All Chapters of Bukan Pernikahan Biasa : Chapter 21 - Chapter 30
158 Chapters
Part 21 Luka yang Sama
Lagi-lagi Sabda telat datang. Keluarganya tengah makan ketika ia sampai. Acara kali ini hanya di hadiri keluarga inti Pak Prabu saja. Mereka berkumpul di ruang keluarga yang berukuran luas. Ada sofa, coffee table, dan juga kursi ottoman cantik memberikan kesan menarik yang sedang diduduki oleh Bumi. Mereka sangat ceria terutama ketika membahas akan hadirnya cucu pertama di keluarga Pak Prabu. Apalagi dia cucu perempuan yang di dambakan oleh Bu Airin.Sabda langsung menyalami dan mengucapkan selamat ulang tahun pada kakak iparnya setelah terlebih dulu mencium tangan papa dan mamanya."Yeay, makasih ya," ucap Tata saat di salami Sabda. Tidak ada kado di setiap acara ulang tahun mereka, kecuali untuk anak-anak yang masih kecil, tapi Bumi sekarang sudah delapan belas tahun. Biasanya akan diberikan uang atau di tanya apa yang diinginkannya. Untuk orang dewasa, cukup datang dan makan malam bersama. Kesempatan seperti ini dimanfaatkan untuk momen berkumpul keluarga yang tiap harinya sama-sa
Read more
Part 22
"Aku serius, Pa." Sabda kembali menceritakan semuanya secara runtut dan detail. Pak Prabu terdiam mendengarkan. Beliau sangat menyayangkan tindakan yang diambil putranya. Namun tak dapat semarah istrinya karena bagaimanapun juga semua telah terjadi. Beliau paham atas kepanikan orang tua Senja. Andai itu terjadi pada putrinya, dipastikan dirinya pun akan marah. Tapi tak dipungkiri kalau beliau juga kecewa pada mereka."Kamu bisa ya, memutuskan sendiri perkara sebesar ini. Kamu kira pernikahan itu main-main. Ada tanggung jawab besar di hadapan Allah dan dua keluarga. Menikah itu bukan hanya untuk kalian berdua, tapi untuk bisa menyatukan dua keluarga." Kini papanya yang emosi. "Aku akan bertanggung jawab atas tindakanku, Pa. Aku akan bertanggung jawab pada Senja."Pak Prabu mendengkus pelan seraya kembali bersandar di punggung sofa. "Di mana perempuan itu sekarang?""Dia tinggal di kosan. Dia juga bekerja, Pa." Sabda tidak menceritakan kalau malam ini Senja ada di apartemennya."Jika m
Read more
Part 23 Pertemuan Bu Airin dan Senja
Senja membawa mukenanya sendiri yang dibawa dari rumah. Mukena dengan bahan katun paris berwarna army yang bisa dilipat kecil dan mudah dibawa ke mana-mana. Di kamarnya, Sabda sudah membentang dua sajadah di sebelah tempat tidur. Senja jadi berdebar-debar ketika berdiri jadi makmumnya sang suami.Apalagi mendengar suara merdu dan bacaan yang fasih dengan tajwid yang tepat, timbul rasa haru dan kekaguman yang dalam. Apakah dia jatuh cinta ketika sedang menjalankan ibadah? Dua rakaat dijalani dengan khusuk. Meski tadi malam pikiran Senja sedang kacau, tapi pagi ini hatinya merasakan damai. Sejuk, sesejuk embun di pagi ini. Senyuman Sabda saat berbalik dan memandangnya terasa mendamaikan. "Aku sudah menyuruh orang untuk mencari tempat tinggal buat kita. Walaupun keluargaku belum bisa menerima, nggak apa-apa kita tinggal serumah. Tapi bukan di apartemen ini. Kita cari tempat lain. Setelah itu kita ajukan permohonan pengesahan pernikahan siri kita ke pengadilan agar pernikahan kita memi
Read more
Part 24
