih, enggak. Apaan sih, Pa. Perasaan aku
Read more
Bab 75 Pengakuan Gladys
##BAB 75 Pengakuan GladysSetelah suasana sedikit mereda karena beberapa kerabat pun sudah undur diri. Hendra menggamit lenganku untuk duduk bergabung bersama keluarga lainnya. Ada Papa Hendra, Mami Gladys, Gladys dan juga dua orang perempuan lain setengah baya yang kutahu mungkin saudara Maminya Gladys.“Duduk, sini gabung sama kami,” ajak Papa Hendra dengan senyum manisnya.Aku mengangguk sopan, Vano masih saja anteng dalam pelukan Hendra. Mereka tampak hangat dengan hubungan sedekat itu.Aku mengambil duduk di sebelah Hendra, Gladys masih menunduk, matanya terlihat mengembun. Sepertinya dia sedang bersedih.Cukup lama hening di antara kami, hingga suara Mami Gladys berhasil memecah keheningan. “Kenapa kamu membatalkan acara ini?” tanya Mami Gladys membelai lembut pipi Gladys.Wanita itu mendongak, butiran air mata yang sebening kristal tampak terjatuh, gadis itu terisak. Mami Gladys bergegas merengkuh putri semata wayangnya ke dalam pelukan. “Sudah, tenanglah. Tak apa, semua ini
Read more
Bab 76 Ada Apa Dengan Bu Wak, kenapa?
##BAB 76 Bu Wak kenapa? “Bu Wak kenapa, Bu?” teriakku lebih kencang, aku tak peduli saat Hendra menatapku dengan pandangan khawatir dan bingung. “Mbak Nayla di mana, toh? Cepet pulang, Mbak. Ini Bu Waknya pingsan apa bagaimana, biar saya panggilkan warga dulu, ya!”  Tit. Panggilan terputus begitu saja, tanpa aba-aba Bu RT mengakhiri panggilan, membuatku semakin cemas. Begitu kembali ke layar utama, aku bergegas menekan aplikasi penyambung CCTV dari rumah, yang tersambung di dalam ponselku. Segera aku melihat apa yang sebenarnya terjadi. Aku menekan gambar yang menunjukkan kamar Bu Wak alias kamar yang ditempati Rosa dulu. Bu Wak sudah tergeletak di sana, tak berkutik. Aku masih saja melihat video yang merekam kejadian dengan jelas. Tak begitu lama, Bu RT masuk bersama beberapa warga dan menggotong tubuh Bu Wak untuk dinaikkan ke a
Read more
Bab 77 Misteri Kematian
##BAB 77 Misteri Kematian Setelah berduka selama beberapa hari karena meninggalnya Bu Wak, kini aku sudah merasa lebih baik. Aku tetap mencoba untuk ikhlas, atas kehilangan orang-orang terdekatku dalam kurun waktu belakangan ini. Meskipun sulit untuk bangkit, terpaksa aku harus tegar menjalani takdir yang sudah digariskan untukku. Aku memutuskan mendatangi Rosa, di hari ke tujuh kematian Bu Wak. Tak peduli wanita itu akan bagaimana menyikapi, aku wajib memberitahunya. Dengan ditemani Hendra, aku pergi ke tempat Rosa. Wanita itu terlihat lebih kurus dari terakhir kali aku menjumpainya waktu lalu. Rosa menatapku dengan mata yang berbinar, mungkin dia mengira bahwa aku akan memberinya kabar baik sesuai permintaannya. Aku melempar senyum ke arahnya, dia duduk di seberangku dengan tak sabar. Berkali-kali Rosa membetulkan letak duduknya, mencari kenyamanan. “Akhirnya ... kamu datang juga. Setelah sem
Read more
Bab 78 Kisah Yang Kelam
##BAB 78 Kisah Kelam “Vano, kenapa ada di sini?” Mataku mengerjap saat Vano berdiri di depan pintu kamarku. Balita itu menggeleng, lalu menunjuk pintu kamarnya yang juga ditempati oleh Bu Wak. Kening ku berkerut, apa maksud dari Vano yang tiba-tiba mengetuk pintu kamarku dan menunjuk ke arah kamarnya? Aku bergegas menggendong Vano dan menuju ke kamarnya. Ruangan dengan cat berwarna pelangi itu tampak lengang. Terlihat selimut dan bantal yang sedikit berantakan di atas kasur. Tak ada Bu Wak di sana, ke mana dia pergi? Aku menatap Vano yang kembali tertidur di pundakku. Rupanya dia masih mengantuk, mungkin bocah ini terbangun dan mendapati Bu Wak tak ada, sehingga mengetuk pintu kamarku untuk mencari teman. Dengan lembut aku merebahkan Vano ke atas tempat tidur. Kuusap perlahan rambutnya dan kucium keningnya. Berharap dia akan tidur nyenyak di waktu yang hampir pagi seperti ini. Setelah memastikan Vano pulas, a
Read more
Anak Perempuan, Misteri
##BAB 79 Anak Perempuan Keesokan harinya ....Pagi sekali Bu Wak sudah menyiapkan nasi goreng dengan telur mata sapi dan timun sebagai pelengkap. Mungkin seusai ngobrol denganku dia tak lanjut tidur. Berbeda denganku yang langsung terpejam bahkan tak sempat terjaga untuk menunaikan salat subuh. Suara alat masak saling beradu, aroma harus khas rempah menguar hingga ke ruang tengah. Aku baru saja bangun dari tidur yang tak lebih dari 4 jam. Aku berniat mandi sebelum melanjutkan untuk sarapan. Setelah mandi dan berpakaian khas menghadiri pesta, aku duduk di ruang makan sembari menunggu Bu Wak yang sedang memandikan Vano.  Hingga beberapa menit kemudian, kami sudah duduk melingkar menikmati nasi goreng buatan Bu Wak. Vano tampak segar dan wangi karena habis mandi. Bu Wak tak banyak bicara setelah peristiwa curhat kemarin. Mungkin masih memerlukan waktu untuk kembali menata hatinya dari kenangan masa lalu.  &
Read more
Bab 80 Di Luar Ekspetasi, Kenapa?
##BAB 80 Di Luar Ekspetasi “Ehm ....” “Gimana?” tanya Bu Wak lirih.  “Jangan dulu,” ujarku setengah berbisik.  “Kenapa?” Bu Wak menatapku dengan lekat. “Kalian ngapain bisik-bisik gitu? Berasa diintai sama agen, deh,” kata Hendra mengagetkan kami berdua. Aku tersenyum masam lalu menggeleng ke arah Bu Wak, sepertinya Bu Wak paham. Dia langsung mengangguk lalu diam seribu bahasa. “Biasa lah, urusan wanita,” sahutku tersenyum simpul. “Gitu, ya? Wanita memang ribet,” kata Hendra seraya terkekeh. Aku menggenggam tangan Bu Wak yang terasa dingin. Entah karena suhu AC dari mobil atau memang karena menahan rasa gugup. Aku tak tahu. “Nay, bisa kamu pindah ke depan? Atau mungkin Vano yang
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status