Semua Bab ANAKKU MENJADI SAKSI MATA PERSELINGKUHAN SUAMIKU: Bab 81 - Bab 90
92 Bab
Pertunangan Berujung Murka
##BAB 81 Pertunangan Berujung Murka“Stop it, Mami!” ulang wanita cantik itu yang ternyata Gladys. Dengan wajah memerah dia melangkah tergesa-gesa menghampiri kami. Tante Sofia hanya memalingkan wajah dari tatapan menusuk putrinya. “Apa yang Mami perbuat? Malu!” ketus Gladys tak suka.“Kamu ngapain, sih, pakai ikut ke sini? Udah sana, cepet! Acara mau dimulai,” kata Tante Sofia dengan nada memerintah.“Gladys nggak suka Mami semena-mena kayak gitu!” ujar Gladys memperingatkan.“Euh!” sahut Tante Sofia tak peduli.Hendra menarik lenganku untuk menjauh dari Mama tirinya. Aku merangkul Bu Wak mengikuti langkah Hendra. Untung saja hanya beberapa petugas katering yang berlalu-lalang menyaksikan kejadian tadi. Belum ada tamu undangan yang hadir, atau mungkin memang tak mengundang tamu luar, sepertinya begitu. Di sini hanya ada kerabat Tante Sofia beserta keponakan, ada juga kerabat dari Papanya Hendra. Semua hanya diam dan sibuk berkutat dengan aktivitas masing-masing. Mungkin mereka sudah
Baca selengkapnya
Bab 82 Pengakuan?
##BAB 82 Pengakuan?“Mm—Maksudnya bagaimana, toh? Besan ini ternyata humoris juga orangnya,” kata Bu Romlah seraya tersenyum. Namun, wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa takutnya.“Kamu kira saya bercanda? Apanya juga yang lucu?” tanya Tante Sofia terlihat sewot. Rasanya aku ingin tertawa melihat mantan ibu mertuaku bergidik ngeri.“Ya sudah, toh, tak usah dibesar-besarkan. Yang penting Gladys jadi menikah dengan Reno, itu kuncinya. Masak anak punya niat baik mau menjalankan ibadah, kita larang. Bener nggak, San?” kata Bu Romlah seraya mengerjap.“Bener itu, Tante!” imbuh Reni yang sedari tadi diam kini ikut menyahut.“Saya nggak suka, ya, dipanggil SanSan! Dan saya juga bukan Tante kamu!” tunjuk Tante Sofia ke wajah Reni.“Ih, Mami! Please save your attitude, yes!” ucap Gladys mengingatkan Tante Sofia.Setelahnya, mereka hanya diam dilanjut dengan kepergian Tante Sofia yang beranjak dari sana. Terdengar suara Bu Romlah menenangkan Gladys. Ah ... aku sudah hafal, pasti keluarga benal
Baca selengkapnya
Bab 83 Akhirnya Mengaku
##BAB 83 Akhirnya MengakuAku yang menyadari atmosfer panas bergegas mengalihkan pembicaraan. “Ya sudah kangen-kangenan nya dilanjut nanti, ya. Biar Bu Wak makan dulu, okay?” “Baik, Bu. Maaf, ya, Intan suka lupa waktu kalau udah ngobrol. Intan juga harus kembali bekerja. Baik, Intan ke belakang dulu. Nanti kalau Intan libur, boleh kita ketemu lagi ya, Mak? Intan masih pengen ngobrol sama Emak. Bu Nayla, permisi, ya ... maaf sekali lagi sudah mengganggu waktunya,” pamit Intan seraya tersenyum lalu meraih punggung tangan Bu Wak untuk dicium. Aku hanya mengangguk singkat, berharap gadis lugu itu segera pergi.Ceklek!Akhirnya aku bisa sedikit lega saat Intan benar-benar meninggalkan kami. Aku mencoba menenangkan degup jantungku yang tak beraturan semenjak tadi. Berusaha bersikap biasa dan melupakan kejadian barusan.“Ayo, Wak, makan yang banyak. Mau lauk apa?” tanyaku kembali mencairkan suasana yang sempat tegang.“Capjay aja, Nduk. Jangan banyak-banyak!” jawab Bu Wak seraya menyerahkan
Baca selengkapnya
Bab 84 Menemui Rosa