Hari ini Senja kembali sibuk di kantor. Rekan-rekan heran melihat penampilannya yang berbeda. Mulai Senin ini Senja telah berhijab. Mbak Yuni senang dengan perubahan stafnya. Ada juga yang mencandainya. Segala perubahan pasti akan menimbulkan berbagai respon orang-orang di sekeliling. "Kamu cantik berpenampilan begini," puji Sabda tadi pagi ketika mereka sarapan bersama. Pujian yang membuat Senja sangat ceria sepanjang hari menjalani aktivitasnya di kantor. Menyelesaikan banyak pekerjaan yang menumpuk di meja kerjanya."Kamu langsung pulang ke apartemen," tanya Nina sore itu ketika mereka melangkah keluar dari kantor."Ya.""Okelah, aku tinggal nunggu kabar kehamilanmu bulan depan."Senja tersenyum. Setelah malam pertamanya, kemudian percintaan di pagi itu dan setelahnya, Senja sempat kepikiran bagaimana kalau dirinya hamil? Sementara keadaan masih seperti ini. Sabda memang bilang akan melakukan isbat nikah ke KUA, tapi mustahil dilakukan secepatnya. Mengingat dia sangat sibuk akhir
Read more
Part 25 Jangan Menyerah, Senja
Jam delapan malam Sabda baru keluar dari kantor. Pesannya yang dikirim pada Senja belum di balas, bahkan belum juga di buka sejak tadi. Mungkin ponselnya ada di kamar atau sedang di-charge.Sabda tergesa masuk ke dalam lift. Tidak sabar untuk segera sampai di rumah dan makan malam bareng Senja. Rasa laparnya sudah di tahan sejak tadi. Dia hanya makan roti abon dan teh hangat yang diberikan asistennya habis Salat Maghrib.Pria itu mengambil kunci pintu apartemen dari saku celananya. Saat masuk lampu-lampu sudah menyala. "Senja," panggilnya ketika sadar kalau rumah terasa sunyi. Dibukanya pintu kamar Senja dan memeriksa kamar-kamar yang lain. Namun senja tidak ada. Di balkon juga kosong. Di meja makan sudah tersedia nasi, tempe goreng, dan opor ayam. Masih hangat, berarti baru saja di siapkan.Pria itu heran, lalu mengambil ponselnya di saku celana, menelepon Senja sekali lagi tapi panggilannya tidak diangkat.Sabda tidak bisa menunggu. Di sambarnya kunci mobil di atas meja, lantas menu
Read more
Part 26
Malam kian hening. Dia memandang langit-langit kamar yang gelap karena semua lampu di matikannya. Biasanya lampu malam yang temaram akan tetap menyala. Hanya ada cahaya dari lampu teras yang menyorot masuk lewat angin-angin atas jendela kaca.Baginya yang biasa hidup sederhana sejak kecil, kabar uang delapan ratus juta yang di bilang ibunya tadi nyatanya tak bisa menggantikan kesedihan dengan apa yang dialaminya saat ini. Mungkin begitu juga yang ada dalam pikiran mamanya Sabda. Kehormatan keluarga lebih dari segalanya di banding kebahagiaan putranya. Dua wanita high class yang memiliki dua pandangan sama. Mamanya Arga menilai segala sesuatu dengan harta, sementara mamanya Sabda lebih memikirkan tentang penilaian orang lain terhadap keluarga mereka. Mungkin saja begitu. Senja hanya menerka-nerka.Begitu cepatnya wanita itu menemukan tempat kerjanya. Bahkan bisa tahu jam pulangnya dari kantor. Ah, mereka punya uang, apapun bisa dilakukan. Apa susahnya mencari tahu tentang seorang gadis
Read more
Part 27 Kala Senja di Sebuah Kafe
Citra tersenyum pada mereka meski tampak heran melihat Sabda bersama seorang perempuan, ia tahu siapa gadis di depannya. Selain melihat sekilas di vila waktu itu. Arga juga pernah menunjukkan foto Senja padanya. Meski baru kali ini bertemu secara dekat. "Mungkin saja mereka memang dah saling kenal, karena Arga dan Sabda sepupuan." Pikir gadis itu.Senja juga tak menyangka bertemu dengan Citra di kafe. Ia tak mungkin lupa dengan wajah seorang gadis yang sempat membuat dunianya runtuh ketika itu. Gadis yang tengah di sematkan cincin di jari manisnya oleh pria yang sangat Senja cintai. Dan sekarang ia masih melihat cincin itu melingkar di jari manisnya."Mas Sabda," panggilnya seraya menyalami Sabda."Kamu sendirian?""Iya," jawab Citra sambil menyalami Senja.Sesaat rasa serba salah menyergap. Hingga bunyi panggilan di ponsel Sabda mencairkan kekakuan. "Aku terima telepon dulu, urgent," pamit Sabda pada mereka. Pria itu keluar kafe dan berdiri di teras depan.Citra duduk di kursi depa
Read more
Part 28
Senja pergi, kini malam menghampiri. Sabda baru saja masuk apartemen setelah mengajak Senja jalan-jalan sebentar, makan malam lantas mengantarnya ke kosan. Pria itu langsung mandi dan istirahat di kamar.Ketika sendirian kini merasakan kesunyian. Keberadaan Senja di apartemen dalam beberapa hari ini rupanya sudah menjadi candu, ketika tiada kini terasakan hampanya.Sabda baru saja memejam, dikejutkan dengan panggilan di ponselnya. Nama sang mama tampak di layar bening itu. "Ya, Ma," jawab Sabda pelan."Kamu apa masih ada di kantor?""Sudah pulang ini, Ma.""Pulang ke apartemen?""Ya, aku lagi ada di apartemen.""Kamu sekarang jarang pulang ke rumah. Ini kami lagi kumpul. Kamu pulang, gih. Mama tunggu." Panggilan langsung terputus. Sabda menghela napas pelan. Mamanya suka begini, memutuskan panggilan sepihak tanpa mau mendengar penolakan. Berarti mengharapkan Sabda harus pulang.Sabda terdiam sejenak lalu berdiri dengan malas. Diambilnya jaket dari balik pintu, tanpa mengganti celana s
Read more
Part 29 Tentang Tanggung Jawab
Ketika Sabda masuk ruangan, Arga sedang duduk di kursi depan meja kerja Sabda. "Hai, sudah lama nunggu?" Sapa Sabda sambil duduk di kursinya. "Lima belas menitan." Sabda memperhatikan wajah Arga yang agak pucat. "Kamu sakit?""Hanya flu biasa.""Oh, ada hal penting yang membuatmu datang ke sini?"Arga diam sejenak sambil memandang sepupunya. Ada kecewa yang membuncah dalam dada. Beberapa hari yang lalu Citra cerita padanya mengenai pertemuannya dengan Sabda dan Senja di sebuah kafe. Dia juga sempat melihat mobil Sabda berhenti di depan kantor Senja."Kamu ada hubungan apa-apa dengan Senja?" Arga bertanya dengan nada datar.Sabda mengangguk. Membuat Arga tersulut emosi yang berusaha ia redam karena tidak ingin ada keributan yang akan jadi pusat perhatian di perusahaan. Mereka saling menatap tajam."Kamu memanfaatkan keadaan hubungan kami. Kau tahu kalau aku mencintainya!" Nada Arga mulai meninggi."Aku tidak memanfaatkan. Aku sudah cerita apa yang sebenarnya terjadi waktu itu.""Tapi
Read more
Part 30
Sabda menggenggam erat tangan Senja ketika mereka melangkah memasuki sebuah kafe. Pria itu mengajak istrinya terus lurus jalan ke belakang. Mengambil tempat duduk di kebun rindang yang disulap layaknya sebuah taman. Seorang pelayan datang mencatat pesanan. Garden Cafe. Sebuah coffee shop yang mengusung tema lingkungan. Berbagai tanaman hias menghuni tiap sudut ruangan, menjadi hiasan interior kafe. Pemandangan itu menjadi daya tarik tersendiri buat Senja. Ini konsep kafe yang berbeda dari kafe yang pernah ia kunjungi. Memang kafe ini tempatnya jauh dari pusat kota.Bangku paling pojok menjadi pilihan Sabda. Di samping tersisih dari lalu lalang pengunjung lain, dari tempat itu juga bisa bebas memandang dan menikmati suasana malam di kafe yang sangat asri jika siang hari. Lampu-lampu hias menyala, menjadikan suasana temaram dan romantis."Pernah ke sini sebelumnya?" tanya Sabda pada Senja yang asyik memandang beberapa anak kecil yang bermain di play ground yang tersedia di sana. Juga a
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status