##BAB 84 Menemui Rosa“Apa kau ingin bertemu dengan Rosa?” tanyaku dengan wajah sedatar mungkin. Padahal di dalam dada muncul rasa gejolak yang begitu aneh.“Iya, cepat atau lambat, aku harus menemuinya, Nay ... kenapa aku menjadi pria pengecut seperti ini?” Hendra menggeleng sembari menarik rambutnya dengan kedua tangan.“Sudah, jika kamu terus-terusan begini, nggak akan menyelesaikan keadaan. Hidup harus maju ke depan, tak baik hidup terbayang dengan kenangan,” ujarku seraya mengulas senyum.“Terima kasih, Nay ... kamu selalu bisa menjadi penyejuk untukku,” kata Hendra membuatku melayang tinggi. Namun, dengan cepat kutepis semua perasaan itu, aku tak boleh terlarut dalam rayuan Hendra sebelum pria itu memberiku kepastian.“Sama-sama. Kapan pun kamu mau ke sana, kamu bisa hubungi aku. Dengan senang hati aku pasti akan mengantarmu ke sana.” “Baiklah, biarkan aku menenangkan hatiku terlebih dahulu, aku ingin menemuinya dalam keadaan siap. Aku tak ingin menghancurkannya lagi, kasihan d
Baca selengkapnya
Bab 85 Mengobrol dan Bukti Dari Rosa
##BAB 85 Mengobrol dengan Rosa“Nayla ... maafkan aku,” ujar Hendra lirih. Terdengar menyayat di telingaku. Aku benci orang meminta maaf, aku bosan memberikan maaf terus-menerus.“Nggak usah dibahas, fokus sama menyetirmu, agar kita segera sampai!” Aku memalingkan wajahku menghadap ke jendela, tak ingin Hendra melihat bagaimana ada gurat kesedihan di sana.“Iya!” Hendra kembali fokus menyetir.Beberapa menit kemudian, kami telah sampai di kantor polisi, di mana Rosa menghabiskan sisa waktunya. Seorang petugas yang biasa menerimaku, menuntun kami masuk ke dalam ruangan berukuran 3x4 meter. Lima menit menunggu, seorang petugas berjenis kelamin wanita membawa Rosa menghadap padaku dan Hendra. Kami hanya diberi waktu lima belas menit untuk mengobrol. Ada bangku panjang menghadap ke dinding, aku duduk di sana. Sedangkan Hendra duduk berhadapan dengan Rosa yang disekat dengan triplek sebatas dada.“Akhirnya kamu datang juga. Nayla ternyata serius menepati janjinya padaku!” ujar Rosa dengan
Baca selengkapnya
Bab 86 Persepsi Nayla
##BAB 86 Persepsi NaylaSaat aku membuka mata, rupanya sudah hampir sampai di rumah. Cukup lama juga aku tertidur, mungkin efek banyak pikiran membuatku susah tidur dari kemarin. Baru sekarang aku bisa tidur nyenyak meskipun sebentar, mungkin karena pikiranku yang plong. Sebelum turun, Hendra sempat mengingatkan untuk mengajak diriku hadir di acara pernikahan Reno dan Gladys yang akan diselenggarakan minggu depan. Aku belum mencari tahu bagaimana informasi perkembangan dari hukuman Mas Frengky. Mungkinkah Gladys tetap pada pendiriannya untuk membebaskan Mas Frengky? Atau berpura-pura tak peduli lagi, entahlah. Yang pasti, menurut pengacaraku bukti yang aku berikan beberapa waktu lalu sudah cukup kuat dan akurat untuk kembali memberikan hukuman tambahan buat Mas Frengky. Aku ingin lelaki durjana itu menerima hukuman yang pantas. Selain kedua kakinya yang tak berfungsi tentunya. Aku belum puas jika hanya kakinya saja yang tak berfungsi. Dia layak mendapatkan hukuman yang lebih parah dar
Baca selengkapnya
Bab 87 Pernikahan Gladys
##BAB 87 Pernikahan GladysHari ini Hendra akan menjemput ku untuk menghadiri pesta pernikahan Gladys. Sengaja aku tak mengajak Vano dan Bu Wak, tentu saja malas jika harus berhadapan lagi dengan Tante Sofia. Untuk sementara ini, aku akan menghindarinya terlebih dahulu. Aku mengenakan gamis bertajuk glamor mirip yang dipakai salah satu artis membahana. Tak lupa perhiasan dan cincin berlian tersemat manis di jari-jariku. Aku pun memakai hijab yang senada dengan warna gamisku. Tas bermerek dengan harga puluhan juta tak lupa bertengger manis di lenganku. Perfect sekali. Aku sengaja ingin tampil mewah agar tak selalu direndahkan, apalagi di mata Tante Sofia. Sudah cukup dia menghina diriku serta keluarga kecilku.Aku menaiki mobil Hendra dengan hati-hati. Berpakaian mewah seperti ini memang sedikit ribet dan harus tampil dengan elegan. Hendra menatapku takjub hingga tak berkedip. Kami menuju ke arah lokasi dengan ditemani obrolan renyah dan santai. Hendra tampaknya mulai kembali ceria dan
Baca selengkapnya
Bab 88 Melamar Nayla
##BAB 88 Melamar Nayla“Gimana, Nay? Kapan aku bisa menemui orang tuamu?” tanya Hendra membuatku terperangah. Rupanya dia serius dengan niatannya. Aku pun tampak berpikir, tak ada salahnya untuk mencoba. Lagian, bukankah ini memang tujuan awalku untuk memberikan balasan pada Rosa? Aku tersenyum menyeringai.“Kalau kamu serius, bisa temui orang tuaku besok. Di sana aku akan memberimu keputusan,” kataku dengan senyum mengembang. Hendra terlihat antusias, dia melirik ke arah Papanya yang diangguki dengan senyuman merekah. Sorot bahagia sangat terpancar dari netranya.“Oke, besok aku akan menemui kedua orang tuamu untuk meminta restu. Aku serius ini, Nay. Jangan pernah anggap niat baik ku sekedar main-main,” kata Hendra terdengar mengintimidasi. Aku hanya merespon dengan anggukan. Aku juga serius, meskipun niat sampingan juga karena iseng untuk balas dendam kepada Rosa. Setelah mengobrol banyak hal, aku memutuskan untuk mengajak Hendra pulang. Sebelum ke rumah, aku ingin mampir ke butik
Baca selengkapnya
Bab 89 Keputusan Nayla
##BAB 89 Keputusan NaylaKeesokan harinya, Hendra benar-benar serius dengan ucapannya. Pagi-pagi sekali dia sudah menjemputku, kami berencana akan pergi ke rumah Ayah. Berdua saja dan kali ini menggunakan mobilku.“Udah siap? Berangkat sekarang, ya?” tanya Hendra yang kini sudah berpakaian rapi, yakni kemeja lengan panjang, celana bahan dan sepatu pantofel. Menurutku dia lebih mirip seperti orang yang akan melakukan interview di perusahaan besar dari pada bertemu calon mertua. Eh ....Ah, membayangkan Hendra akan menjadi menantu Ayahku saja sudah membuatku berdetak hebat tak karuan begini. Aku benar-benar dibuat mabuk kepayang dengan pesonanya.“Yuk!” seruku bersemangat.Kami menempuh perjalanan sekitar dua jam, aku sengaja tak menghubungi Ayah dan Ibu jika ingin ke sana. Biar ini menjadi surprise nantinya. Hendra tampak gusar, beberapa kali mengusap wajahnya dengan handuk kecil berwarna hijau muda. Padahal tak ada peluh yang menetes, tapi ... entahlah apa yang dia bersihkan.“Kamu ke
Baca selengkapnya
Bab 90 Suara Wanita Mencurigakan
##BAB 90 Suara Wanita MencurigakanSUARA WANITA MENCURIGAKANANAKKU MENJADI SAKSI MATA PERSELINGKUHAN SUAMIKU (S2)“Kapan kamu siap untuk menikah? Mungkin kamu berkeinginan memilih tanggal yang cantik?” ucap Hendra.“Terserah saja, yang penting jadi menikah. Semua tanggal itu baik, ‘kan?” ujarku sembari tersenyum.“Iya juga, Papa sudah siap memfasilitasi semuanya. Aku hanya perlu menyiapkan mahar beserta mas kawin. Kamu mau apa?” tanya Hendra menatapku intens.Kami bertemu kembali di rumahku, setelah tiga hari dari rumah Ayah kemarin. Hendra pulang ke rumah Papanya untuk mengabarkan keputusanku tempo lalu. Alhamdulillah akhirnya Tante Sofia pun ikut menyetujui walaupun aku tahu mungkin dia terpaksa.“Yakin nih, aku bebas pilih sendiri mas kawinnya?” tanyaku dengan senyum menggoda.“Dengan senang hati!” Hendra menaik-turunkan alisnya memandangku.“Aku hanya bercanda, terserah kamu saja, deh!” ucapku seraya tertawa.“Bagaimana kalau pabrik usahaku saja yang kujadikan mahar?” tawar Hendr
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status